Di luar ruangan, samar-samar Eunha mendengar mereka yang menangis terisak. Ia tersenyum lega tanpa tahu ada salah satu member yang tak merasakan kebahagiaan itu.

"Ah ... haha pasti eomma sedang membeli sesuatu ... tak mungkin dia tak di sini. Haha ...." Jin duduk di kursi samping kanan kasurnya. Tersenyum miris melihat tak ada siapapun yang menjenguknya.

Sudah hampir setengah jam dan belum ada satupun keluarganya yang datang. Ayah Jungkook mengintip dari balik tirai, ia menghela pelan, lalu mendekat dan duduk di samping kiri kasur Jin. Ditatapnya rekan anaknya itu penuh iba. Tak sengaja perhatiannya teralihkan pada kelopak mawar merah di dekat tangan Jin. Saat ia akan mengambilnya, Ayah V masuk dan ikut duduk di sampingnya. Ia jadi mengurungkan niatnya dan kembali menatap iba tubuh lemah Jin.

"Keluarga Seokjin memang tak datang? Satupun?" tanya bapak bermarga Kim itu.

Ayah Jungkook menoleh sebentar lalu kembali menatap Jin dan menghela napas berat. "Perawat bilang keluarganya tak bisa datang karena ada urusan mendadak--" Ia tersentak, teringat sesuatu, "Oh! tapi tadi sepertinya ada anak perempuan yang menjenguknya, hanya sebentar. Aku tak sempat bertanya siapa dia."

"Ah ...." Ayah V ikut menatap iba pada Jin, tak tega. Ia mengusap pelan surai lembut anak laki-laki itu.

Mereka tak sadar jika arwah anak-anak mereka sedang berkumpul di sana.

"H-hyung gwaenchana um ... mungkin keluargamu akan datang dalam beberapa hari lagi ya kan?" hibur Jimin sambil melirik yang lain untuk membantunya menghibur Hyungnya itu.

Jin menunduk, diam dengan pikirannya. Sementara member lain tetap bungkam, takut salah bicara. Bahkan RM pun kebingungan.

Saat suasana semakin canggung, RM tak sengaja melirik arloji milik Ayah Jungkook dan teringat mereka belum makan apapun sejak sampai di Seoul, pagi tadi. Ia kembali melirik Jin dan menghela pelan, lalu ditepuknya pundak namja itu sembari tersenyum sendu. "Sudah siang, ayo makan dulu Hyung."

Jin hanya menatapnya dalam diam. RM mendecih, tak suka jika Hyungnya itu menjadi frustasi seperti ini. Lalu dengan segenap tenaga ia menyeretnya keluar, diikuti dengan member lain yang mengekor di belakang, tak lupa mengajak Eunha untuk makan di kafe yang tak jauh dari Rumah Sakit itu.

"Uwahh tadi aku hampir saja ketahuan! Untunglah ada dokter yang memanggil perawat itu. Jika tidak, bisa saja aku diusir! Ah aku tak bisa begini terus. Pasti nantinya akan benar-benar ketahuan dan diusir," celoteh Eunha panjang lebar sambil menjambak rambutnya sendiri, seakan sangat cemas.

Jungkook mengangguk sembari terkekeh geli. "Ah tapi penjagaannya sangat ketat ya," ucapnya sambil mencomot tteoppokki milik Jimin.

Diam-diam Jimin meliriknya sinis lalu pindah tempat duduk di antara Eunha dan V.

"Tentu saja. Kau meremehkan bang PD nim?" sahut V lalu ikut mencomot tteoppokki milik Jimin. Kini Jimin sudah menjambak rambutnya karena kesal.

"Hm tetap saja. Eunha saja bisa menerobos diam-diam seperti itu. Aku jadi khawatir jika ... pelaku pengeboman itu juga bisa melakukannya," ucap RM khawatir.

"Ah karna kau mengatakan itu aku jadi ikut khawatir ...." sahut J-Hope dengan raut cemas.

V menggeleng-geleng sambil terkekeh tidak jelas. "Nee tapi tenanglah! Ada keluarga kita yang juga menjaga."

"Kau benar! Tubuh adikku besar. Melihatnya saja pelaku itu pasti kabur haha!" seru Jimin lalu berpose seakan menggambarkan adiknya adalah pria berotot besar yang menakutkan. Mereka tergelak karena tingkah konyolnya.

Ghost7Where stories live. Discover now