partenaire de vie

819 85 3
                                    

Paris, Prancis.

Itu adalah salah satu hari paling hujan yang pernah dialami kota itu selama bertahun-tahun. Langit tampak menyerang tanpa henti dengan kilatan petir yang menyilaukan melintasinya diikuti oleh semburan guntur pendek yang menggetarkan gendang telinga. Tentunya itu membuat kebanyakan orang tetap terjaga di rumah mereka seperti Jaehyun dan Taeyong.

Lilin ditempatkan di sekitar ruang tamu yang hampir meleleh seutuhnya, cahaya pun semakin meredup lemah menerangi keduanya yang terbungkus dalam satu-satunya selimut yang mereka miliki. Bagaimanapun, ini adalah malam pertama mereka di apartemen baru. Taeyong menggumamkan umpatan rendah dalam banyak bahasa disetiap guntur yang menggelegar tiba-tiba. Cengkeramannya pada Jaehyun sedikit mengencang, bertentangan dengan keinginannya tentu saja.

Meskipun stres berada di tempat baru yang tidak familiar dengan badai yang begitu mengerikan, ia harus mengakui bahwa cahaya oranye hangat dari lilin yang memantul di wajah Jaehyun tidak diragukan lagi merupakan salah satu hal terindah yang pernah dilihatnya. Terutama dengan senyum yang lebih menyilaukan daripada kilatan cahaya dan mata tegasnya yang mempesona.

"Bagaimana kamu melakukannya?" Jaehyun berbicara, suaranya lebih rendah dari biasanya.

"Melakukan apa, brengsek?"

"Jadi sangat sempurna bahkan tanpa melakukan apa-apa. Ini benar-benar tidak adil." Jaehyun menautkan jarinya ke jari Taeyong sendiri. Taeyong bertanya-tanya bagaimana Jaehyun bisa memikirkan hal yang sama dengan yang baru saja terlintas di benaknya tentang pria itu.

Ia tidak tahu bagaimana menanggapi hal itu. Taeyong tidak pernah sehebat itu dengan kata-kata, kecuali memiliki daftar umpatan yang sangat kreatif. Alih-alih menjawab, ia hanya bergeser sedikit lebih dekat ke dada Jaehyun. Itu adalah gerakan yang kecil dan sederhana, tetapi Jaehyun cukup mengenal Taeyong untuk menganggap itu adalah salah satu dari banyak caranya untuk mengatakan 'Aku mencintaimu'. Tidak perlu diucapkan agar dia mengerti.

Taeyong merasakan jari-jari meluncur di rambutnya dan mengusap dengan lingkaran menenangkan di sekitar kepalanya. Rasa kantuk tiba-tiba menguasainya, jadi ia menutup mata sebagai balasannya namun ledakan-ledakan petir menghentikannya untuk melangkah lebih jauh.

"Sialan!" Taeyong duduk dari posisinya di sofa dan memijit pelipisnya. "Sial, bagaimana kita bisa tidur!"

Jaehyun tertawa dan meraih lengan baju pria itu, dengan hati-hati menariknya berdiri dan turun dari sofa. "Kalau begitu, ayo lakukan sesuatu!"

"Oh, ya. Wow benar sekali, kita punya begitu banyak hal di sini, bukan? Kita bisa berdiri di sana dan menunggu lampu meyala atau kita bahkan bisa menatap semua lemari kita yang kosong!" Suara Taeyong meneteskan sarkasme.

"Tidak, bodoh! Kita bisa berdansa bersama!" Seringainya melebar.

"Tanpa musik?"

Jaehyun merenung sejenak dan kemudian menghilang ke dapur, kembali dengan ponsel dan cangkir plastiknya kemudian menggulir daftar lagu yang telah diunduhnya dan mengetuk layar. Suara samar lagu jazz mulai dimainkan, jadi ponselnya ditempatkan di dalam cangkir agar suara lagu lebih bergema layaknya speaker.

Some day,

Desahan terdengar melalui jeda singkat dalam nyanyian.

