"Nggak bisa, Ryu. Remnya blong." ucap Yeji masih dengan pandangan ke depan, dengan wajah yang terlihat sangat panik, karena meskipun kecepatan mobilnya sudah sedikit berkurang dengan tahapan-tahapan tadi, laju mobil itu tetap saja masih bisa dibilang melaju kencang.

"Eonni, jangan panik. Kita hadapi bersama. Kalaupun kita harus nabrak, nabrak material-material yang empuk, eonni." ucap Ryujin sambil berfikir keras.

Sementara Yeji masih terus fokus pada kemudinya hanya mengangguk, ia mencoba tenang mengendarai mobilnya yang bermasalah itu, ia bersyukur tidak sendirian di mobil saat ini, dan dia pun bersyukur karena setidaknya jalanan tidak terlalu ramai sore ini. Jadi tidak ada yang menghalanginya dalam perjalanan yang menegangkan itu.

"Eonni, kalau gue nggak salah di jalan depan setelah tikungan itu ada tempat yang pagarnya masih kayu. Kita nabrak ke sana aja, semoga aja mobilnya udah berhenti sebelum kita nabrak bangunan utamanya." ucap Ryujin tiba-tiba.

"Semoga kita berhasil Ryuddaeng." sahut Yeji masih dengan kepanikan yang luar biasa. Sementara Ryujin, dia mencoba untuk menutupi ketakutannya sejak awal agar Yeji tidak semakin panik.

Mobil yang dikendarai Yeji masih meluncur mulus di jalanan yang lengang itu, di depan sana sudah terlihat sebuah tikungan yang dimaksud Ryujin tadi, dan itu artinya Yeji harus segera bersiap-siap untuk mengarahkan mobilnya ke sebuah komplek bangunan yang ditunjukkan Ryujin.

Mobil mereka sudah melewati tikungannya, dan bangunan itu pun sudah terlihat. Yeji segera mengambil ancang-ancang untuk melakukan adegan berbahaya itu, Yeji mengatur kegugupannya, kakinya tidak menginjak pedal gas sama sekali, Yeji siap memutar setirnya.

Namun ketika saatnya tiba, sebuah hantaman keras membuat mobil mereka terseret hingga terpelanting puluhan meter dari posisi semula, dan seketika itu juga mobil putih itu sudah terbalik di sisi jalan yang lain.

Sebuah truk berkecepatan tinggi dari arah lain menghantam mobil Yeji yang tengah bersiap untuk masuk ke komplek bangunan tujuan mereka tadi. Dan truk itu pun kini sudah dalam posisi terbalik juga, sama seperti mobil putih milik Yeji.

"Arrgghhh.." Ryujin mengerang, gadis itu merasakan rasa sakit yang luar biasa pada kepalanya, matanya masih terpejam sesaat. Dia sadar apa yang baru saja terjadi pada mereka.

Dan dengan mengingat Yeji, saat itu juga Ryujin memaksa untuk membuka matanya dalam posisi kepala di bawah, kepalanya terasa sangat berat, ada darah mengalir di dahinya, namun dia tetap mencoba membuka matanya untuk melihat keadaan Yeji. Pandangannya terlihat samar, Ryujin memejamkan matanya beberapa detik, lalu memaksa untuk melihat kondisi Yeji lagi.

"Yeji eonni.." suara Ryujin terdengar lirih.

Dilepasnya seat belt yang melingkari tubuhnya, Ryujin menatap Yeji yang tidak sadarkan diri. Ryujin berusaha untuk membuka pintu mobil di sampingnya, pintu itu tidak mau terbuka, ada bagian-bagian ringsek yang membuat pintu itu menjadi sulit untuk digerakkan, Ryujin tak kehabisan akal, ia tendang pintu mobil itu dengan sisa tenaganya, dan pintu itu pun akhirnya terbuka. Ryujin merangkak keluar dari mobil, dia mencoba untuk berdiri dan berjalan ke sisi sebelah mobil itu dengan terhuyung.

Ryujin membuka pintu mobil di depannya, dapat dilihat dengan jelas keadaan Yeji saat itu. Yeji benar-benar tidak sadarkan diri, darah yang keluar dari kening Yeji lebih banyak dibandingkan Ryujin. Ryujin membuka seat belt dari tubuh Yeji, dan dia memastikan bahwa tidak ada anggota tubuh Yeji yang terjepit kursi mobil atau langit-langit mobil yang kini berubah fungsi menjadi lantainya.

Setelah dipastikan aman, Ryujin menarik tubuh Yeji keluar dari mobil. Ryujin harus bergerak cepat, karena ia khawatir jika tidak segera keluar, mobil kemungkinan akan meledak karena mobil dalam posisi terbalik yang membuat bahan bakarnya kemungkinan besar tercecer.

The Perfect ScarsWhere stories live. Discover now