chapter three

66 20 8
                                    

Chapter three
the devil

—00—
Seoul, 20 Juni 2020

SIANG itu, kelas Heejin sedang ada pada jam olahraga. Semua siswa kelasnya sibuk melakukan olahraga bermacam-macam, atau mungkin lebih tepatnya hanya siswa laki-laki yang aktif sementara sebagian besar perempuan memilih duduk di pinggir lapangan yang teduh, tak terkecuali untuk para exousìa perempuan.

Eunbin mendengus, "liat si Hyunjin anjeng! Tebar pesona mulu sialan." Nakyung terkekeh lalu menatap Hyunjin yang menggiring bola dan sesekali melempar kecup jauh yang sontak membuat suara teriakan para perempuan terdengar memekakkan telinga. "Cemburu lo ya!"

"Sembarang lo kalo ngomong!" Eunbin mendelik lalu memukul bahu Nakyung. Heejin mengedarkan pandangan ke sekitar, "eh, lapangan utama masih digaris polisi?"

Serempak, Nakyung dan Eunbin mengendikkan bahu, "nggak tau, tapi kayaknya ada penyelidikan lanjut kan dugaan polisi udah berubah jadi pembunuhan berencana bukan bunuh diri lagi."

"Berarti kemungkinan keluarganya ngijinin?"

"Dilihat dari keluarganya yang nolak soal abu Jinsol kemarin kayaknya nggak ngijinin. Tau deh."

"Kenapa nolak ya? Jinsol kan anak tunggal? Emangnya dua orang tuanya nggak merasa ada yang ganjil gitu? Atau seenggaknya nuntut sekolah gitu buat ngusut kasusnya sampe selesai?"

"Bener sih, mereka kayak sengaja gitu. Semacam nggak mau disorot sama kepolisian buat nuntasin kasusnya. Gue tebak nih ya, pasti bentar lagi kasusnya bakal di tutup."

"Heejin ku! Nakyung ku! Eunbin ku!" Dari kejauhan, Hyunjin melambaikan tangan dengan senyum lebar hingga matanya ikut melengkung menjadi sebuah senyuman. Ketiga orang yang dipanggil sontak melengos dengan wajah jijik.

"Si kampret! Malu gue." Maki Heejin dengan raut masam.

"Heh, ada yang beli minum gak?" Ketiganya menoleh bertepatan dengan Jeno yang mengacak rambut lepeknya yang basah karena keringat.

"Nah ini asli ganteng." Ujar Heejin diikuti cengiran. Nakyung mengangguk heboh, "asli kalo yang ini!"

"Mantap benar kalo yang ini!" Eunbin menepuk bahu Jeno dengan akrab. Jeno mengerutkan dahi, "kenapa kalian? Gue tanya minum ini anjir! Malah ngomongin ganteng."

"Gak ada Jen, kita-kita mau muji lo doang." Heejin nyengir lebar sementara Jeno mendengus, "minta aja noh sama fans lo." Nakyung mengendik ke arah gerombolan perempuan yang menatap mereka dari ujung lain lapangan.

"Gak deh, mending gue beli."

"Jeno! Halo selir-selirku sekalian!" Han datang lalu merangkul Jeno dengan akrab, disebelah cowok itu ada Renjun dengan wajah mengkilap karena keringat.

Renjun melempar satu minuman isotonik yang dipegang tangannya pada Jeno, lantas Jeno berterimakasih seraya tersenyum hingga matanya ikut membentuk sebuah lengkungan senyum.

"Emang lo sama Hyunjin emang sama aja anjir! Semua dah anggep selir lo." Heejin menggerutu dengan wajah sebal.

"Di kelompok kita yang cowok cuma Renjun sama Jeno doang yang kadang waras." Eunbin berkata seraya merebut sisa minuman isotonik dari Jeno.

[(1. Exousìa : Murdered soul)] ✓✓Where stories live. Discover now