°•°•°•°

"Apa banget tuh cowok, bener-bener buta." gerutu Leta disepanjang koridor menuju kamar mandi.

"Let,"
Ia menoleh, sebuah panggilan membuat Leta berhenti dan berbalik badan. Leta mengernyit siapa yang mendekatinya mirip Revin. Leta tersenyum kala orang itu bersama temanya mendekatinya serta melemparkan senyum. Revan rupanya, terlihat saat ia tersenyum tak nampak lesung pipit di pipinya.

"Kenapa buru-buru, terus itu baju lo kenapa?" tanya Revan memperhatikan pakaian Leta yang nampak basah.

Leta tersadar, ia sedikit gugup bila berurusan dengan cowok selain Nino.
"Tadi, disiram kuah bakso sama adek kelas" terang Leta dengan nada kesal.

Revan mengganguk kecil tanda mengerti.
"Sekarang lo mau gimana?" tanya Revan bersandar pada tembok yang berada disamping kanannya.

"Nggak tau" jawab Leta lesu, ya karena ia memang tidak tahu harus bagaimana.

Revan terkekeh, mengusap rambutnya sambil melirik temanya.
"Mendingan lo pake seragam gue dulu, gue olahraga sampai jam terakhir soalnya" usul Revan menaik turunkan alisnya, sungguh bagi Leta Revan sangatlah tampan dan ramah jauh dari kembarannya.

Leta berpikir, melihat seragam Revan yang masih menempel pada pemiliknya sambil mengigit bibir menimang-nimang tawaran Revan.

"Kebesaran lah van" ucap Leta apa adanya, memang benar dirinya saja pendek sedangkan Revan tinggi.

Revan tertawa kecil, "Iya juga,"
Leta mendesah pelan tanda kecewa.
"Tapi daripada pake seragam lo, kotor terus ekhmm anu–" Revan menjeda memalinkan muka mengelus dagunya tak enak.

"Anu apa?" tanya Leta penasaran sambil memperhatikan dirinya.
"Agak kelihat" lanjut Revan.

Shit!
Leta buru-buru menyilangkan kedua tanganya menutupi tubuhnya, malu? Tentu saja dia malu.

"Yaudah siniin baju lo" ucap Leta.
Revan tersenyum kecil, "Tunggu gue mau ganti dulu"

Leta mengangguk, melihat Revan dan temannya memasuki kamar mandi pria.
Ia menyandarkan dirinya pada tembok melihat kearah lapangan utama melihat aktivitas orang lain sembari menunggu Revan.

"Nih" Leta tersadar, lama juga ia menunggu akhirnya Revan selesai.
"Makasih" ucap Leta sambil menerima uluran seragam Revan.

Revan mengangguk, "Ada keringat gue dikit tuh, nggak papa kan?" tanyanya sedikit merasa tak enak.

"Nggak papa" jawab Leta tersenyum, masih bagus ada yang meminjami dirinya baju.

"Gue duluan" pamit Revan berjalan semakin jauh.

°•°•°•°

Revin yang semula berniat langsung kembali ke kelas mengubah niatnya. Ia berjalan menyusuri koridor kelas Leta berharap akan bertemu Leta.
Jujur ada rasa tak enak karena kelakuan Amora, Revin bukanya tak adil dan membela Amora tapi belum selesai ia bicara Leta saja sudah meninggalkan kantin.

Ketemu, Revin mengernyit melihat Leta yang berjalan menuju kelasnya sambil terus membenahi seragam kebesaran yang bukan milik Leta pastinya.

Revin mendekat.
"Baju siapa?" tanyanya tiba-tiba membuat Leta terkejut.

Leta berhenti, menoleh menatap Revin dengan muka kesal.
"Bukan urusan lo" jawabnya dengan nada ketus.

Revin menghela nafas memperhatikan name tag pada baju Leta. Ia berdecak, milik Revan rupanya.

"Kenapa? Mesum ya lo" tuduh Leta lagi, melihat Revin yang terus melihat dadanya.

Pletak

"Awss" Leta meringis mengelus dahinya yang baru saja disentil oleh Revin. Tega sekali memang dari awal bertemu Leta sudah menduga hobi Revin yaitu main sentil-sentilan.

"Sakit bego, ngeselin emang lu"
Leta berbalik meninggalkan Revin dengan perasaan kesal.
Sebelum Leta berjalan, Revin lebih dulu menarik tanganya.

"Inget, nanti lo pulang sama gue. Kita kerumah lo dulu" Leta yang awalnya ingin marah menjadi tertunduk, ia sampai lupa kalau nanti harus kembali kerumahnya lagi.

Leta mengangguk, "Lepas," ucapnya pada Revin, Revin melepasnya membiarkan Leta berjalan semakin jauh hingga masuk kedalam kelas.

__________________________________________________________________________________________________________________

Hai, apa kabar?




Next? Atau nggak usah?

Married Dadakan Where stories live. Discover now