37 - Tidings of Die

Start from the beginning
                                    

"Aku minta maaf, aku rasa ada kesalahan yang aku buat sampai membuatmu seperti ini. Ayah baru menyadari kesalahan Ayah sekarang, meski telat maafkan aku Ahra. Maafkan aku, atas semua yang terjadi padamu." Tapi siapa yang menduga? Meski sesak, nyatanya Ahra merekahkan senyumnya hatinya mendadak hangat.

"Itu bukan salah Ayah, aku akan mencoba untuk menghadapi rasa takutku sendiri. Aku tidak akan melarikan diri lagi, aku akan menghadapi rasa takutku." Ahra berujar dengan raut wajah tenang.

"Ayah percaya padamu." Ahra sedikit menjauhkan ponselnya, begitu suara disekitar ayahnya mendadak berisik.

"Ayah, ada apa?"

"Nak, ayah harus pergi sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Nanti ayah hubungi lagi." Kata Siwon mematikan sambungan telponnya sepihak.

Dahi Ahra mengerut bergelombang, kenapa tiba-tiba begini? Siwon, bahkan tidak membiarkan Ahra mengucap salam dengan benar dan malah mematikan ponselnya sepihak.

-------

Beranjak dari dapur dengan senyum yang tidak pernah luntur, Sehun sudah selesai dengan makanannya. Bukan bohong, tapi Ahra benar-benar membuat pangsit isi udang itu enak sekali. Dari ambang pintu, Sehun lihat wajah Ahra yang kesal memandangi layar ponselnya.

Sudut bibirnya terangkat naik, kakinya menetap tidak lagi beranjak. Memperhatikan Ahra dari kejauhan seperti ini, sudah cukup rasanya untuk Sehun. Rasanya menyenangkan melihat rona merah muda, yang sudah lama tidak Sehun lihat di wajah Choi Ahra.

Sudah 10 hari, Sehun bahkan sudah meminta maaf. Sudah melakukan segala sesuatu agar gadis itu mau memaafkan, tapi yang dia terima apa? Hanya pengabaian. Sehun bersumpah, tidak akan membuat Ahra marah lagi.

Sebab dibandingkan didiami, Sehun akan merasa lebih baik kalau Ahra memarahinya atau memukulinya. Diam adalah cara marah paling mengerikan, bagi Sehun.

Sehun melanjutkan sisa langkahnya, baru akan Sehun tanya dapat telpon dari siapa. Gadis itu menaruh ponselnya di atas nakas, bergegas pergi meninggalkan Sehun yang baru masuk. Selalu begitu, Ahra selalu menghindarinya.

"Masakanmu enak." Puji Sehun, membuat Ahra membalikkan tubuhnya.

"Kalau begitu, cuci piringnya sehabis makan." Jawab Ahra masih ketus.

"Hey Sehun!" Panggil Ahra membuat Sehun yang hendak berprotes, mengurungkan niatnya.

"Kau tau, kalau Sejong sebenarnya-" Ahra menggeleng cepat, sepertinya dia baru menyadari sesuatu.

Yang membawa Sejong kembali adalah Sehun, bukankah itu artinya Sehun dan Sejong sudah saling mengenal? Bukankah itu artinya, Ahra juga mengenal Sehun? Apa Sehun benar-benar ada dalam ingatannya? Entah itu kapan, tapi bukankah begitu seharusnya?

Jadi, Sehun itu siapa sebenarnya?

"Ada apa?"

"Tidak, lupakan. Aku ke dapur dulu." Kata Ahra, mendadak bingung mendapati keyakinan tanpa ingatan atau secuil alasan kenapa dia menyakini ini.

"Kalau lelah, istirahat saja denganku." Kata Sehun, dan Ahra mendengkus sebal mendengarnya.

Sehun tersenyum puas kembali melangkah menuju kasurnya, ini masih siang dan Sehun masih wangi. Sehun tidak pernah bau, meski tidak mandi. Percayakan?

"Ah, sepertinya akan begini kalau aku punya istri." Gumam Sehun, dia bisa sedikit istirahat sekarang karena jadwalnya hari ini sudah selesai.

Hanya pemotretan saja. Tapi kedepannya, dia akan lebih sibuk karena kemarin dia mendapat tawaran menjadi pemain utama, dalam sebuah drama dan Sehun mengambilnya. Tentu saja, ini kesempatannya untuk membuktikan pada dunia kalau dia bisa sukses bukan hanya karena tampangnya saja.

Couple Or Trouble - OH SEHUN (Tamat)Where stories live. Discover now