[1] moonlight drawn by clouds

856 77 16
                                    

[a/n]

Ini draft yang ingin sekali kuwujudkan. Tapi karena plotnya belum matang, aku memutuskan untuk tenggelam dalam otome game dulu. Heheh

Sekarang karena cerita halu act 1-ku sudah selesai, biarkan aku merealisasikan ini.

.

.

.

When the Camellia Falls

[ soukoku, bxb, romance, time travel!au ]

.

.

.

Seandainya Atsushi masih hidup, hatinya akan merasa lebih tenang. Seandainya lelaki manis itu tidak meregang nyawa. Dazai tidak perlu sefrustasi ini-- berdiri di sisi jembatan gantung. Malam membuat jalan menjadi sepi. Tidak akan ada yang memergoki atau menahan Dazai.

Ia menghadap ke arah sungai, memandangi aliran deras yang bisa membuat tubuhnya terombang-ambing dan terantuk batu. Mungkin kepalanya akan terluka, lalu darah akan mengalir. Bila tidak ada seorang pun yang menolong, ia akan mati kehabisan darah.

Mungkin rasa tertekannya akan hilang setelah ini, setelah pergi ke alam baka. Mungkin ia bisa bertemu dengan Atsushi dan menjaganya lebih baik di sana.

Pemuda brunette itu menutup mata, membiarkan indra pendengarannya mendominasi. Ia merasakan suara deras air sungai di bawah sana. Tangannya terbuka pasrah sementara kakinya melangkah maju, semakin dekat dengan pintu kematian. Jantungnya berdebar-debar.

Satu langkah lagi.

Dazai menjatuhkan diri, membiarkan angin malam menghantarnya ke dalam arus sungai. Rasa sesak menyambut, melingkupi sekujur tubuhnya. Semakin lama tenggelam, napas pemuda brunette itu semakin tersendat.

Semuanya berangsur-angsur gelap. Begitu pula kesadaran Dazai. Malaikat maut mungkin sedang menjemputnya. Mungkin karena itu juga ia mulai tidak dapat merasakan tubuhnya sendiri. Semuanya mati rasa.

Sebentar lagi Dazai akan mati. Sebentar lagi ia akan menyeberang ke alam baka. Mungkinkah Atsushi akan menyambutnya di depan gerbang?

Tidak mungkin. Ia sudah membunuh lelaki manis itu. Atsushi pasti tidak akan mau melihatnya lagi. Beribu-ribu permintaan maaf tidak akan cukup untuk menebusnya.

Pikirannya berputar-putar, namun napasnya tak kunjung hilang. Perlahan tapi pasti Dazai bisa merasakan kedua tangannya lagi, juga tungkainya yang tanpa sadar berayun, menendang ke dasar sungai dan melawan gravitasi.

Dazai gagal membunuh dirinya sendiri.

Tangan pemuda itu bergerak, membuat tubuhnya mengapung di atas permukaan sungai. Dengan berat hati, ia berenang ke tepian, mendudukkan dirinya di atas tanah.

Dazai sudah kabur dari rumah tanpa membawa apapun. Ia bahkan meninggalkan surat selamat tinggal di atas meja bila ada yang mencarinya. Tapi di sinilah ia sekarang, duduk di pinggir sungai dengan pakaian basah kuyup. Masih hidup.

Sudah sekian hari pemuda brunette itu memantapkan hati untuk bunuh diri. Namun usaha pertamanya malah gagal. Di sisa hari ini, Dazai memilih untuk merenung. Kedua manik cokelatnya menatap permukaan sungai dalam diam.

when the camellia falls | soukokuWhere stories live. Discover now