"Loh, Non Leta"
Leta mendongak mendengar suara bi Asih, seorang Art yang merawatnya dari kecil. Leta tersenyum, mendekat pada Bi Asih dan memberikan pelukan hangatnya.

"Non Leta ndak pulang kemarin tuh kemana to, bibi kawatir non, Bapak pulang Non ndak dirumah marah to ya si Bapak" jelas Bi Asih melerai pelukan mereka. Leta terkekeh, setiap kali mendengar nada bicara Bi Asih ia selalu saja merasa senang.

"Ini siapa non?" tunjuk Bi Asih pada Revin yang masih terdiam didepan pintu. Leta menoleh, membenarkan rambutnya yang sedikit kusut.

"Ini Revin bi, suami Leta" jawab Leta apa adanya, Bi Asih mengangguk menatap Revin yang nampak tersenyum kaku.

"Oalah suami," Leta mengangguk membenarkan perkataan Bi Asih.
"Loh suami? Maksudnya apa to non? Mbok ya jangan bercanda" kesal Bi Asih menatap geram kearah Leta.

Leta menghela nafas, "Ceritanya panjang bi, Leta mau ketemu Ayah"

"Yaudah ayo masuk, mas ganteng ayo masuk juga" ucap Bi Asih menuntun Revin dan Leta kedalam rumah.

°•°•°•°

"Jelaskan!"
Leta dan Revin kembali terkejut mendengar teriakan Danu–ayah Leta.

Revin menghela nafas, baru saja ia menjelaskan tentang semua kejadianya secara terperinci eh bapak-bapak ini minta dijelaskan lagi.

"Singkatnya saya menikahi anak bapak karena kejadian yang tak disengaja bukan karena kami melakukan kegiatan yang tidak-tidak"
Danu terdiam sejenak, melirik Leta yang nampak duduk meremas jemarinya sambil menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Bagus, artinya saya tidak perlu mengurusi anak ini"
Revin mendongak mentapa Danu yang nampak tersenyum memainkan jemarinya.

"Maksud anda?" tanya Revin penasaran harusnya Danu marah namun ia malah terkesan senang.

Danu menegakkan duduknya.
"Saya ataupun istri saya sudah tidak perduli dengan anak ini, jadi saya lega kalau ada yang mau memungutnya" jelas Danu kemudian.

Pertahanan Leta hancur, perlahan air matanya turun bersamaan dengan perkataan Ayahnya. Tega, itulah yang selalu orang tuanya lakukan pada dirinya. Berkata sesukanya tanpa memikirkan perasaan Leta.

Revin terkejut, tak menyangka ada orang tua seperti Danu ini. Ia bersyukur memiliki ayah seperti Rescha yang walau tegas namun tak pernah berbuat tega padanya.

Revin melirik Leta yang tertunduk, Revin tau kalau Leta sedang menangis dalam diam.

Revin tersentak mendengar deheman Danu, "Jadi, bawa anak ini keluar sekarang, dan kamu," tunjuk Danu pada Leta, "Beresi semua barang kamu dan keluar dari sini, jangan berkunjung atau apapun kesini karena saya akan menjual rumah ini dan akan menetap di New York" lanjut Danu menambah sesak dada Leta. Ia muak dan lelah, tak diterima dimanapun.

"Kenapa yah?" tanya Leta dengan suara serak mengundang perhatian Revin.

"Saya bukan ayah kamu" sela Danu menatap Leta yang mulai mendongak.

Leta menarik nafas berlanjut berdiri mengusap air matanya.
"Leta anak siapa yah? Kenapa Ayah sama bunda nggak pernah perduli sama Leta, apa salah Leta sama kalian? Apa yah?! Leta cuma pengen kalian anggep Leta" ia kembali terisak semua yang ia tahan selama ini sudah keluar dengan sendirinya.

Danu terkekeh, "Kamu bukan anak saya. Kamu itu anak istri saya bersama lelaki berengsek diluar sana!" bentak Danu nampak ikut emosi.

Leta mengepalkan kedua tangannya, jadi benar kalau Danu bukanlah ayahnya, tapi mengapa bundanya tak mau menerimanya.

"Tapi, kenapa bunda juga jauhi Leta, kenapa?" tanyanya dengan suara parau.

"Karena, istri saya juga tidak mengiginkan kamu! Seharusnya kamu bersyukur saya masih mau menanggung hidup kamu. Gadis seperti kamu memang tidak tau diuntung" ucap Danu remeh.

Leta masih diam, dia sedih, frustrasi tak mengerti apa yang harus ia lakukan. Kepalanya berdenyut bagai dihantam benda keras, keseimbangannya perlahan runtuh seiring kepasrahan dirinya. Pandangannya meremang dan berakhir gelap.

Revin yang sudah memperhatikan Leta segera berdiri menahan tubuh rapuh itu merengkuhnya kedalam gendongannya.

"Let," lirihnya menatap muka pucat Leta.
Revin kembali menatap Danu yang mencibir tak suka.

"Saya tidak pernah bertemu orang berhati batu seperti anda," Ucap Revin melengos meninggalkan Danu.

Revin berjalan menuju dekat tangga, ia tahu Bi Asih menguping dari tadi.

"Bi Asih" panggilnya membuyarkan terawangan bi asih yang sedang menangis juga.

"Tolong kemasi semua pakaian dan barangnya Leta, saya tunggu di mobil" Bi Asih mengangguk, mengusap air matanya berlalu menaiki tangga menuju kamar Leta.

Revin sedikit melirik Danu yang terdiam sambil terduduk. Ia menghela nafas berjalan keluar dari rumah sialan ini dengan Let digendongnya.

__________________________________________________________________________________________________________________

Hai ketemu lagi, Tq buat klian yg udah koment, maap gbsa bls satu² tapi selalu aku baca kok.

Yuk spam next disini^^

Aletha

Yuk support Leta disini^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yuk support Leta disini^^

Married Dadakan Where stories live. Discover now