When I'm awfully low,

"Oh yeah, Frank Sinatra."

When the world is cold, i will feel a glow just thinking of you.

Jaehyun sudah meraih Taeyong dan menariknya ke arah dadanya. Mungkin fakta bahwa saat itu jam 3 pagi, atau mungkin karena diam-diam Taeyong juga menyukai Frank Sinatra, ia tidak memprotes bahkan ketika Jaehyun tiba-tiba membawanya berputar.

"Yes, you're lovely, with your smile so warm."

"And your cheeks so soft."

Sebuah tangan hangat menyentuh pipinya dengan penuh kasih, Jaehyun lalu menarik diri untuk menghubungkan kembali tangannya dengan tangan Taeyong.

"There is nothing for me but to love you and the way you look tonight."

Mata mereka terkunci dan bahkan guntur tidak bisa menghentikan mereka. Sekarang, bahkan kilatan petir menambah kecantikan Taeyong. Dan ya, melalui cara yang menakutkan Jaehyun membantai satu nada tinggi dan dengan kaffah menyatu dengan alunan musik. Taeyong bahkan tidak menyadari bahwa ia benar-benar tersenyum karena suara Jaehyun yang dalam namun semanis madu terdengar persis seperti milik Sinatra. Ia bahkan tidak bisa berpura-pura tidak menyukai kedua pria itu lagi.

Lovely, never, never change
Keep that breathless charm
Won't you please arrange it?
'Cause I love you
A-just the way you look tonight

Mereka hanya mengenakan piyama, tapi Jaehyun tidak bisa mengingat sejak kapan Taeyong terlihat semakin mempesona seperti ini. Emosi terlihat jelas di wajahnya; ia begitu dalam, gila dan sangat mencintai Taeyong.

Wajah Taeyong tiba-tiba ditenggelamkan dan bertemu dengan wajah lain yang menempel begitu dekat dengan wajahnya, tubuhnya lalu ditarik dan diputar sekali lagi. Ia masih tidak bisa menghentikan senyum dari bibirnya, tidak peduli seberapa keras ia mencoba. Ia bertanya-tanya, untuk yang kesekian kalinya, apa yang ia lakukan sehingga pantas mendapatkan seseorang yang menakjubkan ini dalam hidupnya? Dan sekali lagi ia tidak dapat menemukan jawaban. Jaehyun adalah keajaiban yang ia miliki.

And that laugh that wrinkles your nose
It touches my foolish heart.

Meskipun lagu itu melanjutkan ritmenya yang melenting, keduanya melambat secara signifikan. Yang tersisa dari tarian mereka hanyalah goyangan hati-hati. Taeyong menyandarkan kepalanya di bahu Jaehyun, kedua lengan memeluknya erat-erat. Jaehyun sebaliknya, melingkarkan satu tangan di pinggang Taeyong, sementara tangannya yang lain memegang rambutnya.

Lovely, never, never change
Keep that breathless charm
Won't you please arrange it?
'Cause I love you
A-just the way you look tonight

Lagu itu melambat saat hampir berakhir, namun tidak ada yang menjauh. Keduanya dipenuhi dengan perasaan satu sama lain sehingga mereka takut akan kehilangan jika mereka berpisah. Taeyong bisa mendengar detak jantung milik Jaehyun dan ia yakin jantungnya juga bisa didengar.

Just the way you look tonight.

Jaehyun mencium puncak kepala Taeyong. Kehangatan yang intens menyebar ke seluruh tubuhnya hanya dari tindakan sederhana seperti itu.  Taeyong bisa saja tersenyum tapi ia tidak melakukannya, tentu saja. Ia malah memeluk senyumnya dan membungkuk untuk mengunci bibir mereka bersama.

Momen kecil itu adalah awal dari kehidupan baru mereka di apartemen ini. Tidak ada yang bisa memisahkan keduanya. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa menghabiskan satu hari pun untuk jauh dari satu sama lain. Karena itulah alasan mereka menikah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 23, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

La Di Da Where stories live. Discover now