prolog

2.8K 87 0
                                        

Disebuah rumah tak terlalu kecil dan tak terlalu besar, rumah sederhana yang disinggahi oleh anggota keluarga yang sederhana, rumah tersebut berada di gang sebuah desa.

"BUNDA." teriak seorang anak perempuan berumur 4 yang masih memakai seragam Sekolah TK, ia berlari dari jalanan menuju gang rumahnya.

Tampak seorang wanita berjalan dari arah rumah sambil membawa spatula yang ia bawa dari arah dapur, tampak ketara wajah panik mendengar teriakan sang anak.

"Bunda, tadi aku makan telur dikasih sama temen aku loh, rasanya enakk banget. Apalagi tadi ada kecapnya. Oh iya ini aku dapat bintang lima, pintarkan kan anak bunda?." ucap anak perempuan tersebut dengan antusias dan ceria

Ia menceritakan tentang kejadian yang dialaminya di hari pertama sekolah. Kejadian ia berkenalan dan diberi makan oleh temannya dan juga mendapatkan nilai sempurna saat penilaian perkenalan di depan kelas.

Wanita tersebut yang mendengarnya hanya bisa tersenyum tipis dan menggandeng sang anak ke arah kursi yang ada di depan rumah, ia mendudukkan anaknya tersebut dikursi itu.

"Oh ya, minta apa dikasih?. " tanya wanita itu yang di panggil bunda oleh anak perempuan tersebut.

"Dikasih dong, kan kata bunda sama ayah ngga boleh minta-minta." jawab anak tersebut sambil menatap sang bunda

"Anak bunda pintar." puji bunda kepada sang anak dengan mengelus kepalanya.

"Nanti kalau kita punya uang banyak pasti makan telur seperti yang lain kan bunda?." tanya anak tersebut dengan antusias

"Pasti." ucap bunda tersebut dengan nada bergetar,ia mengelus kepala sang anak sambil tersenyum manis

"Sana gih kamu ganti baju sekolah terus makan, bunda udah masak buat kamu, sayur lembayung kesukaan kamu." ucap bunda lagi kepada sang anak.

Anak perempuan itu langsung menuruti ucapan sang bunda, ia masuk kedalam kamarnya dan melepas sepatu yang dipakainya. Langsung saja ia mengganti baju dengan cepat sebab ia tak sabar untuk makan sayur kesukaan nya

Sedangkan disisi lain bunda dari sang anak tersebut sedang menangis hebat di dalam kamar, mendengar crita sang anak tadi membuat nya merasa menjadi ibu yang jahat, merasa jika hidupnya selalu kekurangan tetapi ia masih percaya jika tuhan sedang mengujinya.

Dadanya sesak seperti tertikam batu, melihat ekspresi wajah sang anak tadi membuatnya semakin merasa bersalah, anaknya memang jarang sekali memakan telur bisa dikatakan hanya pada hari raya saja atau jika sedang ada acara tertentu.

Membeli satu butir telur saja ia tak mampu, uang dengan dua puluh ribu perminggu saja membuat nya banyak bersyukur. Ia tak bekerja, yang bekerja hanya sang suami, itupun bekerja hanya sebagai petani musiman bisa dibilang hanya waktu panen saja.

Berdiri di depan kaca dan melihat betapa menyedihkannya dirinya iamengambil sebuah uang sekitar 10 ribu didalam lemarinya,itu adalah uang yang akan ia tabung, memang tak seberapa namun uang 10 ribu adalah uang yang sangat berharga.

Anak perempuan tersebut telah selesai mengganti baju dan berjalan kearah meja yang berada di depan kamarnya, itu adalah tempat ruang makan.

"Bunda sayurnya mana?." tanya anak tersebut tak melihat sayur kesukaannya di meja.

Sang bunda yang merasa dipanggil berjalan keluar kamar dan mengambilkan lauk sang anak yang berada diatas kompor. Binar dari mata sang anak membuatnya tersenyum manis, anaknya ini memang pengertian tak menuntut apa-apa ia makan dengan selalu bersyukur apa yang ia berikan


"Wahhh." ucapnya tak sabar. Langsung saja ia mengambil piring yang diberikan sang ibu dan memakannya tanpa menggunakan sendok.

"Bunda mau ke toko, kamu jangan keluar rumah. Kalau mau main sama Guntur jangan jauh-jauh." ucap sang bunda keluar berjalan menuju samping rumah yang terdapat sebuah sepeda butut

Sesampainya di warung ia membeli ikan asin dan juga kecap jangan lupakan sebutir telur semuanya menjadi lima ribu, ia tersenyum tipis melihat sebutir telur itu, memang jika bagi mereka dikalangan atas sebutir telur adalah makanan yang tak seberapa namun baginya itu adalah makanan istimewa.

🧚‍♂️

Malam harinya terdengar suara jangkrik yang menjadi lagu malam, keluarga kecil sedang makan bersama dengan lauk yang sederhana tapi bagi mereka adalah lauk yang paling mahal.

"Waaaah telur" pekik sang anak saat melihat lauk yang akan menjadi makan malamnya.

Satu butir telur dibagi menjadi tiga bagian, terbilang sangat kurang bukan? jika dimakan dalam satu porsi namun apa daya mereka makan dengan lahap tanpa adanya komentar setiap masakan yang dimakan.

Setelah selesai makan mereka sedang duduk di depan tv beralaskan karpet

"Galingga" ucap sang ayah yang sedari tadi diam, anak perempuan yang dipanggil sang ayah menoleh.

"Hm?" sahut sang anak hanya berdehem, entah mengapa sikapnya beda jauh dengan sang bunda.

ATHARA L GALINGGA seorang anak perempuan yang bisa dibilang sikapnya sedikit cuek kepada semua orang kecuali kepada sang bunda, ntah turunan dari mana sifatnya itu, ia sedikit introvert dan pemalu, rambut panjang berwarna hitam legam, gigi gingsul dengan lesung pipi dipipi kiri menambah kesan manis.

"Gimana sekolahnya?" tanya sang ayah sambil mengelus kepala anak perempuan itu.

"Baik" ucapnya sambil mengerjakan tugas yang ia peroleh dari sang guru.

"Lingga" ucap tegas dari sang bunda kepada sang anak, ia sudah menasehati sikap anaknya itu agar tak terlalu cuek kepada siapapun yang dikenalnya.

"apa bunda?" tanya Galingga dengan menoleh menghadap kearah bundanya sekilas, lalu melanjutkan acara mewarnainta

"Sikap kamu di rubah!" ucap sang bunda kepada sang anak dengan melirik sang suami yang hanya diam melihat sang anak yang terus mewarnai.

"iya bunda" ucap Galingga yang tampak acuh dengan perintah sang bunda.

Ayah dari sang anak tersebut tersenyum tipis,ia memang mengerti sifat sang anak dari kecil memang sedikit cuek kepadanya

BIMA ayah dari Galingga
LEA ibu dari Galingga

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 12 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GALINGGAWhere stories live. Discover now