Chapter twenty one

50 17 2
                                    

Chapter twenty one
Evidence

—00—
Seoul, 26 Juni 2020

Malam harinya, Heejin dan Nakyung tidak bisa tidur karena tulisan kapital Renjun sore tadi.

"Untuk pertama kalinya, gue nggak percaya sama Jeno sama Renjun. Gini aja deh logikanya Jin, Gowon nggak bakal mau repot-repot berurusan sama polisi kalau sampai ke tangkep karena itu jelas bisa ngebuat beasiswanya kecopot dong."

"Gue sih nggak masalah buat dugaan mereka, gue juga nggak masalah kalau lo nggak mau percaya karena faktanya, Gowon sama Nancy sama-sama mencurigakan. Gowon dengan gelang yang dipake nya, dan Nancy dengan arsenik-nya."

Obrolan mereka berhenti saat pintu kamar mereka di ketuk lumayan keras dari luar.

Heejin yang memang posisinya masih berdiri akhirnya melangkahkan kakinya untuk membuka pintu. Dia memutar kenop lalu menariknya. Matanya membulat kala mengenal siapa pengeruk pintu yang kini berdiri dengan canggung di depannya.

"H-hai, bisa ngobrol sebentar?"

"Eh, Nancy? Bisa, masuk aja."

Nakyung melotot ke arah punggung Heejin, bisa-bisanya dia mengijinkan Nancy masuk, bagaimana kalau gadis itu datang dengan niat buruk? Membunuh keduanya misalnya?

Nancy melirik ke belakang, menyadari tatapan Nakyung yang kurang suka kehadirannya membuat cewek itu berdehem canggung. "Ke taman aja gimana?"

"Gue sih no, ya Cy. Gini, ini udah malem, ntar kalo ada satpam keliling mampus kita kena detensi." Nakyung menyahut cepat, sebenarnya bukan karena khawatir tentang detensi, dia lebih khawatir kalau Nancy sudah merencanakan sesuatu saat keduanya mengikuti permintaan gadis itu ke taman.

"Emang kalo di dalem sini aja kenapa Cy?"

"Gapapa, tapi takut Nakyung nggak nyaman aja." Nakyung menahan dengusan, "racun aja gue sama arsenik, biar kebalik gitu, gue yang takut sama lo."

Heejin menarik tangan Nancy agar masuk lalu menutup pintu kamarnya. Dia menatap Nakyung tajam, "to the poin banget ya kalo nyindir."

"Iya gue ngaku emang kalo gue yang ngeracunin Gowon, nggak papa juga kalo lo mau ngelaporin gue ke polisi. Tapi lo nggak tau kan apa alasan gue ngelakuin itu?"

"Karena kedok lo sama Jinyoung udah ketahuan? Bagus lah, membusuk sama Jinyoung di penjara lo bentar lagi."

"Tapi kan lain cerita kalo gue ngeracunin lo duluan?"

Tangan Nakyung langsung menunjuk Nancy yang sepertinya sudah terpancing emosi. "Tuh liat Jin, udah bilang kayak gitu masih mau lo percaya?"

Heejin menghela napas, rasanya kepalanya berasap karena terlalu berpikir keras, "oke kalem, kalem. Sekarang coba lo jelasin apa alibi lo."

Nancy mendengus, "panggil temen-temen lo deh sekalian. Buat mereka yang nyimpulin apa ucapan gue bener atau cuma bohong."

"Bener, kan kalo dia bohong dan ngancem bunuh kita, kita tinggal keroyok. Kalo kepepet bakar aja langsung."

"Tolong gausah sebut nama gue ya, gue takut kalo kabar ini sampe ke dia karena di retas. Dia bisa-bisa beneran bunuh kalian bertujuh."

"Retas? Sunwoo?"

"Iya."

"Ah, beneran terlibat ternyata, gue kira sekedar lewat."

Heejin akhirnya merogoh saku piyama nya lalu mengambil ponsel dari sana kemudian menekan aplikasi chat dan mengetikkan pesan dalam ruang obrolan grup.

[(1. Exousìa : Murdered soul)] ✓✓Where stories live. Discover now