Rainbow

2.7K 344 19
                                    

"Apakah kamu pernah mengejar pelangi?"

"Pernahkah aku?? Apa?" Jaehyun balik bertanya, tidak begitu mendengar pertanyaan pemuda pirang yang tengah menggunakan dadanya sebagai bantal.

Taeyong melirik dengan mata layunya, "Kamu tau nggak maksudku? Kalau tidak, berati memang benar kata Ten kalau kamu adalah manusia tanpa kromosom romantis."

Jaehyun tertawa kecil mendengar singgungan Taeyong. Ia menyandarkan kepalanya ke headbed, dan mengusap pipi Taeyong menggembung dengan sebelah tangannya yang bebas, "Sebenarnya, aku paham apa yang kamu bicarakan. Tapi yang aku tau, pelangi itu cuma ilusi optik." Ujarnya. Jari telunjuk dan ibu jarinya menekan sisi pipi Taeyong hingga bibir itu semakin mengerucut kedepan.

Taeyong mendengus dan memutar mata begitu mendengarnya, "Mahasiswa kedokteran. Kalian semua logis dan menjengkelkan." Gerutunya sebal.

"Hm. Kadang aku takut ilmu sains akan menghancurkan sisi estetikku," kata Jaehyun sembari melengkungkan punggung dan merentangkan tangannya layaknya orang yang baru bangun tidur. Gerakan tiba-tibanya itu membuat Taeyong yang masih terbaring diatas dadanya melayangkan pukulan pada lengan atasnya lantaran kaget.

"Aduh!" Pekiknya lalu memasang wajah kesakitan yang nampak kekanak-kanakan. Taeyong mencibir, tetapi kemudian tetap saja kembali bermanja pada Jaehyun dengan meletakkan kepala diatas pangkuannya.

"Kenapa suka banget mukul sih??" Protesnya. Taeyong menjulurkan lidah kala Jaehyun berusaha membekap bibirnya dengan telapak tangan, "Diem!" Ujarnya lalu membawa Taeyong bergulung-gulung diatas kasur sebagai hukuman. Mereka terkikik beberapa saat, sebelum Jaehyun mengungkung tubuh kecil itu dalam pelukannya.

"Aku lebih suka istilah 'sensitif,'" Jaehyun mengoreksi dengan bijak.

Taeyong menatapnya tetapi memutuskan untuk tidak berkomentar. Sebaliknya, dia menghela napas, menenggelamkan kepalanya pada dada telanjang Jaehyun untuk melindungi mata sayunya dari bias matahari. "Apa kamu tidak pernah melakukannya ketika kamu masih kecil? Apa kamu tidak pernah penasaran dan ingin melihat apa yang ada di ujungnya?" Tanya Taeyong pada akhirnya.

"Mungkin iya, jika ada kemungkinan pergi ke ujung pelangi membuatku menjadi kaya," kata Jaehyun enteng. Ucapan slengeannya itu seketika membuatnya Taeyong kesal.

Kali ini pemuda manis itu tidak menyuarakan kekesalannya, tapi Jaehyun bisa melihatnya dari bibirnya yang mengerucut lagi, "Dulu aku biasa melakukannya ketika hujan selesai dan matahari menyingsing lagi. Sampai saat ini, kadang-kadang aku masih melakukannya jika aku bosan." Gumam Taeyong. Ia terdiam sejenak lalu terkekeh. "Aku pernah membuat ayahku mengantarku berkeliling selama tiga setengah jam hanya untuk menemukan ujungnya. Tapi kami justru kehabisan bahan bakar dan harus meminta eomma datang dan menjemput kami."

Jaehyun tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Taeyong yang benar-benar lucu, sebagian besar tawanya tercipta karena ia langsung terbayang betapa lucunya ayah Taeyong saat mencoba menjelaskan kepada istrinya yang sedang marah dimana dia berada dan mengapa dia membiarkan sang putra memerintahnya dengan hal konyol seperti seorang ratu.

Setelah beberapa saat, pria itu mengulurkan tangannya untuk menyelipkan anak rambut yang menutup sisi wajah Taeyong ke telinga kemudian tersenyum lembut, "Memangnya kamu berharap bisa menemukan apa jika berhasil sampai di ujungnya?" Tanya Jaehyun, Taeyong yang ada dalam pelukannya pun mengangkat bahu.

"Mungkin sesuatu seperti unicorn, olaf, bubuk pixie, goblin, peri, pikachu, naga dan lumba-lumba. Yah, seperti itu, hal-hal semacam itu. Lucu kan??" Jelasnya dengan tangan yang bergoyang-goyang keudara seolah memperealistis khayalannya akan nama-nama yang sering di tontonnya.

"Bukan pot emas?" Jaehyun bertanya lagi.

"Aku bukan orang yang ingin kaya sepertimu," Ejeknya.

Lalu Jaehyun mengangkat dagu Taeyong dengan tangannya. Tatapan matanya tiba-tiba sangat serius. Taeyong merasakan kelopak matanya berkedip lambat saat Jaehyun membungkuk dan mencium hidungnya, membuatnya jantungnya berdebar cepat seperti pertama kali bertemu meskipun mereka sudah lama bersama. Dia tersenyum dengan dua buah cacat manis yang begtu menawan kemudian berkata, "Ya, dan jika memang diujung pelangi ada banyak harta berharga, sepertinya aku sudah mencapai ujungnya dan menemukan semua harta itu."

Taeyong mengangkat alis, "Haa?"

"Aku menemukanmu, bukan?" Bisiknya tepat di telinga.

Dia menatapnya sejenak, berkedip-kedip amat lucu. Sesaat kemudian Taeyong tertawa terbahak-bahak, membawa kakinya ke pinggang Jaehyun dan mencengkeram perutnya erat sembari tertawa. Taeyong senang melihat bagaimana ia berhasil merusak pedoman realistis dalam kepala calon dokter seperti Jaehyun dengan dongengnya.

Masih di tengah-tengah akan tawanya, Taeyong bersuara, "Sepertinya itu hal paling bodoh yang pernah kudengar darimu hahahaha." Ujarnya lalu kembali tergelak. Tawanya itu membuat ia hampir keluar dari selimut jika saja Jaehyun tidak segera menjangkau paha putih itu untuk kembali masuk kedalamnya. Jaehyun pun mengangkat bahu dengan acuh tak acuh, "Setidaknya aku melakukan apa yang aku bisa." Pungkasnya.

Mendengar suara lembut kekasihnya, Taeyong terdiam dan tersenyum amat lebar, "Aku mencintaimu untuk itu. Kamu tau? Dasar kaku!" Erangnya sebal. Tubuh polos itu menggeliat naik keatas Jaehyun dan menepuki dadanya. Keduanya saling tatap dengan Jaehyun yang bergerak dengan statis mengusapi pinggulnya yang terbuka.

"Hm, terima kasih. Aku juga mencintaimu." Bisik Jaehyun dibawah dagu Taeyong. Pemuda itu pun mengangguk dan mencium pipinya. Ia menarik diri dan duduk diatas perut Jaehyun dengan bagian bawahnya yang terasa masih basah, membiarkan Jaehyun membawa jari-jarinya untuk melewati rute favoritnya pada tubuh itu.

Dalam hati Jaehyun bertanya-tanya. Apakah benar pelangi hanya ilusi optik sehabis hujan seperti yang ada dalam benaknya atau justru rencana ajaib Tuhan berupa pecahan takdir yang diterbangkan langit yang membawanya untuk bertemu Taeyong sehabis hujan dihari itu?








.
.
.
.
.
.


04.07.2020

La Di Da Where stories live. Discover now