39: Let's Begin Again

3.2K 390 54
                                    

Tangan bergetar spontan, nafas dihembuskan terus-menerus dalam kegelisahan. Bela meremas bagian rok gaunnya menetralisir perasaan gugup yang sekarang ia rasakan. Apa yang ia lakukan sekarang sudah benar? Tapi seharian kemarin ia telah memikirkannya baik-baik. Dan Bela yakin, apa yang ia lakukan adalah yang terbaik.

Wanita itu telah didandani. Dipakaikan gaun biru gelap, tatanan rambut dibiarkan menjulai dan disisir rapi. Di halaman samping, yang memang telah dipersiapkan sebagai tempat konferensi pers berlangsung, sudah terdengar hiruk-pikuk wartawan yang diperizinkan masuk beberapa jam lalu. Acaranya telah dimulai. Baik James maupun Susan telah berada di sana. Menjawab pertanyaan yang terdengar samar-samar di telinga Bela. Memang diagendakan, Bela keluar saat-saat pertengahan mendekati akhir.

"Nona, percayalah. Semua akan baik-baik saja, kami akan melindungimu. Tak perlu takut."

Bahkan seorang bodyguard yang berbadan dan berpenampilan sangar, mencoba menenangkan Bela yang terlihat sangat gugup. Senyuman dipaksa keluar guna membalas penuturan tersebut. Entah sudah berapa kali, ia menyentuh bahunya yang terbuka dengan tangan yang kini berkeringat dingin.

"Aku akan ke kamar mandi sebentar."

"Saya akan mengantar, nona."

"Tidak bibi, aku bisa sendiri."

Tanpa membiarkan Bibi Ahn membantah kembali, Bela berjalan lebih dulu. Sungguh, ia tak bisa menahan perasaan gugupnya lagi.

"Hahhh...."

Bela mencoba tersenyum setelah menghembuskan nafasnya di depan cermin wastafel. Ia tak dapat mengontrol hatinya sendiri. Masih terlalu rumit di sana. Ia mematikan keran yang tadi menyiram tangannya nan bergetar.

Sementara itu, keadaan di luar mulai agak berisik dibandingkan beberapa detik lalu yang masih kondusif. Para wartawan sudah diberikan kesempatan untuk bertanya, sehingga tidak sedikit yang menyampaikan suaranya. Pertanyaan demi pertanyaan terus tercetus tanpa jeda.

"Bagaimana pendapat anda tentang foto yang ramai diperbincangkan? Sebagian masyarakat menyebutkan itu hanya editan dari musuh-musuh yang hendak menjatuhkan keluarga Liam. Tapi tak sedikit juga yang berpendapat jika foto itu asli!"

"Tuan James, berita ini sudah sangat lama hangat di kalangan publik, namun tak pernah terjawab sama sekali. Benarkah tuduhan jika anda berselingkuh?"

"Disebutkan bahwa rumah tanggamu dan Victoria Liam sedang tak harmonis, jika tuduhan perselingkuhan dibenarkan, apakah itu penyebabnya?"

"Menurut kesaksian media yang menggunggah fotomu, mereka menyebutkan wanita yang berjalan di sebelahmu tengah mengandung. Apakah itu anakmu, tuan?"

"Ada pula rumor yang menyebutkan jika kau telah menikah lagi. Tolong jelaskan statusnya dengan benar kepada kami! Kau menikah lagi dengan ikatan yang masih ada dengan Victoria Liam, atau kalian telah memutuskan ini sebelumnya?"

Hiruk pikuk serta lensa kamera yang menyoroti sedemikian banyaknya, seolah hal yang biasa bagi James. Terlihat dari mimik wajahnya, tak ada kegetiran sama sekali. Ia benar-benar tenang.

"Tidak benar!"

Suara lantang dari arah pintu masuk menyita seluruh perhatian. Perhatian yang tadinya tertuju pafa James dan Susan, langsung teralihkan pada pelaku yang berteriak di sudut lain.

Wartawan pun kompak mengganti target kameranya, kepada wanita yang sekarang berjalan menyusuri karpet merah yang disediakan nan tertuju ke panggung utama.

Bibirnya melengkung tersenyum saat kini sudah berdiri dekat dengan James yang hanya diam, dan Susan yang terlihat tak menyangka dalam air wajahnya.

"Nona Victoria, tolong jelaskan apa maksud sanggahanmu barusan?"

Second Wife (√)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon