0.1 Nouvelles

594 68 15
                                    

Galina Sachi Riyad

"Kak, ada undangan nikahan buat kamu," ucap Mama selepas gue memasuki pintu rumah.

Mendengar itu gue pun segera menghampiri Mama yang sedang berada di dapur dan mencium tangannya.

"Undangan dari siapa, Ma?"

Mama mengedikkan bahunya, "Mama gak tau. Tapi kayak gak asing gitu sih namanya."

Mama memberikan salah satu gelas berisi coklat hangat kepada gue yang langsung gue terima.

"Mama taruh dimana?"

"Di meja kerja kamu. Soalnya tadi pas banget Mama mau taruh pakaian ke kamar kamu, tukang kirim undangannya dateng."

Gue mengangguk sebelum akhirnya meminum segelas coklat hangat yang ada di tangan gue.

"Siapa ya, Ma kira-kira? Soalnya kayaknya tuh temen-temen dekat aku belum ada yang mau nikah. Apalagi temen se-geng aku."

"Kakak kelas jaman sekolah atau senior di kampus kamu mungkin? Atau ya emang temen kamu tapi emang kalian kurang deket aja makanya kamu gak tau kalo dia mau nikah."

Gue menggeleng, "Kalo gak deket gak bakalan kasih undangan ke rumah kali, Ma? Gimana cara tau alamatnya coba?"

"Iya juga ya, Kak?"

"Ah.. tau deh Mama pusing," lanjutnya sambil memegang kepalanya.

Gue tertawa, "Hahaha.. Yaudah, Ma jangan dipikirin. By the way, kok sepi banget kayaknya. Papa sama Suri belum pulang?"

"Papa lagi anterin adek kamu beli alat lukis ke Gramedia Penvill. Beneran deh, Kak. Pusing banget Mama sama adek kamu. Tugas buat besok baru mau beli alatnya sekarang. Itu juga karena tadi sore waktu Mama dan Tante Ina teleponan, Tante Ina bilang lagi nemenin Jordan beli kanvas untuk tugas besok. Coba kalo enggak? Hadeh.. Pusing mama."

Gue kembali tertawa mendengar penuturan Mama. "Emang gak periksa ke kamar aku? Aku kan punya kanvas sama alat lukisnya, Ma."

"Eh, tapi kalo kanvas kayaknya kosong deh. Kalo catnya aku lupa.. Hehehe.." lanjut gue.

Mama berdecak, "Ck, Gak kakak, gak adek semua sama aja. Suka bikin Mama pusing."

Gue masih tertawa, "Hahaha.. duh Gisha capek ketawa terus."

Mama menggelengkan kepalanya melihat kelakuan gue.

"Udah sana kamu mandi, bersih-bersih. Jadi nanti waktu Papa dan Suri pulang, kita langsung makan malam kelewatan."

"Hahaha.. Kelewatan banget, Ma? Yaudah kalo gitu Gisha ke kamar . Makasih, Ma coklat hangatnya," ucap gue sambil mecium pipi kanan Mama dan berlalu ke kamar gue.

"Oiya, gelasnya taruh di washtafel aja ya, Ma biar aku yang cuci nanti," lanjut gue sambil berbalik badan ke tempat Mama gue berada yang kemudian ia balas dengan senyum dan anggukan.

-------

Galina Sachi Riyad

Gue melangkah masuk ke dalam kamar dan meletakkan tas di atas meja kerja yang terlihat sudah lebih rapi dari sebelum gue berangkat tadi siang. Buku catatan dan alat tulis gue lainnya masing-masing sudah berada di tempat yang seharusnya.

Mama memang yang terbaik.

Gue pun kembali teringat dengan undangan pernikahan yang Mama bilang tadi.

Mengarahkan pandangan mata ke sisi kanan, gue menemukannya. Di sana, tepat di dekat buku catatan gue berada, tergeletak selembar undangan pernikahan berwarna merah maroon yang sangat kontras dengan warna barang-barang yang berada di meja kerja gue yang berwarna netral.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 14, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LE COEUR BRISÉWhere stories live. Discover now