14 ⚫ gak percaya

2.1K 567 73
                                    

"Selamat malam, nyaiii,"

Seperti malam-malam sebelumnya, pukul tujuh malam, Jinyoung dan motornya kembali bertandang di depan rumah Nakyung. Semenjak curhat Nakyung malam itu, keduanya semakin dekat dan sering keluar bersama, tanpa sepengetahuan The Lost, apalagi Guanlin tentunya.

"Persis Haechan banget ya lo," Nakyung mengacungkan kedua jempolnya, "cocok, cocok, gue restuin."

Malam ini, keduanya hanya menikmati angin malam sembari berjalan-jalan ringan di sekitar komplek perumahan Nakyung. Mode hemat, ceunah.

"Guanlin sama Jeno udah baikan," lapor Jinyoung.

Nakyung tertawa mendengar ucapan sang Aa', "Kok lapornya sama gue?"

"Ya... kali aja lo pengen tau?" jawab Jinyoung.

"Guanlin bilangnya dia marah karena apa?" tanya Nakyung.

"Bukan Guanlin, tapi Jeno yang cerita," jawabnya, "salah paham doang, katanya gara-gara Jeno gak mau ngajarin dia padahal besoknya ulangan."

"Lo percaya, gitu?" tanya Nakyung, kembali tertawa.

Jinyoung mengangkat bahunya, "Entah. Menurut lo gimana?"

Nakyung terdiam. Sejenak, gadis itu menengadahkan kepalanya, menatap langit malam. "Kalo gue, enggak percaya," jawabnya. Ia menoleh ke arah Jinyoung, "mereka mungkin bisa bohong di depan lo sama Haechan, tapi gak bisa di depan gue."

"Tau gak, Haechan juga ngerasa kalo lo ada masalah sama Alin," ucap Jinyoung.

"Hah?" kedua mata Nakyung membulat, "bener juga, gak ada yang bisa diumpetin dari Haechan, Jeno, ah tau ah."

Jinyoung tertawa. Haechan dan Jeno, keduanya benar-benar merupakan pengamat yang pro.

"Btw, besok ikut ke Bang Moonbin?" tanya Jinyoung.

Nakyung menggeleng, "Gak deh, ada Guanlin juga."

"Hm, mereka berdua cukup kali ya," ucap Jinyoung.

Ya, entah untuk ke berapa kalinya, The Lost kembali ke kantor polisi. Tidak, bukan kasus baru, hanya saja polisi membutuhkan keterangan dari mereka sekaligus Sunwoo, terkait Nako, pasukan hitam-hitam, beserta senjata api yang entah ia dapatkan dari mana.

"Lo masih belom mau damai sama Guanlin? Apa perlu gue turunin Haechan sama ilmu cocoklogi buat ngurus kalian berdua??" canda Jinyoung.

Nakyung menggeleng, "Nanti dulu lah, gue perlu berdamai sama diri sendiri dulu. Ah ya, ngomongin Guanlin, dia ngajak gue berangkat bareng ke museum."

"Dih? Dia gak mau naik bus aja gitu bareng-bareng sama yang lain?"

"Alah kayak gak kenal Guanlin aja, mana mau dia," jawab Nakyung. "Gue tolak, jelas. Gue tau ini salah banget, tapi cukup lah, gue pengen menjauh dulu."

"Menjauhlah sampe lo tenang," ucap Jinyoung sembari tersenyum, "lusa mau berangkat sama gue?"

"Call!"

"Lo mau bawa berkas apa aja?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lo mau bawa berkas apa aja?"

Besoknya pada jam istirahat kedua, kelima remaja itu kembali berkumpul di markas untuk menyiapkan urusan Guanlin dan Jeno di kantor polisi. Kali ini tidak hanya mereka berlima, hadir pula Sunwoo dan Eric, duo maut pesaing neng-Aa'.

"Maap maap aja nih, kayaknya not angka yang kemaren gak valid dah, kayaknya pas mencet-mencet keyboard tuh gue kesurupan Beethoven," ucap Eric.

"Iya, gue gak masukin itu juga, ribet," sahut Jeno. "Paling cuma chat yang dikirim ke Bundanya Sunwoo--buat kasus pencemaran nama baik, SMS pas malem itu, sama rekaman yang dari recorder."

"Sumpah, kok bisa-bisanya lo kepikiran pake recorder tuh gimana sih??" tanya Guanlin pada Sunwoo.

Tak kunjung ada jawaban. Tentu saja, pemuda itu sibuk berkeliling markas The Lost sambil memegangi benda-benda "aneh" di rak buku.

"Jangan petakilan, Woo, ntar masuk klinik lagi," ucap Nakyung memperingatkan Sunwoo.

"Kagak lah, aman gue di sini, gak ada pistol," sahut Sunwoo, kemudian kembali bergabung dengan teman-temannya, "gimana, gimana?"

"Gak tau aja lo, Guanlin ranjaunya banyak," celetuk Haechan, "btw, Ric, kok lo bisa tepat waktu banget bawa polisi ke sekolah tuh gimana ceritanya, anjir?? Keren banget, gue serasa lagi main pilem eksyen."

Eric mengibaskan tangannya, " Ada lah temen gue, panjang banget ceritanya."

"Fix cuma berempat yang ke kantor polisi, kan? Jeno, Guanlin, Eric, Sunwoo?" tanya Aa' memastikan.

"Iya," jawab Jeno. "Lo mau ikut?"

"Gak deh, makasih, gue pengen rebahan aja," jawab Jinyoung.

"Jangan lupa tuh si Sunwoo pegangin yang bener, nanti ilang," ucap Nakyung.

"Asli, mulut lo pedes bener, gue kira Renjun udah paling pedes," ujar Sunwoo.

Aa' sebagai konco kentel-nya Renjun merasa tertohok. "Gue diem-diem bae lah," ucapnya.

Sendirian di pojok ruangan, Jeno sibuk menyusun berbagai lembaran analisis mereka dan nyimpannya kembali ke dalam map. "Dah kelar nih, mau berangkat kapan?" tanya Jeno.

Sunwoo melirik jam tangannya, "Sekarang aja? Tapi jam segini macet gak sih?"

"Duh, lo lupa siapa supirnya alejandro hah," Haechan mengangkat tangan Guanlin, "nih, Guanlin nongol doang aja orang-orang pada minggir."

"Sembarangan," Guanlin melepaskan tangannya dari genggaman tangan Haechan, "sekarang aja, kuy. Kalo macet, anggep aja bonus."

"Wiih, asik, gue bolos lagii," ucap Eric dengan semangat 45.

note

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

note. dah jangan bayangin alin uke, serem bos

 dah jangan bayangin alin uke, serem bos

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

hayolo jenonya dua

asli aku mabok banget bikin konten Aa'-nyai alias bAnyak banget ini moment-nya kapal gaib

STALEMATE: The Lost [✔]Where stories live. Discover now