LEO - duapuluhdelapan

24.9K 1.7K 6
                                    

Alena selamat dari percobaan bunuh dirinya, dan sejak saat itu Amara dan Nicky sering datang berkunjung. Walau Alena benar-benar kembali menjadi batu, bahkan tidak menghiraukan siapapun yang mendekatinya, tapi aku bersyukur dia masih mau makan dan minum. Dia masih tidur dan masih mau hidup...

Ini lebih baik daripada dia harus meninggalkan dunia ini dengan cara bodoh, bukan?

Tiga bulan ini sangat berat bagiku, selain mengalami yang dikatakan Ello sebagai perang batin karena masalah kehamilan Alena, aku juga harus menghandle pekerjaanku sekaligus merawat Alena.

Aku tahu aku kuat dan sanggup melewati semua, tapi ini sudah di ujung ambang batasku!

Syukurlah Amara rajin datang untuk menemui Ello di rumah sakit, sekaligus mampir untuk menjenguk Alena. Mungkin jika sesama wanita akan lebih mudah untuk berbicara, walau pembicaraan didominasi Amara. Tapi itu lebih baik, setidaknya ada yang menemani Alena. Mencegah Alena untuk melukai dirinya...

Ello juga turun tangan langsung dalam memberikan terapi dan konsultasi. Setiap hari, pagi dan sore. Ello mencoba mengajak Alena bicara, mulai dari hal-hal sederhana. Tapi Alena lebih parah dari yang dulu. Alena tidak tidak menganggap siapapun ada!

Nico juga menyempatkan diri untuk mampir dan menemani Alena, sekedar berbasa-basi dan membantuku bergantian jaga. Kebanyakan yang Nico bicarakan seperti bernostalgia dengan masa lalu, dan ada hubungannya dengan istrinya. Setidaknya itu lebih baik daripada Nico membicarakan tentang kandungan Alena, kan?

Semua orang sibuk terlibat dalam menjaga Alena yang berulang kali melakukan percobaan bunuh diri. Walau kejadian itu hanya satu kali, tapi apa salahnya berjaga-jaga? Apalagi melihat kondisi mental Alena yang seperti sekarang ini.

Huff...

Dan entah sejak kapan, aku pun sudah pindah dari apartemen ke kamar perawatan rumah sakit. Paling jika aku butuh baju, aku baru pulang. Rasanya apartemen bukan lagi rumah. Tempatku pulang hanyalah Alena. Dimana dia berada, di situ juga aku ingin pulang.

Aku hanya menginginkan Alena. Cukup Alena saja...

Perlahan. Hari demi hari yang terlewati dalam diam ini membuatku terbiasa. Minggu demi minggu, dan tak terasa sekarang sudah tiga bulan aku tidur di kamar ini. Aku mulai menerima keadaan Alena yang selalu mendiamiku dan menganggapku tidak ada. Aku sudah mulai menerima tempat tinggalku berubah dan semua yang ada di sekitarku pun akan berubah... Dan yang paling berat dan sulit aku akui, aku juga mulai menerima janin yang ada di rahim Alena.

Ello bilang, percuma saja menyangkal semua yang sudah terjadi karena ada yang bisa diubah. Itu benar... dan aku mencoba menerimanya, dan sepertinya aku berhasil menerimanya.

Entah siapa ayah dari anak yang dikandung Alena, tapi aku dengan lapang dada akan menjaganya sepaket dengan Alena. Aku ... aku akan menerima semuanya.

Kenapa kau mau menerimanya, Leo?

Karena aku takut kehilangannya...

Karena aku mencintai Alena, bagaimana pun keadaannya.

Ya! Aku mencintainya dan aku semakin yakin! Walau dia hanya diam saat aku bicara, walau dia tak mau melihatku saat aku bertanya, walau dia mengacuhkanku dua puluh empat jam penuh... tapi aku tetap mencintainya.

Aku baru sadar, mungkin seperti ini jugalah Papa yang mencintai wanita itu. Mencintai sampai terlihat seperti orang bodoh yang hanya terikat dengan satu orang wanita. Apapun yang terjadi, sama sekali tidak bisa merubah perasaan yang terlanjur tercipta...

"Len, bagaimana kabarmu hari ini?" tanyaku saat baru saja memasuki ruang perawatan Alena. Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku hari ini. Lelah, tapi melihat Alena, semuanya seperti menguap.

I Love Her 1 : LeonardoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang