Pacar

307 60 10
                                    

Update lagi yang di Wattpad. Sekalian di Storial udah update chapter 8 💅

P.s: kalau ada typo ato yang beda dari yang di storial, versi benernya di storial yaw. Di sana versi revised dari editor~ 👍

 Di sana versi revised dari editor~ 👍

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

-

"Kemarin gue lihat Dimas jalan sama cewek. Kirain itu elo, Sha."

Kalau dihitung, ini kelima kalinya Resha mendapat laporan dari teman-temannya soal Dimas dan Tari. Dan sebanyak itu juga dia membalasnya dengan jawaban yang sama. "Itu Tari, teman SMA gue dulu. Pacarnya Dimas. Pertukaran pelajar ke sini."

Nusa, teman mengobrolnya sekarang sekaligus sesama penanggung jawab mata kuliah Bahasa Indonesia, manggut-manggut dengan alis terangkat. "Asli deh, gue dari dulu mikirnya lo yang pacar Dimas, lho. Udah lama mereka pacarannya?"

Dalam hati Resha meringis. Maunya juga begitu, Nu. Tapi apa daya tangan tak sampai. Sedangkan yang keluar dari mulutnya hanyalah, "Kayaknya dekatnya udah lama, dia nggak banyak cerita."

Resha memang tidak tahu apa-apa. Dipikirkan berapa kali pun, dia masih tak menyangka Dimas akan berpacaran dengan Tari. Cewek itu pindah ke Malaysia sejak tamat SMA. Berkabar pun paling hanya sesekali. Siapa yang menduga ternyata Dimas yang lebih sering mengontak Tari sampai mereka ....

Makin diingat justru membuat makin sakit hati. Sampai hari ini, Tari bahkan belum mengabari Resha soal itu. Kalau saja Dimas tidak cerita, mungkin dia tidak akan tahu.

"Sha, ke kantin FEB dulu yuk." Ajakan Nusa membuat Resha berhenti dan menoleh. "Pengin batagor sana."

Di kampus, tiap kantin fakultas punya menu andalan masing-masing. Kalau di FSR yang terkenal adalah mi bakso Pak Soleh, di Fakultas Ekonomi Bisnis ada batagor kering dengan saus kacang paling mantap yang semangkuk hanya lima ribu. Resha sedang tidak ingin makan, tapi rasanya tak ada salahnya untuk mampir. Dia ingin cari minuman dingin. Akhirnya dia mengiakan tawaran Nusa.

Setelah mengantarkan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia ke Fakultas Bahasa dan Sastra, keduanya pun mampir ke gedung tingkat lima, satu-satunya yang ada di kampus dengan lift. Berdasarkan guyonan anak kampus, mahasiswa FEB memang anak sultan semua, jadi wajar saja fasilitasnya lebih banyak ketimbang fakultas lain. Begitu masuk ke ruang kaca di lantai satu, aroma tumis dan kuah menyapa penghidu. Para mahasiswa duduk dengan rapi di kursi-kursi panjang yang tersedia.

"Untung nggak terlalu ramai." Nusa menghela napas lega. "Gue ke batagor dulu, deh. Lo nggak ada mau beli apa gitu?"

"Gue mau cari minum. Duluan aja."

Sementara Nusa pergi menghampiri gerobak di sudut ruangan, Resha berbalik untuk memperhatikan lemari pendingin yang memajang berbagai minuman. Dia baru mau mendekati salah satu lemari yang memajang air mineral ketika ada yang memanggilnya.

Fix Us Up (✓)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن