Cantik - Episode Dua Puluh Tiga🍃

52 7 5
                                    

Shireena memijit pelipis perlahan setelah pengakuan Ghea menyebutkan nama Rafqis kemarin. Kepalanya menjadi pening, perutnya terasa nyeri. Di putuskan berbaring di atas kasur tunggal. Banyak-banyak ia mengulang kalimat 'aku kuat, aku kuat, aku kuat'. Padahal seharusnya kalimat itu diganti dengan istighfar maka sebuah jalan keluar akan Allah hadirkan.

Seperti kata Ibnu Taimiyyah, "jika masalah yang saya hadapi mengalami kebuntuan, maka saya akan ber-istighfar kepada Allah sebanyak seribu kali (atau kurang lebignya sebanyak angka itu) niscaya Allah akan membukakan jalan keluar"

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ

Artinya : Maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun.

Salah satu sebab ketenangan hati dan fikiran adalah beristighfar kepada Dzat Yang memiliki keagungan (Dzul Jalal).

Banyak hal yang di anggap berbahaya tetapi justru mendatangkan manfaat. Setiap qadha' pada dasarnya baik, termasuk kemaksiatan yang dilakukan. Dalam Al-Musnad karya Imam Ahmad, disebutkan:

"Allah tidak memberlakukan sebuah qadha' kepada hamba-Nya kecuali itu menjadi sebuah kebaikan baginya"

Sungguh Shireena butuh ketenangan sekarang. Ingin sekali kakinya di ayunkan untuk pergi ke suatu tempat tapi dimana? Apa kembali ke club?

Tidak. Ia tidak bisa melakukan tindakan itu lagi, baru kemarin—— ia pergi pengajian bersama Ghea maka ia tidak akan membocorkan amalnya.

"Kebodohan merupakan tanda kematian jiwa, terbunuhnya kehidupan dan membusuknya umur"

Lelehan air mata itu mendadak luruh.

"Kebahagiaan, kedamaian dan ketentraman hati senantiasa berawal dari ilmu pengetahuan. Itu berarti ilmu mampu menembus yang samar, menemukan sesuatu yang hilang dan menyingkap yang tersembunyi. Selain itu, naluri dari jiwa manusia itu adalah selalu ingin mengetahui hal-hal yang baru dan ingin mengungkapkan sesuatu yang menarik"

Jilbab coklat itu semakin basah karena air matanya. Ada rasa sesal menghampiri diri akibat kebodohannya dalam menuntut ilmu. Pantas saja jiwanya tidak pernah merasa tenang, jiwanya gundah gulana karena selain ia yang kurang dalam menuntut ilmu, ia juga jauh dari sang pemberi ilmu. Bagaimana mau mendapatkan ketenangan jiwa jika ia saja enggan mendekati si pemilik jiwa. Bagaimana ia mau menyingkap hal yang tersembunyi bila tidak ada pinta yang di langitkan dalam sunyi.

Alangkah sombongnya Shireena selama ini ...

Hari ini Shireena harus menghadapi Rafqis. Ghea mengundangnya dalam acara–––khitbah. Sempat terbesit dalam tanya apa itu khitbah, akan tetapi Ghea berbicara mengenai rombongan maka Shireena menangkap bahwa itu adalah lamaran.

Di khawatirkan ialah, bagaimana cara Shireena menghadapinya apakah dengan menghindar? Tidak mungkin. Ghea pasti akan mencari-carinya. Permintaan wanita itu sangat jelas, "besok duduk disamping ana ya, Mbak. Selain ibu, ana mau, Mbak duduk dekat ana".

Ah.., wanita itu sangat lembut dan santun, akan cocok bila bersanding dengan Rafqis. Namun yang jadi pertanyaan apakah Shireena siap melepaskan Rafqis? Walaupun ia menginginkan perpisahan tapi sejujurnya ia sendiri tidak ingin hal itu sampai terjadi.

Keadaanlah yang memaksanya untuk melepaskan. Melepaskan Rafqis yang ia paksa nikahi demi harta sekarang malah semakin terjebak dalam dilema rasa.

Apa yang akan ia lakukan, akankah ia tega merusak kebahagiaan Ghea hari ini? Mampukah ia menyakiti hati Ghea? Ghea yang lembut, Ghea yang baik. Maka dengan cepat tanggap saat Shireena mengatur waktu untuk segera sampai di rumah Ghea awal waktu sebelum rombongan pria datang.

Cantik - Rahasia Di BALIK NIQAB || Edisi Revisi📝Where stories live. Discover now