Cantik - Episode Dua Puluh🍃

44 4 3
                                    


Di tengah guyuran hujan lebat. Padatnya ibu kota Jakarta tidak membuat mereka–––para kendaraan pribadi diam dirumah. Nyatanya semua masih tampak sliweran dengan arus berlawanan.

Dia–––Shireena. Mencerna tiap-tiap hal ikhwal yang di dapatkan sebelum mata itu terbuka melihat dunia. Ada getir yang teramat besar, berat, juga mempertaruhkan dirinya.

Keputusan yang masih ambigu. Ragu-ragu. Berkecamuk dalam benak dan itu sungguh mengganggu. "Her.., kau menyayangiku, kan?" Shireena menatap Herry yang tengah menyetir dalam diam.

"Maksudmu?" Ketenangan hati Herry lagi-lagi terusik karena perempuan ini. Berkali-kali ia sudah mematikan rasa untuk Shireena namun masih belun bisa. Sekarang? Malah Shireena menanyakan soal hatinya. Tidak. Herry tidak mau geer lagi dan membayangkan Shireena akan menerima cintanya. Shireena sedang tidak sehat. Tidak ada gunanya berharap pada hal itu, karena yang jelas Shireena telah memiliki suami. Itu garis keras! Dia bukan perusak atau apa sebutannya? Pebinor?––– tidak. Dia laki-laki yang bermartabak tidak mau merusak reputasi hanya karena perkara nafsu ingin memiliki.

Akalnya masih sehat. Masih ada perempuan lain yang belum terikat dengan ikrar sakral. Lalu mengapa harus yang bersuami bila masih banyak yang jomblo. Nessa misalnya.

Tidak. Herry tidak mau mencoreng nama keluarganya hanya karena cintanya. Itu mengerikan. Senangnya di dunia menderitanya sangat-sangat diakhirat.

Abu Hurairah radiiyallahu mengatakan jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Barang siapa menipu dan merusak (hubungan) seorang hamba dari tuannya, maka ia bukanlah bagian dari kami. Dan barang siapa merusak (hubungan) seorang wanita dari suaminya, maka ia bukanlah bagian dari kami”.

Mata itu sudah beralih menatap keluar jendela. Roda-roda empat dan roda dua menjadi santapan penglihatan di malam yang gelap. Tetes demi tetes air menghadirkan embun pada kaca mobil gelap yang ia naikki.

"Aku cuma mau memastikannya" ucapnya pelan. Disamping itu mereka sampai di kontrakan berpintu milik Herry.

Lambat Shireena turun. Ia berujar, "aku pasti membayar segala tagihan rumah sakit yang sudah kau duluankan" dia diam. Melepaskah seetbelt lalu melanjutkan, "juga biaya baju-baju yang kau berikan untukku" Shireena megangkat kepala memberikan seutas senyum tipis, "aku menunggu struk belanja barang-barang ini. Sekaligus dp rumah yang masih kau berikan masa tenggang. Sekarang kau boleh pulang. Terimakasih untuk malam ini. Kau sangat baik. Semoga Allah membalas segala kebaikanmu dengan kebaikan juga rezeki yang berkali-kali lipat"

Mengaga. Herry takjub dengan Shireena. Itu beneran Shireena kan? Shireena yang ia cinta sekaligus sahabatnya. Shireena yang baru ia rawat akibat tertembak peluru panas. Shireena yang dulu mengatakannya culun. Shireena yang selalu mengata-ngatainya bodoh karena memiliki perasaan padanya.

Seingat Herry yang terluka adalah perut, bukan kepala. Lalu mengapa Shireena telah berubah sedemikian rupa hanya perkara di tembak?

Fikiran juga berkecamuk dan terputus lamunan saat kaca jendela mobil itu diketuk dari luar. Sigap Herry membukanya serta menunggu apalagi yang akan Shireena ucapkan setelah ini.

"Boleh, sekalian aku minta dibelikan makanan?" Ucapnya jujur yang sukse membuat Herry menampilkan senyum lebar.

"Ayo kita pergi makan" katanya semangat. Rona senang tidak dapat di bendung daru riak berkacamata itu.

"Tolong belikan saja. Aku menunggu dirumah, aku sudah terlalu lelah dan perutku terasa sakit" pintanya pelan.

Lagi-lagi membuat Herry hampir terperangah takjub dengan kalimat-kalimat baik yang Shireena ucapkan. Yang tak berapa lama Herry mengingat sesuatu tentang rekaman suara yang dikirimkan Nessa tentang rezeki dan kematian.

Cantik - Rahasia Di BALIK NIQAB || Edisi Revisi📝حيث تعيش القصص. اكتشف الآن