11

2.1K 94 14
                                    


Makanan di atas meja bersih, tak tersisa sedikitpun. Keduanya berdiri di depan cucian piring, berdiri sangat dekat hingga bahu Jihoon menempel di lengan Seungcheol. Peralatan makan yang mereka cuci tidak banyak, namun keduanya melakukannya bersama-sama dengan alasan agar cepat selesai. Awalnya Seungcheol yang akan mencuci piring dan menyuruh Jihoon untuk menunggu di depan tv, tapi anak itu bersikeras ingin membantu. Ia tidak bisa hanya duduk sementara Seungcheol mengerjakan pekerjaan rumah yang biasanya ia lakukan.

"Kau suka masakanku?" Seungcheol bertanya sembari mencuci mangkuk nasi.

Jihoon tidak mengatakan apa-apa, dia hanya menganggukkan kepala sembari terus mencuci sendok di tangannya. Jihoon menjadi lebih pendiam ketika dia merasa kenyang dan mengantuk.

"Baiklah. Selama kita di sini, aku yang akan memasak untuk kita berdua." kata Seungcheol dengan senyuman cerah.

Selesai mencuci piring, Seungcheol pergi ke lantai atas sementara Jihoon duduk di depan tv. Merasa mengantuk setelah makan sampai kenyang. Ia bersandar di sofa sembari mengelus-elus perutnya yang kekenyangan. Perutnya sedikit membuncit karena ia terlalu banyak makan.

Ia menoleh ke arah tangga, melihat Seungcheol kembali dengan sesuatu di tangannya. Seungcheol duduk di sebelahnya, memerintahkan, "Lepaskan celanamu."

Jihoon melihat salep dingin di tangan pria itu. Ia segera berdiri dan melepaskan celananya, menggulung piamanya ke atas hingga memperlihatkan perutnya yang sedikit membuncit.

"Menelungkup." perintahnya sembari menepuk pahanya, menyuruh anak itu untuk menelungkup di pangkuannya.

Jihoon menurut, ia kembali naik ke sofa, menelungkup di pangkuan pria itu dengan sepasang pantat putihnya menghadap wajah Seungcheol.

Plakk

Seungcheol memukul pantat bulat itu hingga meninggalkan bekas memerah.

"Ah... Hyung.... " Jihoon sedikit cemberut ketika Seungcheol mencubit pipi pantatnya dengan gemas.

"Jihoonie, kau sangat imut..." kata Seungcheol sembari menampar pelan pantat putih anak itu.

Jihoon kekenyangan dan mengantuk, ia dengan tenang menelungkup di pangkuan Seungcheol, menggunakan paha pria itu sebagai bantal. Wajahnya sangat dekat dengan penis Seungcheol, itu terlihat menonjol di balik celananya walaupun dia sedang tidak ereksi. Jihoon dengan sengaja menghadapkan wajahnya ke selangkangan pria itu, memejamkan matanya sembari diam-diam menghirup aromanya. Hidung dan bibirnya tepat berada di depan penis yang tersembunyi di balik celana. Tanpa Seungcheol ketahui, diam-diam Jihoon menjulurkan lidahnya, diam-diam menjilati penis dibalik celana.

Jari-jarinya mencubit pipi pantat itu, memisahkan pipi pantat bulatnya hingga lubang memerah dan bengkak terlihat. Seungcheol mengambil salep berwarna hijau seujung jarinya, mengoleskan obat luar beraroma mint tersebut ke mulut kecil yang terlihat bengkak. Dia kemudian mengoleskan salep tersebut ke jari tengahnya, perlahan-lahan mendorong jari tengahnya ke dalam lubang hangat itu.

"Aa... ahh... Hyung... Perih." Rasa perih yang tiba-tiba datang dari dinding lubangnya membuat Jihoon berhenti dengan tindakan cabulnya menjilati penis pria itu dari balik celananya. Ia merintih kesakitan sembari memegangi paha Seungcheol.

"Jihoonie, tahan sebentar, sebentar lagi rasa perihnya akan hilang." Seungcheol membujuk dengan suara lembut.

"Ngh... "

Bukan hanya mulut luar lubangnya yang terluka, di bagian dalam juga terluka, maka itu harus diberi salep. Jari panjang itu bergerak perlahan, masuk dan keluar di lubangnya membawa rasa dingin dari salep. Seungcheol tidak berbohong, rasa perih itu hanya sebentar, berangsur-angsur hilang tergantikan dengan rasa dingin yang nyaman. Jihoon mengantuk, ia hampir tertidur di pangkuan Seungcheol.

Just A Bank [JICHEOL FANFICTION] ✔️Where stories live. Discover now