Apollo's Palace (2)

20.5K 3.3K 243
                                    

"Luar biasa, kalian belum makan apa-apa selain jus apel selama dua malam, dan kalian tetap segar sampai detik ini. Aku rasa kalian bukan homo sapiens biasa." Dion Alessandrini berujar pada dua orang pria yang duduk di lantai dengan kedua tangan terborgol di belakang punggungnya. Mereka tampak normal layaknya pengunjung kasino biasa.

Dua orang pria itu membuang wajahnya, enggan menanggapi Dion sang pemilik kasino. Mereka hanya pesuruh berlevel rendah, mereka mungkin bagian dari kaum vampir. Namun umur mereka masing-masing belum mencapai seratus tahun sehingga mereka lebih banyak ditugaskan di lapangan untuk pekerjaan receh. Termasuk memata-matai Apollo's Palace selama berhari-hari.

Kamera pengawas menemukan mereka berlaku mencurigakan dengan mata menyelidik. Mereka juga jarang berjudi. Yang mereka lakukan hanya memesan minuman dan mondar-mandir di sekitar Apollo atau Artemis. Ketika para titan menyadari kalau penguntit itu memiliki lebam di kulitnya maka Artemis langsung menangkap mereka. Dion berusaha menginterogasi mereka.

"Maaf aku baru bisa hadir hari ini Dion, lalu apakah mereka sudah mau bicara?" Ares memasuki ruangan detensi. Ruangan yang cukup luas namun hanya memiliki sebaris ventilasi yang bahkan sulit untuk menyusupkan pulpen di celahnya.

"Siapa lagi ini? Maaf apapun yang kalian lakukan kami tidak akan---" Ares melakukan pukulan cukup keras pada salah satu rahang penguntit itu tanpa peringatan. Dia yang terkejut tampak bernafas lebih cepat dan menyeret tubuhnya mundur merapat ke tembok.

"Lebam ini ... Belakangan aku sering menemuinya. Aku tahu ada sesuatu yang berbeda tentang kalian." Bisik Ares sambil menarik kerah salah satu di antaranya.

"Dion, apa saja yang sudah kau lakukan untuk membuat mereka bicara?" Tanya Ares.

"Aku mencoba membuat mereka kelaparan." Jawab Dion bangga.

"Apa? Bukankah kau seorang Alessandrini?" Ares menanggapi.

"Apa maksudnya?"

"Bukan begitu cara memaksa seseorang bicara." Ares tersenyum pada Dion untuk mengajarinya.

Ares menarik salah satu kaki mereka kemudian menyeretnya sepanjang beberapa meter agar menjauh dari rekannya. Ares mencium reaksi gentar dari para penguntit itu dan dia tidak akan menyiakan kelemahan mereka.

Ares menginjak salah satu kakinya. Tepat di tulang keringnya. Teriakan panjang terdengar bergema di ruangan minim perabot dan bernuansa kelabu itu. Ares tidak punya kesabaran yang cukup untuk menyiksa mereka perlahan. Dia sudah lelah karena penerbangan dari Yunani.

"Siapa pria barbar ini?! Kalau kami bisa keluar kami akan---" Ares menjambak rambutnya, tidak membiarkannya menyelesaikan kata-katanya.

"Aku adalah mimpi terburukmu. Sekarang putuskan, kalian mau bicara? Atau aku mulai mencabuti kuku kalian? Aku akan menggunakan tangan kosong ketika melakukannya. Aku jamin itu akan sangat menyakitkan." Ares bernegosiasi dengan caranya.

***

"Jadi, mereka adalah sesuatu yang disebut manusia sebagai Vampir." Apollo menyimpulkan.

Keempat titan itu berkumpul di ruangan Dion yang dirancang nyaman dengan interior minimalis. Botol anggur telah dibuka dan masing-masing dari mereka memegang gelas kristal dengan potongan es bening mengambang di dalamnya.

Kecuali Dionysus yang tampak muak dan terguncang dengan metode interogasi Ares yang tidak humanis. Mantan Dewa Anggur itu duduk di kursinya dengan kepala dia tundukkan. Dia nyaris tidak pernah dihadapkan pada situasi yang mengancam jiwanya maupun jiwa orang lain.

"Sudah kuduga kalau aku seharusnya tidak datang ke sini." Gumam Dion pelan, ketika mengingat potongan-potongan kuku para vampir itu berceceran di lantai. Mereka sangat teguh dan butuh sekitar empat kuku melayang sebelum mereka mau bicara.

The Sky People (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang