5 ; Become Ill

23.6K 2.2K 130
                                    


Bright mengacak rambutnya frustasi, mengambil beberapa cara agar dirinya dapat merasa tenang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bright mengacak rambutnya frustasi, mengambil beberapa cara agar dirinya dapat merasa tenang. Namun ia semakin dibuat cemas saat Win dinyatakan dokter harus di rawat sampai ia pulih.

Keterangan dan penjelasan dari dokter sudah cukup membuat Bright tersadar bahwa selama ini ia terlalu fokus pada pekerjaannya sampai ia tak begitu memperhatikan kesehatan Win. Mungkin karena Win terlalu sering menunggunya pulang ketika larut malam dan pola makannya tidak teratur, berimbas pada kesehatannya sendiri yang kini memburuk.

Bright terlalu bodoh lebih memprioritaskan pekerjaannya ketimbang Win. Segala sesuatu yang membuatnya penat dirumah seperti bertengkar dengan Win atau hanya sekedar berdebat, akan ia lampiaskan pada pekerjaan yang menumpuk dan itu justru membuatnya semakin penat, bukan semakin tenang.

Kini Bright tak henti-hentinya menyalahkan diri sendiri atas apa yang menimpa Win. Mungkin ini adalah balasan untuknya karena ia menampar Win di sela-sela pertengkarannya beberapa hari yang lalu.

"Kamu makan dulu, ya."

Seharusnya Win sudah makan sedari tadi, namun mungkin ia masih merasa tidak enak dan perutnya masih mual.

"Aku tidak mau, phi. "

"Hey, kamu mau sembuh kan? Makan dulu ya"

Mata Win berkaca-kaca, ia merasa pusing dan tidak nyaman untuk melakukan apapun termasuk hanya untuk duduk kepalanya sudah berdenyut-denyut. Dan kini melihat bubur ditangan Bright saja sudah terlihat hambar apalagi jika dia memakannya.

"Tapi phi jangan ke kantor lagi"

"Mana mungkin aku pergi ke kantor lagi"

Win segera membuka mulutnya saat Bright menyodorkan satu sendok suapan pertama.

"Maaf jas Phi jadi kotor dan bau, aku tidak sengaja-"

"Jangan banyak bicara"

"Maaf. Tapi aku merasa tidak enak saja, aku malu selalu merepotkanmu"

"Malu? Kamu bilang malu? Dengarkan ini baik-baik. Kamu itu sudah menjadi tanggung jawabku atas janji yang pernah kita katakan dulu. Walaupun aku bukan pria yang dapat menjagamu dengan baik, walaupun aku selalu berlaku kasar dan keras padamu karena tidak dapat menahan emosi, bukan berarti aku akan membiarkanmu didalam kondisi apapun itu. Tidak mungkin juga karena hal sepele aku merasa direpotkan, Win."

Win duduk setelah Bright selesai berbicara, "jangan beri tahu ibu dan ayah kalau aku di rawat"

"Kenapa?"

"Mereka akan menyalahkan phi karena tidak bisa menjagaku dengan baik"

"Biarkan mereka tahu kalau aku memang tak becus dalam urusan menjagamu"

Tangan hangat Win menyentuh pundak Bright yang sedikit membungkuk, "tapi biarkan mereka tahu kalau aku merasa terjaga dengan caramu menjagaku"

Tangan hangat Win menyentuh pundak Bright yang sedikit membungkuk, "tapi biarkan mereka tahu kalau aku merasa terjaga dengan caramu menjagaku"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Didalam ruang rawatnya kini mereka kehadiran ibu dan adik Bright. Pria yang sedari tadi merasa bersalah dan menyalahkan diri atas keadaan yang menimpa Win itu memberi tahu sang ibu dan adiknya bahwa Win di rawat dirumah sakit karena kondisi kesehatannya memburuk.

Mereka berdua segera datang walaupun Bright tak memintanya. Win juga bilang bahwa cukup ibu dan Frank saja yang tahu kalau dirinya dirawat, orang tuannya jangan sampai tahu apalagi mereka sampai harus menjenguk Win ke rumah sakit.

"Kenapa bisa Win sakit seperti ini, kamu pasti sibuk kerja lagi kan, Bright?"

Sang ibu merasa cemas dan terus menerus mengomeli Bright seperti apa yang sudah ia duga sebelum mereka berdua datang, bahwa ibunya akan mengomel terus-menerus tanpa henti.

Namun karena itu justru Bright merasa senang dibuatnya. Ini murni sangat terlihat bahwa sang ibu merasa cemas dengan keadaan Win, calon menantunya.

"Bright akhir-akhir ini sibuk jadi-"

"Jadi karena sibuk kamu tidak memperhatikan kesehatan Win, begitu?"

Bright menggaruk tengkuknya, bahkan kesehatan dirinya saja Bright tidak terlalu memperhatikan apalagi kesehatan Win, untuk memikirkan itu Bright terlalu ambil pusing karena terlalu banyak tugas yang menumpuk untuk segera ia selesaikan jadi dia tak sempat memikirkan hal lain.

"Win hanya kurang makan dan kurang tidur, ibu" Win mencoba menenangkan keadaan.

"Tapi phi Bright memang tidak baik dalam menjagamu. Jadi jangan mengelak lagi kalau ibu memarahinya" Frank angkat berbicara, membuat Bright merasa tersinggung atas ucapannya tadi. Namun mau bagaimana lagi toh benar saja itu adalah kesalahannya sendiri yang tak dapat menjaga Win dengan baik.

"Lain kali kalau kamu ada pekerjaan yang menumpuk di kantor kamu bisa membawa tugas itu kerumah dan mengerjakannya disana. Kamu juga jadi bisa ditemani Win, kan"

Bright mengangguk, "Bright akan usahakan itu."

"Apalagi setelah kalian menikah, kamu masih mau menyibukkan diri di kantor seharian?"

Lagi-lagi soal pernikahan. Kedua orang tua mereka sudah sama-sama menantikan pernikahan dari jauh hari dan memastikan bahwa Bright maupun Win sudah mantap dan siap untuk saling terikat. Namun Bright dan Win membutuhkan waktu. Mereka berdua masih sibuk, Bright yang bekerja sedangkan Win dengan kelas pianonya.

"Maka dari itu Bright menyibukkan diri sekarang supaya nanti setelah kami menikah pekerjaan Bright tidak terlalu menumpuk"

"Some bullshit" tukas sang adik.

"Menikah itu buka cuma masalah status, jadi harus mempersiapkan diri semaksimal mungkin"

"Sudah membicarakan pernikahan saja, memang phi Win mau menikah denganmu?"

"Tanya saja dia sendiri"

Frank, Bright, dan juga ibu melirik pada Win. Menunggu reaksi dan apa yang akan Win katakan.

"Untuk sekarang aku belum mau menikah dengan phi Bright"

"Eh Win?!"

"Tapi nanti setelah aku selesai kelas piano. Jika dia tak mengajak aku menikah aku sendiri yang akan melamarnya"

Ketiga orang yang mendengarnya serontak terkekeh, bisa-bisanya di keadaan seperti ini Win mengatakan hal seperti itu.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
P o s s e s i v e || BrightwinWhere stories live. Discover now