I got you

17 2 0
                                    

Hari sabtu, harinya orang orang menikmati weekend nya, terkecuali aku. Ya aku adalah manusia pengangguran yang baru saja wisuda beberapa bulan lalu. Setiap hari bagiku adalah weekend. Bukannya tak mau mencari kerja, akan tetapi aku cukup idealis untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keinginanku.

Tapi hari ini akan aku gunakan untuk membantu ibuku menemui kliennya. Ibuku seorang traditional wedding origination, sudah cukup lama ia geluti. Memang ini merupakan bisnis warisan keluarga, ibuku menurun dari nenek lalu dikembangkan menyesuaikan jaman. Untunglah aku memiliki saudara yang kelak mampu melanjutkan bisnis ini, sehingga aku tak perlu melakukannya.
Selain karena itu bukan passion ku tentunya. Tapi jika masalah bantu membantu aku juga sering membantu, dari kecil sampai jadi pengangguran. Ibuku sempat menawarkanku kerja denganya, tapi tidak !!! Aku ingin menjadi diriku sendiri dan mengejar cita citaku sendiri.

Sudah lupakan! Aku sudah berada di jalan menuju rumah klien yang ibu maksud. Seturunya aku dari mobil yang tadi kami tumpangi, aku berhenti di rumah yang cukup besar dan terdapat pavilion di depannya. Aku melangkah hati hati membuntuti ibuku dari belakang.

Sampai si calon pengantin keluar dari kandangnya. Sepasang manusia yang salah satunya aku kenal jelas. Dia adalah seniorku, yang bisa dibilang sangat aku gilai waktu itu. Memang setelah dia lulus aku tak lagi mencari tahunya lagi. Tapi selama dia masih di kampus kerap kali aku dan beberapa temanku menjadikan dia bahan omongan karena telah berhasil mencuri perhatianku.

Sekarang aku ada dihadapannya, tentunya dia tak mengenalku. Aku tidak pernah terang terangan menyukainya, gila saja aku wanita terhormat. Mereka duduk sangat lekat, aku menelan ludahku kelu.

"Bagaimana mas eza mba, persiapanya sudah lima puluh persen. Ada masukan atau tambahan lagi mungkin?"

Aku lihat keduanya saling menatap dan saling menyunggingkan senyum, oh tuhan aku tidak kuat.

"Aku sih yang penting ummm di malam pesta resepsinya jangan lupa buat pencahayaanya yang bagus terus kan kita memakai konsep vintage jadi ya aku tidak mau sampai ada satupun dekorasi yang tidak nyambung semua harus protections" Ucap wanita disampingnya.

"Dan itu, eee jangan lupa memakai bunga matahari untuk dekorasinya. Mamah saya sangat suka dengan bunga itu"

"Tidak beb, kamu tahu kan gak suka sama bunga matahari lagipula baju pengantinku juga tak cocok dengan bunga itu"

"Tapi mamah itu sangat suka sama bunga matahari, apa salahnya?"

Ibuku mentapku penuh isyarat. Akupun bingung harus bagaimana, apakah pertengkaran seperti ini sudah biasa untuk orang yang akan menikah?

"Tidak sekali tidak ya tidak!"

"Lagian ini pernikahan kita berdua bukan pernikahan mamah kamu"

"Tapi-"

Sekarang posisi mereka berdua malah sudah berdiri dan perempuan itu sepertinya memang seorang yang keras kepala, kasian sekali nasibmu mas.

"Ummm mas eza permisi, kalo begitu saya permisi dulu. Kalian bisa diskusikan dulu saja. Nanti kalo sudah kita bisa lanjutkan"

"Oh iya bu maaf ya bu, tenang saja ini cuma masalah berbeda pendapat saja"
"Iya tidak apa nak sudah biasa saya mengerti. permisi mas mba"
"Kita tunggu di depan ya mas"

Lalu tanganku ditarik untuk segera keluar dari ruangan itu. Uhh padahal aku ingin tahu ending dari pertengkaran itu. Ibuku sudah pergi untuk menyiapkan dekorasi. Akhirnya aku menunggu di ruangan sebelah, suara mereka masih terdengar ribut namun aku mencoba tak mendengarkannya. Namun tiba tiba aku mendengar suara bantingan benda yang sontak membuatku langsung bergegas menghampiri mereka berdua.
Aku melihat satu vas bunga sudah tak berbentuk di atas lantai. Melihat ka eza yang penuh dengan emosinya aku hampir melihatnya membanting barang lagi namun segera ku tahan.

Bunga TidurWhere stories live. Discover now