20 ; Wishy Washy

13.7K 1.1K 249
                                    

"Menikahlah denganku Win"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menikahlah denganku Win"

Kalimat mantap itu terucap dari bibir Bright. Dihadapan semua keluarga yang kini tengah berkumpul.

Setelah pulang dari rumah sakit, Bright pulang kerumahnya sendiri namun Win dan keluarganya ikut. Bright tahu walaupun kini hubungan antara keduanya bisa dibilang tidak baik, namun tetap saja mereka pernah menjalin hubungan serius untuk waktu yang cukup lama jadi tak ada salahnya jika orang tua Win ikut serta untuk merasakan cemas atas apa yang menimpa Bright.

"Menikah bukan perkara yang mudah, nak" ucap sang ibu sambil mengelus rambut Bright. Sedangkan kini ia tengah bersandar pada badan sofa.

"Kami sendiri tak keberatan namun kembali lagi, kami tak akan mengambil keputusan begitu saja jika Win menerima ataupun menolaknya" Ucap ayah Win, dia duduk disamping Win yang sedari tadi terus menunduk.

"Kalian harus mendewasakan diri kalian masing-masing. Pemikiran kalian untuk menikah harus begitu matang. Menikah itu bukan hal yang segampang itu dilakukan yang hanya mengucap janji suci sehidup semati, namun setelahnya pasti ada saja yang terjadi apapun itu. Contohnya pertengkaran hanya karena hal kecil, apa kalian siap dan bisa mengatasinya? Lihat! Bahkan sekarang kalian tak bisa menyelesaikan masalah kalian bersama-sama" jelas ibu Win yang ikut andil untuk memberi arahan pada keduanya.

Win menegakkan tubuhnya, memberanikan diri untuk menatap Bright dan itu berhasil membuat semua orang menyorotnya.

"Kami sudah putus. Tak ada yang perlu di ubah lagi, aku sudah mengambil keputusan itu bulat-bulat dari jauh hari. Aku memberi peluang dan ruang untuk kita masing-masing agar mendapatkan sosok pendamping yang menolak segala karakter dalam hubungan kita sebelumnya. Phi Bright akan menemukan sosok wanita yang dapat mencintainya kelak, begitupun dengan aku sendiri. Apa itu kurang jelas dengan semua kalimat yang sering aku sampaikan selama ini bahwa yang dibutuhkan itu bukan aku, tapi sosok wanita"

Mata Win berkaca-kaca, bibirnya gemetar karena baru saja ia memberikan diri untuk mengatakan hal itu didepan Bright bahkan orang tua.

Reaksi Bright hanya menatap Win dengan tatapan tak berarti, dia seperti tak menerima semua kalimat yang Win sampaikan tujuan tak lain lagi memang untuk dirinya.

"Plin-plan! Bahkan dalam satu hari ini kamu bisa mengatakan bahwa kamu masih sayang padaku, dan sekarang semudah itu kamu mengatakan ini"

Sudah terdengar dari nada bicaranya bahwa Bright tak dapat lagi mengendalikan emosinya. Leher dan telinganya sudah memerah sebagai pengakuan bahwa dia memang terendam amarah.

"Tolong cerna akhir kalimat pada percakapan kita tadi di rumah sakit. Bukankah itu sudah jelas mewakili apa yang baru saja aku sampaikan barusan?"

Win menghela nafas kasar setelahnya, lalu ia bangkit.

"Aku pamit pulang"

Setelah menunduk untuk memberikan salam, dia keluar dari rumah Bright. Sementara dengan cepat sang ibu dan ayahnya langsung menyusul Win.

P o s s e s i v e || BrightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang