LEO - tigabelas

27.2K 1.9K 18
                                    

Rasanya berat sekali melangkahkan kaki ke depan pintu flat sendiri. Pikiranku masih mengambang dengan kenyataan yang aku dengar di rumah itu. Bukan hanya satpam dan ibu yang dipanggil Yem itu, tapi beberapa pelayan lain juga memberikan kesaksian yang sama!

Mereka begitu sayang sekaligus kasihan dengan keadaan Alena yang disiksa. Bahkan saat menceritakan kepadaku, ada juga yang menangis.

Hatiku pun rasanya ikut perih dan meringis sakit. Aku tidak menyangka Alena menghadapi hidup yang begitu hancur! Bodohnya, bagaimana bisa aku merasa seperti orang paling menderita karena wanita itu selingkuh dan meninggalkan keluarganya, sedangkan Alena bertahan dan masih terus hidup tanpa kenal lelah?!

Aku benar-benar merasa malu. Aku ini lelaki, dan menganggap diriku kuat karena bisa menjadi dokter hebat, dipuja begitu banyak wanita, mempunyai harta kekayaanku sendiri. Tapi ternyata aku lebih rapuh dan begitu pengecut karena menghindari kenyataan mempunyai ibu yang tidak bertanggung jawab.

Aku masih mempunyai Papa, Lisa dan Enzo yang begitu memperhatikanku. Sedangkan Alena....

Ayahnya meninggal. Ibunya menikah lagi dengan seorang brengsek dengan dua anaknya yang keji. Beberapa tahun yang lalu ibunya meninggal dan membuatnya tinggal dengan tiga orang setan itu!

Diperkosa, disiksa, bahkan dimasukkan ke rumah sakit jiwa... Lihat, dia masih bertahan! Dia bertahan dengan semua rasa sakit, sedih, sepi, sendirian!

Bagaimana aku harus bersikap saat bertemu Alena?

Sekarang aku semakin yakin, Alena itu gila! Seharusnya dia itu membunuh ayahnya dan kedua kakaknya sekaligus kalau dia waras! Seharusnya dia itu membakar habis isi rumah itu dan tidak membiarkan dirinya sakit sendirian!

Alena itu benar-benar gila karena bisa menanggung semuanya sendirian!

Entah dia itu terlalu baik atau terlalu bodoh! SEHARUSNYA DIA TIDAK MENYIKSA DIRINYA!

Aku berdiri lama sekali di depan pintu apartemenku. Apa yang harus aku lakukan? Aku bingung, apa aku harus masuk atau aku menunggu sampai Alena tidur?

Jujur saja aku tidak sanggup untuk bertemu muka dengan Alena. Aku terlalu malu karena aku seperti banci yang tidak berani menghadapi apa yang terjadi di hadapanku seperti Alena. Aku juga terlalu takut karena Alena seorang yang pemaaf! Dia lebih memilih bungkam dan menyimpan semua masalah sendiri.

Tapi yang membuat aku tidak sanggup adalah... Alena terlalu sempurna seperti sosok ibu yang dulu aku puja. Kenyataannya, Alena seperti itu bagiku! Bahkan lebih! Dia itu ...

Huff...

Dia membuat rumah menjadi nyaman dan aman, perhatiannya yang sederhana dengan makanan yang selalu tersedia. Menungguku pulang setiap malam. Menemaniku nonton tv atau mendengarkan cerita.

Aku benar-benar tidak sanggup kalau harus mengakui jika aku sudah.....

Cklek....

"Alena?!"

Alena yang berdiri di ambang pintu juga kaget, tapi hanya sebentar. Dia menatapku dan tersenyum.

TERSENYUM.

Aku tidak menyangka akan melihat senyumnya! Akhirnya setelah dua minggu lebih ini kami bersama, dia tersenyum dan menatapku! Tapi malah aku yang tidak sanggup menatapnya. Kenapa saat aku mengetahui seberapa mengerikan hidupnya, aku malah melihatnya tersenyum seakan tanpa beban?

Leo, lihatlah betapa besar perbedaan kata kuat yang kau maksud dengan kuatnya wanita di depanmu ini yang berjuang melawan kehancuran hidupnya karena keluarganya sendiri! Apa pantas kau mengeluh sedangkan wanita di depanmu saja bisa kuat dan bertahan! Bahkan kejadian seminggu yang lalu sudah dilupakannya!

Ya. Aku tahu... Dia memang cantik. Tidak hanya luarnya saja, tapi Alena cantik luar dalam karena dia luar biasa. Dia kuat menghadapi semua tanpa kata bunuh diri atau balas dendam. Dia luar biasa dan aku.....

Aku langsung memeluknya. Aku tahu Alena kaget, tapi aku tidak ingin melepaskannya.

"Ku mohon. Sebentar saja... ijinkan aku memelukmu sebentar saja." Pintaku.

Alena diam dan membiarkanku memeluknya. Aku meresapi harumnya tubuhnya dan mencari kelegaan bagi hatiku pada dirinya. Aku memeluknya erat, seolah aku takut dia akan kembali menyiksa dirinya. Rasanya ingin sekali aku menjauhkan dia dari siapapun yang berniat jahat kepadanya.

Aku tidak ingin dia terluka... Dan aku juga tidak ingin diriku terus terluka...

Takut.

Itulah yang aku rasakan sekarang. Aku takut!

Saat wanita itu akhirnya bercerai dan pergi meninggalkan rumah, aku tidak menangis. Aku tidak pernah menangis untuk wanita yang sudah mengkhianati keluarganya sendiri. Wanita itu pergi.... Tanpa ucapan selamat tinggal atau nasihat... Ingin rasanya aku tumpahkan semua kesedihanku karena aku begitu menyayangi wanita itu. Ibuku...

Egoku menang. Lelaki pantang menangis walau seberat apapun yang dia alami... Sesakit apapun yang dia dapatkan.... Seperih apapun yang dia rasakan....

Tapi sekarang aku menangis. Aku menangis karena aku begitu ... munafik!

Aku hanyalah seorang munafik yang membuat diriku seolah kuat, tapi sebenarnya tidak! Alena lah yang kuat, bahkan luar biasa!

Dalam hati, hanya satu permohonanku sekarang ini. Memohon kepada Tuhan yang sudah lama tidak ku jumpai dalam hidupku...

Memohon...

Memohon agar aku....

Agar di depan Alena, aku menjadi kuat. Untuk menopang hidupnya yang sudah berantakan. Menjaganya dan tidak membiarkan dia menangis sedih. Agar aku bisa memberikan kebahagiaan setelah semua kegilaan yang terjadi di dalam hidupnya.

Hanya itu permohonanku.

I Love Her 1 : LeonardoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang