LEO - tiga

35.6K 2.2K 10
                                    

Sepertinya semua orang itu dipengaruhi oleh satu orang yang sama. WANITA ITU! Entah apa yang wanita itu katakan pada seluruh 'mantan' anggota keluarganya, tapi yang jelas itu bukan hal yang aku suka!

Dia menghasut!

Kali ini giliran Papa yang meneleponku dan untung saja bertepatan setelah aku pulang dari rumah sakit, jadi tidak ada interupsi lagi. Semoga saja tidak ada interupsi lagi! Karena pekerjaanku sebagai dokter bedah benar-benar menyita waktu, tidak ada yang namanya istirahat! Terlebih, interupsi berupa panggilan emergency itu selalu datang di waktu tidurku!

Huff...

Tidak istirahat ditambah masalah pribadi yang banyak.

Terkadang aku sendiri heran bagaimana aku masih bisa bertahan dengan mental yang stabil! Sewajarnya, orang tidak tahan dan berubah gila karena kemonotonan hidup sepertiku. Tapi aku sepertinya salah satu orang yang tidak wajar!

Papa meneleponku dan sama seperti wanita itu, juga kedua kakakku. Papa memintaku untuk menikah! Oh astaga... benar kan firasatku!

"Pa, Leo udah bilang ga mau nikah! Emang kenapa sih semua orang maksa Leo buat nikah?! Leo bahkan baru dua puluh Sembilan! Kurang muda apalagi coba?!" ocehku sambil menyetir mobil keluar dari parkiran rumah sakit.

"Karena masih muda, makanya Papa mau kamu nikah!" jawab suara berat di seberang.

"Tapi Pa..."

"Papa tau ini karena kesalahan Papa dan ibu kamu-..."

"Tidak! Bukan salah Papa! Kesalahan wanita itu!" ralatku.

"Ya ya, terserah kamu. Tapi yang pasti, menikahlah.. jangan dengan alasan konyol, kamu tidak menikah. Papa ngerti kalau kamu masih ingin bebas, tapi jangan takut untuk mencintai siapapun Son!"

"Aku tidak tak-..."

"Jangan menyangkal Son!"

"Ya ya ya, terserah Papa!" jawabku malas.

Aku tahu jelas, Papa benar. Sangat jelas! Tapi aku tidak mau mengakuinya di depan Papa. Karena wanita itu, ya ... semua karena wanita itu. Entah bagaimana caranya agar aku bisa menghapusnya dari hidupku. Aku muak dengan adanya dia yang selalu membayang-bayangiku dengan perbuatan gilanya!

Setidaknya sekarang aku sudah merasa lebih baik, dan aku tidak mau mengingatnya lagi. Tidak lagi!

"Intinya, jangan kerja terus seperti Papa, Son! Berbahagialah..."

"Ya Pa..." Tentu saja aku akan berbahagia, jika saja wanita itu tidak pernah menemui atau menganggu gugat hidupku lagi.

Setelah berbasa-basi dan mengobrol sebentar, Papa dipanggil teman-temannya untuk main golf. Ya, Papa sedang di belahan dunia lain yang punya perbedaan waktu dua belas jam dari Indonesia. Pasti dia sedang bahagia-bahagianya menikmati istirahat dan masa pensiunnya. Ck!

Jujur saja aku iri. Tiga operasi hari ini ditambah lagi masalah pernikahan yang tidak berujung ini. Aku lelah. Lelah dengan semua kegilaan ini. Aku butuh libur yang tidak akan mudah ku peroleh. Lagipula, libur hanya akan membuatku malas dan.... teringat wanita itu. Huff..

Sepertinya sedikit minum akan membuat pikiran dan perasaaanku lebih baik. Ya, aku butuh minum. Aku segera ke club langgananku, duduk di meja bar dan meminta segelas martini.

No sex, just alcohol for tonight.

Badanku remuk dan aku tidak ingin reputasiku sebagai playboy yang mempunyai performa hebat di atas ranjang jadi turun! Walau ada desakan untuk melakukannya dengan beberapa wanita yang berkedip genit sejak aku masuk ke club, tapi akal sehatku lebih bekerja untuk malam ini. Hanya untuk malam ini!

I Love Her 1 : LeonardoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang