Cantik - Episode Delapan🍃

283 22 9
                                    

[Aku Disini Tapi Hatiku Melalang Buana]

💦

"Ya Allah ya Tuhanku, hamba bersimpuh menghadap-Mu, maafkan kelalaianku. Aku sudah tidak jujur dalam memenuhi urusan duniaku, dosaku tak terkira bila disandingkan mungkin seluas dunia. Ada banyak tanya dalam selipan doa, kuingin ketenangan, kuingin cinta, kuingin bahagia dalam arti sebenarnya. Tunjukkan ya Allah. Bila benar hati ini tertaut padanya, pertemukan kembali aku padanya.

"Sentuh aku dengan cinta-Mu, bantu aku menggapai ridho-Mu, bukakanlah hatiku sepenuhnya untuk menerima cahaya hidayah-Mu. Aamiin"

Menghirup nafas menikmati aroma hujan, dinginnya udara sore melingkupi tubuh Shireena yang terbalut mukkena putih. Sudah lama Shireena tidak membaca ini, bisakah Shireena mengulangnya kembali?

Lidah terasa terbata mengucap kalimat demi kalimat arab yang tertera disana. Setetes air mata Shireena turun mengenai lembaran al-qur'an. Shireena sudah jauh tertinggal, dan kini Shireena ingin memulainya dari awal.

Hal semacam larangan banyak di kerjakan, hal yang wajib di tinggalkan. Betapa sombong menjadi sosok manusia, jika saja waktu bisa diulang Shireena mengingikan lahir dengan taat. Taktik hidup penuh dengan dugaan, tangis dan tawa bagaikan nyanyian bergema kala Shireena mengingat diri menari di atas podium dengan lampu kelap-kelip temaram.

Betapa banyak waktu yang terbuang percuma, saat banyaknya orang menghabiskan waktu dengan membuang uang, mencari uang tapi lupa sedekah. Saat banyaknya orang menghabiskan waktu dengan menilai kesana kemari namun lupa cara menilai diri sendiri. Padahal seharusnya semua harus diseimbangkan dengan jalan amalan lain.

Kurangnya majelis sebab lupa membagikan waktu, kurangnya majelis sebab alasan pekerjaan juga alasan tertentu. Termasuk Shireena di dalamnya. Menutup al-qur'an itu lalu menciumnya, menggapai ponsel yang sempat berdering saat Shireena mengeja kallam Allah.

"Shireena, saya harap kamu suka dengan pemberian saya, terus bersujud agar Allah menyayangimu"

Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui. Qs. Al-'Ankabut : 64

Shireena langsung membuka mukkena putih yang terbalut di tubuhnya. Melipatnya dengan asal beserta sajadah itu, meletakkan di atas tempat tidur. Berlari menuruni anak tangga melewati Mama yang terlihat bingung saat Shireena berlari mengarah ke pintu utama.

Ternyata rintik hujan masih setia berkunjung ke bumi, Rafqis tau Shireena sedang sholat. Apa dia memata-matainya? Shireena mengecek ponsel yang dalam genggamannya, membaca ulang isi dari pesan Rafqis beberapa menit lalu. "Apa kau memata-mataiku?" mengirim pesan itu ke nomor tak dikenal, itu Rafqis Shireena yakin. Centangnya satu, pesannya tidak delive.

Shireena menghentakkan kaki kesal dan menggerutu, "Hujannya tidak tepat!" menutup pintu dengan hentakan sedikit keras, yang berhasil membunyikan suara BRAKK!

"Kamu menggerutui rezeki, itu tidak baik" Mama menarikku ke ruang tv.

"Hujan itu rahmat, alangkah baiknya kamu berdoa sebab hujan bagian dari waktu yang mustajab untuk berdoa" Mama menyuapkan buah pir kemulut Shireena

"Benarkah?"

Mama mengangguk pasti, "Allah menjanjikan hal-hal baik untuk hambanya yang senantiasa selalu berdoa, meminta kepada-Nya"

"Termasuk bila aku meminta Rafqis kembali?" tanyanya sembari mengecilkan volume tv siaran spongebob kesukaannya.

"InsyaAllah. Kalau kamu bersungguh-sungguh maka doamu akan terkabul, dengan niat yang ikhlas tentunya, karena Allah bukan karena manusia. Kalau karena manusia nanti manusia berhasil kamu dapatkan tetapi ketenangan hati tidak ada di dalamnya" kata Mama terus saja menyuapkan buah ke dalam mulut Shireena. Shireena tau Mama pasti khawatir karena ia tak kunjung makan, mungkin ini sebagai pengalihan agar perutnya yang kosong terisi beberapa makanan, minimal buah agar tubuhnya tak seperti tengkorak hidup.

Cantik - Rahasia Di BALIK NIQAB || Edisi Revisi📝Where stories live. Discover now