01

4.2K 130 9
                                    

Lima tahun setelah berpisah dengan Alura, Ellard memutuskan tinggal di Bali. Menikmati indahnya kehidupan sederhana di vila tepi pantai. Jauh dari hingar bingar kebisingan Kota. Ellard menarik diri dari publik sejak lepas status sebagai seorang selebriti. Kini berusaha keras membangun perusahaan keluarga dibantu Deril.

Matahari terbenam menjadi pemandangan yang elok di pandang. Untuk kesekian kali, Ellard menyesap kopi hangat sambil menyaksikan detik-detik pergantian posisi matahari dan bulan penuh di ufuk barat. Lantas bibir tebal itu tersenyum tipis seolah senang sekali melihat langit mulai menggelap.

"Dad."

Ellard tersenyum menyadari kehadiran putri kecilnya. Elea Mey William, gadis kecil kesayangannya menghambur ke pelukan Ellard.

"Daddy, micu." Oh Ellard tidak dapat menahan diri untuk tidak mencium pipi gembul Elea. Lima tahun berlalu, Elea tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik dan pintar. Mata dan hidungnya begitu mirip dengan Alura sementara bibirnya jelas milik Ellard. Alis lentik nan cantik serta tingkah lucunya selalu menggemaskan. Satu-satunya harta Ellard yang tersisa. Permata hatinya.

"Daddy juga merindukanmu, sayang," kata Ellard tersenyum manis memberikan pipinya agar mendapatkan satu kecupan lain dari Elea.

"Siapa yang mengantarmu ke sini hm?"

"Kau pikir siapa lagi? Hanya ada aku yang selalu siap untuk tuan putri satu ini." Deril menghampiri untuk memasangkan jaket berbulu karena udara mulai dingin. Hembusan angin menerbangkan rambut lembut Elea. Gadis kecil itu melebarkan senyumnya senang mendengar kecerewetan Deril. "Paman Delil sudah sepelti nenek saja."

Elea mengomentari dengan suara khasnya serta pengucapan R yang belum benar.

"Angin malam tidak baik untuknya. Segeralah masuk."

"Deril, kenapa sekarang protektif mu melebihi ibunya?" Belum juga menunjukan jam tujuh. Orang-orang masih berlalu lalang menikmati keindahan pemandangan pantai. Ellard menyukai warna lampu kelap-kelip di ujung pandangan. Ia menunjuk itu agar Elea melihatnya.

"Lihat, sayang? Cantik sekali bukan?" Elea mengangguk karena memang terlihat sangat indah. Dia tidak begitu tahu dari mana asal warna-warna cantik itu.

"Itu namanya kembang api, sayang. Kau mau bermain itu hm?"

"Tapi kata paman Delil kembang api tidak boleh dimainkan anak kecil." Seketika Ellard memandang Deril dan lelaki itu seperti biasa hanya bereaksi acuh. "Pelcikan apinya bisa masuk mata dan mengakibatkan buta."

Ellard tertawa menggusak rambut yang diikat ekor kuda itu. Mulut mungil Elea bergerak lucu membuat Ellard mencubitnya pelan.

"Kenapa kau sangat pintar seperti ini hmm?" Elea sudah berada dalam gendongan Ellard kembali. Mereka memasuki vila dengan Deril mengekor di belakang. "Jadi apa yang ingin kau lakukan sekarang, sayang? Kau sudah makan? Apa nenek memberimu makan yang banyak selama di Jakarta?"

"Tentu. Nenek membeliku banyak cokelat dan es klim," katanya menceritakan begitu baiknya nenek dari ibunya tersebut. Namun tak lama meringis melihat perubahan wajah Ellard. "Daddy... Daddy... Solly... Setelah itu Elea minum susu sampai dua gelas. Coklatnya juga masih ada, Elea tidak memakan semuanya," papar Elea merasa bersalah.

Tubuh kecil itu sudah mendarat di sofa depan televisi. Deril dengan sigap membuatkan susu di dapur. Ellard duduk di bawah menghadap Elea dengan tatapan paling lembut. Tangannya besarnya bergerak mengusap pipi Elea yang mulai memerah. Oh gadis kesayangannya hampir menangis karena satu kesalahan yang ia buat.

"Jangan menangis, sayang." Elea mengerjapkan matanya lantas jatuhlah satu tetes air mata. "Daddy tidak memarahi mu."

"Tapi... Elea menelima cokelat dali nenek. Daddy pasti tidak suka."

Affair With My Ex 2 [21+]Where stories live. Discover now