chapter twenty three

64 18 16
                                    

Chapter twenty three
Explanation

—00—
Seoul, 27 Juni 2020

"Mahkota pertama, Lee Jinsol. Apa yang kalian tau? Keluarga nya strict? Apa kalian tau kalau dia tertekan karena orang tuanya banyak mau dan  kemampuannya nggak sehebat itu? Dia yang kepingin ngeakhiri hidupnya, kebetulan aja dia tiba-tiba curhat ke gue. Gue? Ya gue bantu lah, gila aja ada kesempatan nggak dipake. Karena gue sama Gowon juga udah punya rencana dan tinggal ngejalani doang, eh Jinsol ngegampangin usaha gue. Dosa? Heum? gak lah, gue cuma jadi perantara dan Gowon yang ngater dia ke alam lain."

"Gue kira bakal ada polisi yang turun tangan setelah kematian Lee Jinsol, haha, tapi orang tuanya malah milih nutup kasusnya karena takut namanya tercoreng. Kenapa juga sekolah nggak inisiatif? Pfft, apa lo tau kalo sekolah ini nggak sepeduli itu sama siswanya? Kalo lo lihat portal berita, nggak akan ada satupun media yang ngebahas Jinsol karena mereka dibungkam uang. Itu mungkin cuma salah satunya, lo nggak tau kebusukan apa aja yang udah komite sekolah bahkan kepala sekolah lakuin. Sunwoo bener, kalian emang nggak seharusnya di Adeelar."

Hyunjin menelan ludah gugup, jadi dia mendapat sebuah jackpot barusan? Atau nanti bagian rekaman ini akan dihapus oleh pihak sekolah?

Jinyoung berdehem lalu menatap Han. "Kalau kalian tau kasus kematian pertama, kenapa nggak langsung publikasikan diri? Jadi gue nggak harus ngotorin tangan gue sebanyak ini kan? Kalian pasti tau mama gue lewat Sunwoo karena kalian emang nggak sepintar itu. Kenapa gue milih lo? Simple, kekuatan lo nggak berbahaya dan juga karena paman lo, mama gue di hukum mati."

Jinyoung berdiri lalu mendekat dan menggores pipi kiri Han dengan sedikit tekanan. Han hanya diam--dengan kedua tangan mengepal erat-- tidak mau buang-buang suara.

"Yang selanjutnya Shin Yechan. Alasan gue simple, dia terlalu naif dan terlalu baik. Gue benci orang baik yang bahkan saat diinjak-injak cuma diem. Dia mending tinggal di surga, dunia terlalu kotor buat dia."

"Juga, dia terlalu mirip gue di masa lalu. Gue nggak suka."

"Dan lo yang bakal ngegantiin dia buat tinggal di neraka bareng Gowon? Wah jenius!"

Jinyoung terkekeh, "Nancy sama Sunwoo harus ikut kita ke neraka kalo gitu. Lagian gue nggak masalah mau masuk neraka ataupun masuk penjara asal gue udah berhasil bunuh kalian, atau seenggaknya elo sama Eunbin. Ah tapi Eunbin udah pasti ga akan turun ke tangan gue sih, udah di urus patner gue."

"Yang selanjutnya siapa? Ah, Lee Soojin! Mahkota ketiga. Polos banget dia, gue ajak ketemuan jam dua pagi mau aja haha, mana dia kan besar di panti, jadi kasusnya di tutup cepet."

Drtt drttt

"Pasti dari patner gue," Jinyoung berdiri lalu melangkah masuk untuk mengambil ponselnya kemudian kembali lagi.

"Ikut dengerin coba, siapa tahu lo ngerti kondisi Eunbin."

"Masih lama lo? Kalau masih, gue mau main-main dulu tapi ini Eunbin-nya nggak sadar-sadar. Kebanyakan kali ya gue makenya tadi?"

RahangJeno, Hyunjin dan Han makin mengeras, benar kata Jeno, tidak ada yang bisa benar-benar di percaya.

"Urus aja sesuka lo Rose, Gowon gimana?" Jeno yang mendengar nama asing itu menyerngitkan dahi lalu menemukan satu hal lain. Jika suara yang dia kenal adalah milik Nancy tapi Jinyoung memanggil suara itu dengan nama Rose, kemungkinan besar Nancy menderita kepribadian ganda.

"Disebelah gue, mau ngomong?"

"Nggak usah, nih Han, lo mau titip salam?"

Jinyoung mematikan shower lalu mendekatkan ponselnya pada Han. Han menggeram, "mati kalian bedebah."

[(1. Exousìa : Murdered soul)] ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang