"Aku tahu mengenai hal itu Apollo. Ini bukan masalah buatku. Lagipula tujuanku kemari bukan untuk bersenang-senang. Dimana Dion?" Ares mengalihkan pembicaraan.

"Dia ada di ruangan detensi, masih bersama orang-orang itu yang tidak kunjung mau membuka mulut." Jawab Apollo.

***

"Malam ini ada pertunjukan burlesque. Kau tahu, sekelompok gadis-gadis teater yang berpakaian seronok dan bernyanyi sambil menari dengan glamor. Aku berpikir untuk mengajakmu ke panggung. Kau mungkin akan berkilau jika mengenakan kostum mereka yang penuh rangkaian bulu angsa serta manik-manik." Artemis beramah-tamah.

Dia sudah mengantarkan Jill ke kamar VIPnya yang rupanya terdiri dari dua ruangan besar dan cukup luas. Ruangan itu bertema klasik, yang mungkin mengingatkan pada interior istana Buckingham Inggris. Duduk di sofanya yang berlengan kayu yang dibalut kain bermotif mosaik membuat Jill merasa tengah berperan menjadi wanita bangsawan.

Kamar-kamar di Apollo's Palace memiliki interior beragam. Selain klasik, mereka juga menyediakan arsitektur bertema minimalis bahkan futuristik.

"Selain itu, akan menjadi berita yang bagus bukan? kalau seorang Jill Adelaide menjadi penampil burlesque di kasinomu?" Jill menanggapi sedikit curiga.

Artemis mengernyitkan dahinya.

"Maaf aku terbiasa hidup seperti ini, aku sering merasa banyak yang ingin mengambil keuntungan dariku." Jill menyesali reaksinya.

"Itu tidak mengejutkan, kau mendedikasikan seluruh hidupmu untuk seni peran, menjadi pesohor memang tidak selalu menyenangkan." Artemis menuangkan segelas teh hangat untuk Jill.

"Minumlah, aku menaruh beberapa sendok catnip di seduhannya. Itu akan membuatmu merasa lebih baik setelah perjalanan jauh." Ujar Artemis ramah.

"Kukira catnip hanya untuk kucing." Sahut Jill heran, namun tetap meminumnya.

"Itu tanaman herbal, dia memberikan efek yang menenangkan untuk manusia." Ujar Artemis.

"Jadi Artemis, aku di masa lalu tidak pernah menyapamu kan? Tapi apa kau tahu tentangku?" Jill bertanya.

"Sejujurnya aku tidak pernah peduli dengan perempuan-perempuan yang dikencani para saudaraku. Tapi ya, kau salah satu kekasih Ares yang cukup terkenal. Para demigod dan titan di sekitarku kerap membicarakanmu." Jawab Artemis setengah acuh.

Artemis adalah wanita berambut pirang keemasan dengan lekuk tubuh tidak kalah indah dari wajahnya. Dia bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan sebagai model Victoria's Secret atau semacamnya. Di masa lampau dia adalah Dewi Perburuan dan terkenal akan kesuciannya.

"Kau sudah bukan lagi seorang Dewi, apakah mungkin kau sudah pernah mengencani pria?" Jill bertanya. Efek teh catnip mungkin membuatnya lebih rileks dan malah bertanya hal yang terlalu pribadi.

"Aku tidak merasa butuh untuk berkencan, wanita tidak punya dorongan seksual yang sebesar laki-laki. Dan sejujurnya melihat kelakuan para pria di sekitarku---termasuk Aresmu--- membuatku ragu untuk berkencan." Artemis bercerita.

"Sayang sekali, padahal kau sangat cantik." Jill serius menyesalinya.

"Banyak wanita titan yang tidak menikah, aku ini bukan kasus yang langka di sana." Artemis tersenyum.

"Aku ingin mendengar tentang Olympia dan orang-orang yang tinggal di sana. Apakah kau mengenal Alastair?" Jill bertanya.

"Oh iya! Aku kenal titan itu. Dia pejabat pemerintahan sekarang. Aku juga dengar cerita kalau dia dulu selalu mengawal Putri Sparta." Artemis mulai berceloteh.

"Kukira dia akan ikut kembali ke Bumi." Sesal Jill.

"Hmm ... Dion punya perangkat komunikasi di kantornya, mungkin nanti kita bisa gunakan itu."

"Ide yang menarik, tapi sepertinya aku ingin beristirahat dulu." Jill menguap.

"Oh ya, kita bisa melakukannya besok, kau pasti lelah. Ngomong-ngomong apakah kamar ini tidak terlalu luas untukmu?" Artemis memandang ke sekelilingnya.

"Ares bersikeras untuk memesan dua kamar, padahal sudah kubilang kalau itu pemborosan." Jill mengeluh.

"Apa? Kukira kau yang memintanya." Artemis berujar heran.

"Tidak, ini semua kemauan Ares. Mungkin karena dia dinasehati banyak hal oleh Nenek dan Bibiku di Yunani kemarin." Jill menjelaskan.

"Apa? Dia bertemu keluargamu?"

"Aku mengajaknya mengunjungi nenekku di Yunani. Dan aku mendengar dia diceramahi banyak hal tentang betapa mereka adalah Katolik taat dan melarangnya menyentuhku."  Jill tertawa antara sedih dan senang ketika menyampaikannya.

"Hahaha tidak mungkin, kita bicara tentang Ares di sini. Menahan diri dari menyentuh perempuan tidak ada dalam kamusnya. Apalagi kalau perempuan itu sepertimu." Artemis menggeleng kuat.

"Tidak juga, ketika aku menjadi Putri Sparta dia memenuhi janjinya untuk tidak menyentuhku selama sebulan penuh." Jill membela Ares.

"Tidak mungkin!" Artemis terperangah.

"Kurasa dia mungkin diam-diam melampiaskannya dengan wanita lain. Bagaimana kalau itu benar terjadi?" Lanjut Artemis. Jill merasakan gejolak amarah menguasainya walau mungkin Ares tidak berbuat salah.

"Aku rasa aku tidak bisa menjalani hubungan dengan seorang pengkhianat. Mungkin aku akan mencampakkannya." Jill tampak serius mempertimbangkannya.

Artemis menahan tawanya setelah mengetahui informasi baru dari Jill.

"Baiklah Jill, kau bisa beristirahat. Aku akan meninggalkanmu sekarang. Kalau kau membutuhkanku, kau bisa menghubungi ponselku." Kata Artemis sambil mengulas senyum jahil, dengan beragam rencana di kepalanya.

The Sky People (TAMAT)Where stories live. Discover now