21

1K 60 39
                                    


Keduanya duduk di atas batu besar sampai langit jingga berubah gelap. Seungcheol mengangkat kepalanya ke langit, sudut bibirnya terangkat menjadi senyuman riang ketika melihat langit mulai berubah gelap, senyum ceria itu terlihat seperti anak kecil yang bersemangat; pada saat ini dia tampak kekanakan.

"Jihoon-ah, buka matamu. Jangan tidur." Anak lelaki itu membuka sedikit matanya yang terasa berat, wajah mengantuknya terlihat sangat imut. Dengan malas ia mengangkat kepalanya dari bahu pria itu.

"Aku punya sesuatu." kata Seungcheol. Dia segera berdiri, melompat turun dari batu tempat mereka duduk. Dengan senyuman di bibir dia masuk ke dalam tenda untuk mengambil sesuatu.

Jihoon menyaksikan dengan bingung, menggosok matanya yang mengantuk. Beberapa kali ia menguap, mulut kecil itu terbuka lebar seperti bayi yang baru bangun tidur. Tak lama kemudian Seungcheol keluar dari tenda, di kedua tangannya ia memegang dua tabung warna-wani dan satu kemasan tipis.

"Jihoon-ah, kemarilah... bantu aku." Seungcheol sibuk mencari sesuatu di tanah. Jihoon menonton dari atas batu, tidak tahu apa yang akan pria itu lakukan.

Seungcheol mengambil sebuah ranting kering dari tanah, lalu mulai menggali lubang di tanah. Meletakkan dua tabung dan kemasan tipis itu ke samping.

"Hyung, apa yang sedang kau lakukan?" Jihoon bertanya tanpa sedikitpun bergerak dari tempat duduknya. Tubuhnya masih lelah dan mengantuk.

Seungcheol seperti anak kecil yang sibuk dengan mainannya, dia menggali tanah, mengubur tabung hingga setengah panjang tabung agar benda itu tidak jatuh nantinya.

"Jihoon-ah, ambilkan pemantik api." perintah Seungcheol yang sedang menggali lubang lain di dekat lubang pertama yang sudah ditanam tabung.

Jihoon melompat dari batu, berjalan mendekati pria yang sedang berjongkok di tanah. Setelah mendekat, Jihoon melihat tabung itu adalah kembang api air mancur dan kemasan tipis di tanah adalah kembang api tangan. Ia tak bisa manahan senyum. Seungcheol pria dewasa berusia lebih dari tiga puluh, tapi sekarang dengan wajah riang itu dia menanam tabung kembang api di tanah, dia telah menyiapkan kembang api di dalam ranselnya menunggu sampai langit gelap untuk menyalakannya. Jihoon berjalan mendekat, membelai rambut hitam pria itu.

Seungcheol mendongak dengan senyuman kekanakan. "Ambilkan pemantik api."

Jihoon membelai pipi pria yang lebih tua seraya berjalan masuk ke tenda mengambil pemantik api.

"Ambil ponselmu, kita akan mengambil foto saat kembang apinya menyala!" Seungcheol seperti anak kecil yang sangat bersemangat. Dua tabung kembang api ditanam di tanah agar tidak jatuh saat menyala nanti, keduanya ditempatkan bersebelahan dengan jarak kurang dari 30cm.

Jihoon berdiri di belakangnya, memberikan pemantik api yang dia minta. Sumbu di atas tabung dibakar, kedua tabung itu mulai mengeluarkan asap putih. Seungcheol segera berdiri, menarik tangan Jihoon untuk menjauh dari kembang api.

Seperti namanya, kembang api itu menyala seperti air mancur, menyembur ke atas dengan warna-warni cantik. Seungcheol mengambil kemasan tipis di tanah, memberikan kembang api kecil pada Jihoon yang berdiri di sebelahnya. Kembang api kecil seperti tusuk sate, Jihoon memandangi kembang api di tangannya berpikir kekasihnya ini terlalu kekanakan. Cahaya warna-warni terang menyembur ke atas, nyala kembang api sangat cantik seolah-olah membawa rasa hangat sampai ke hatinya.

"Ayo, kita berfoto." Dengan antusias Seungcheol mengambil ponsel di tangan Jihoon, mengambil gambar selfie mereka berdua.

Keduanya memegang kambang api kecil di tangan masing-masing dengan latar belakang gembang api air mancur yang menyala dengan indah. Seungcheol merangkul bahu anak laki-laki itu, menariknya lebih dekat padanya, tangannya sedikit meremas bahu bulat anak itu.

Just A Bank [JICHEOL FANFICTION] ✔️Where stories live. Discover now