00

13 1 0
                                    

Menikmati secangkir americano menjadi rutinitas Jihye untuk memulai paginya, khas orang korea. Ia masuk ke studionya dan mengambil celemek yang tergantung pada hanger di tembok. Banyak noda cat mengering pada celemek yang ia kenakan namun         itu tak jadi masalah, karena menurut Jihye dari situlah seninya berasal.

Jihye mulai menggoreskan kuas cat nya pada kanvas, dengan telaten ia membuat berbagai pola dan garis secara acak namun tetap dinamis. Satu jam berlalu, jihye mengusap keringat yang mengalir pada dahinya, ia mengecek jam di dinding yang menunjukan pukul sebelas siang.

Ia ada janji dengan seseorang.

Segera Jihye membuka celemek yang dikenakannya dan bergegas untuk pergi, ia mengganti bajunya dengan sweater turtle neck dan long cardi berwarna krem. Udara dingin bulan desember yang menyapanya anggun memberikan kesan tersendiri baginya. Jihye tidak suka udara dingin tapi ia suka winter karena suasananya.

Butuh waktu sekitar empat puluh lima menit untuk sampai di tempat yang ia tuju menggunakan bus kota. Kini Jihye tidak sedang berada di Korea, ia tengah berada di salah satu Negara di bagian Eropa Selatan.

Turun dari bus Jihye masih harus berjalan selama sepuluh menit untuk sampai ke tujuan, cukup melelahkan namun ia menikmatinya. Jihye telah tinggal di kota ini selama hampir dua tahun. Selama itu ia habiskan untuk mengunjungi banyak museum dan gallery seni yang ada di kota ini. Ia juga banyak bertemu para seniman professional yang  mengajari dirinya banyak hal.

Seperti hari ini, Jihye akan bertemu dengan Tonny teman lamanya dan kini ia akan segera membuka sebuah exhibition lukisan. Jihye diundang tepat satu hari sebelum hari pembukaan exhibition tersebut. Tentu saja itu menjadi suatu kehormatan baginya bisa melihat gallery seniman yang berumur tujuh tahun lebih tua darinya itu lebih awal sekaligus mendapat tour khusus dari sang seniman langsung.

Ia masuk ke dalam gedung exhibition itu dengan menunjukan Id miliknya. Setelah dipersilahkan untuk masuk ia mencari Tonny sambil melihat-lihat lukisan bergaya minimalis yang terpajang rapih di dinding. Ia bermimpi apakah suatu hari nanti ia juga bisa membuka sebuah exhibition di Korea.

Jihye mendengar beberapa orang tengah mengobrol dibelakangnya, ternyata itu Tonny dengan dua orang yang tidak dikenalnya.

"Tonny!" seru Jihye.

"Ah, Hydra apa kabar?" sapa Tonny sambil memeluk Jihye basa-basi. Hydra itu nama lainnya, dan orang-orang disini lebih mengenalnya dengan nama itu.

"Aku baik, how 'bout you?" ujar Jihye.

"lebih dari itu, luar biasa. Sudah lama menunggu?" tanyanya lagi, Jihye pun menggeleng.

"Tidak, aku baru saja tiba," jawab Jihye ramah.

"By the way, this is my friends. He's also Korean maybe you already know him." Ucap Tonny memperkenal dua orang dibelakangnya. Honestly, he's a bit familiar but she's not sure.

"Kim Namjoon, nice to meet you." ujar orang itu sambil menyodorkan tangan kanannya, Jihye pun menerimanya dengan senang hati.

"Nice to meet you too, Song Jihye but people here usually call me Hydra. Sorry but, you're kinda familiar, have we met before?" Tanya Jihye memberanikan diri.

"Maybe you've seen me somewhere. I'm RM from BTS, if you know me and this is my manager." Jawab Namjoon membuat Jihye sedikit terkejut. Jihye tahu siapa orang ini.

"Ah, pantas saja, aku pernah melihatmu di internet. Maaf jika aku kurang sopan," kata Jihye merasa tindakannya tadi kurang sopan untuk orang yang baru dikenalnya.

"No problem," Namjoon tersenyum membuat dimplenya terlihat jelas.

"Ok then, should we begin our tour? Kau tidak keberatan kan jika bersama dengan mereka?" Tonny bertanya pada Jihye dan ditanggapi anggukan olehnya.

Felicity | KIM NAMJOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang