18. Duke Vallerius

Mulai dari awal
                                    

Bahkan sampai saat ini, ia belum sekalipun bertemu dengan Helena pada setiap pertemuan. Itu dikarenakan Duke enggan membiarkan putrinya berbaur dengan dirinya.

Russel, yang kebetulan keluar dari ruangan terkejut dengan kehadiran Annika. "Nona?" Annika menatapnya seraya tersenyum. "Ayah didalam?"
Pria paruh baya itu menoleh kedalam dan menyampaikan pada Marquis akan kedatangan Annika. Setelah beberapa saat Russel keluar lagi dan mempersilahkan Annika masuk.

"Selamat siang, ayah, selamat siang tuan Duke." Keduanya menyambut Annika dengan tersenyum. Marquis lantas berdiri dan mempersilahkan Annika duduk, sebelum itu ia membisikan sesuatu. Sesuatu yang membuat mata Annika membulat lebar. Setelahnya ia segera duduk dengan perasaan lesu dan ditinggalkan sendirian bersama Duke disana.

"Nona Annika sudah lama sekali."

"Yah, tiga tahun memang waktu yang lama. Maaf, tapi...kenapa anda ingin kita bertemu secara pribadi?" Annika langsung masuk ke inti pembicaraan, ia tidak suka terlalu bertele-tele saat ini. Duke, yang menyesap tehnya nya tersenyum kecil.

"Anda tidak suka basa-basi rupanya..."

"Seperti yang anda lihat..."

"Baiklah kalau begitu." Duke tersenyum. Membuat Annika menatapnya bingung.

Annika menatap Duke dengan tenang, namun suara Marquis masih dengan mudah terngiang dikepalanya.

"Keputusan nya ada ditanganmu, Annika putriku... Ini adalah hak mu untuk menentukan keputusan nya."

Mendengar itu, Annika mencoba bersikap dengan tenang sambil menebak-nebak apa yang akan segera disampaikan oleh Duke Vallerius padanya.

"Ini tentang Lucian."

DEG...

Annika mendongak, kearah Duke yang tersenyum hangat padanya. Wajah mencurigakan tidak tertulis padanya. "Ada apa dengan Lucian?"

"Aku ingin mengadopsi nya sebagai putra tunggal ku."

"Ya? Putra tunggal?"

Duke lagi-lagi tersenyum penuh arti. Annika mengernyitkan dahinya, ia pikir Duke memiliki keturunan, jikalau karena kehebatan dan kejeniusan Lucian menjadi alasan diangkatnya ia menjadi putra, padahal dari rumah didik yang ia dirikan ada begitu banyak orang dengan kemampuan luar biasa.

"Anda pasti berpikir kenapa saya tidak mengambil satu diantara murid saya bukan?" Ia terkekeh, membuat Annika terdiam sejenak.

Apa baru saja ia membaca pikiranku?

"Saya hanya menebak nona..." Ia kembali menyesap tehnya. "Aku melakukan nya karena seseorang berwasiat padaku tentang hal ini." Iris mata coklat Duke berkilat kecil.

"Wasiat yang tak dapat ditolak untuk dilakukan..."

"Jadi...Duke berniat menjadikan nya putra hanya karena wasiat dari seseorang...?"

Annika tak rela, mengigat perjuangan nya mendapatkan Carlos, lebih sulit dari menjinakkan anak kucing liar. Ya, Lucian kucing liar yang dijinakkan. Namun mengingat inginnya anak itu memiliki keluarga membuatnya menjadi lebih...

"Sebenarnya bukan hanya itu..."

"Maaf?"

"Menjadi penerus Vallerius bukan hal yang mudah, sama seperti keluarga Marquis Raihanna. Kami memiliki keistimewaan." Duke tersenyum. "Namun itu adalah hal pribadi. Jadi saya tidak bisa menjelaskan lebih jauh. Namun, dalam pandangan ku, Lucian mampu melanjutkan nya."

The Vermilion Primrose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang