10. Don't Trust the Girls

4.9K 1K 267
                                    

Lia dan Yeji duduk bangkunya, memandangi tiap-tiap monitor yang ada di hadapannya, memantau kondisi tiap-tiap pemain yang bahkan sudah terlihat sangat mengenaskan di hari pertama mereka bermain. Kai dan Beomgyu yang sedari tadi hanya diam di tempat mereka, Soobin yang terlihat berkeliaran di kota tanpa arah tujuan, Taehyun yang mencoba mempertahankan stick-nya di sepanjang gorong-gorong kota, dan Yeonjun yang dengan bangganya telah merebut stick dari tangan Taehyun. Semuanya sungguh dramatis.

"Aku baru saja dengar kabar, salah seorang pemain dari Distrik A tewas terjatuh dari tebing di pinggir laut, salah seorang pemain dari Distrik C juga tewas setelah tak sengaja terlempar keluar melewati garis kuning," ujar Yeji.

"Aku juga sudah dengar," balas Lia.

"Dan mereka semua mati sia-sia hanya karena memperebutkan stick. Apa menurutmu permainan ini bisa bertahan sampai ada salah seorang pemain yang menang? Maksudku, ini masih hari pertama dan sudah memakan korban. Bagaimana bisa mereka melanjutkan permainan untuk hari-hari berikutnya?"

"Bukankah ini terlalu kejam?"

"Semua orang tahu bahwa NEUC itu agak kejam. Tapi tenang saja, buktinya Distrik D masih bertahan sampai sekarang. Kau tidak perlu panik, Distrik D merupakan kumpulan anak-anak yang kuat, Beomgyu akan baik-baik saja."

"Bukankah kita juga kejam? Kita tidak seharusnya menuruti perintah NEUC. Seharusnya sekarang kita membantu menyelamatkan semua anak-anak malang itu. Seharusnya sekarang kita saling bekerja sama dengan distrik lain untuk kabur dari sini. Toh, sekarang posisi kita adalah Controller, kita bisa mengontrol semuanya, kita bisa membuka segel garis kuning, kita bisa kabur bersama-sama dari kota ini."

"Oh my god, Lia. Kita tidak bisa kabur dari sini sekalipun kita adalah seorang Controller. Selama kalung ini masih menggantung di leher kita, kita tidak bisa pergi kemana-mana, posisi kita akan selalu terlacak oleh NEUC."

"Kalau begitu cabut paksa kalungnya, aku sudah lelah sekali," keluh Lia sambil menidurkan kepalanya di atas meja.

"Kau ingin membuka segel garis kuning? Selama tidak ada yang tahu, tidak apa-apa, kan? Setidaknya itu membantu menurunkan resiko kematian, haha," balas Yeji.

Tak lama setelah itu, Yuna masuk ke dalam ruangan, menghampiri kedua kakaknya dan langsung mengambil foto bersama melalui ponsel miliknya yang layarnya sudah pecah, "Tersenyumlah  untuk selfie harian Shin Yuna!" kemudian Yuna berseru lagi, "Wah? Kakak ganteng yang berambut pirang itu menang, ya!? Wah, keren!"

Yeji membalas, "Kau suka orang itu? Kepribadiannya buruk sekali."

Yuna membalasnya lagi, "Tapi kan ganteng.."

***

Permainan di hari pertama yang penuh dengan kejutan sudah resmi berakhir. Untuk kembali ke tempat peristirahatan, rumah mereka, Soobin menjemput rekan-rekannya yang lain terlebih dahulu. Kemudian mereka pulang ke rumah bersama-sama sambil terus waspada akan serangan Goma.

Rumah dua lantai ditambah loteng itu sangat gelap. Tidak ada pencahayaan sama sekali karena genset-nya kehabisan bensin. Namun karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, kelima anak yang sudah sangat kelelahan itu memilih untuk tidak menyalakan genset dan langsung beristirahat demi mengumpulkan tenaga untuk esok hari. Masuklah mereka ke dalam rumah yang pintunya masih terbuka semenjak mereka meninggalkannya.

Yeonjun langsung naik ke lantai dua. Ia berjalan menuju ruang kendali dan meletakkan stick miliknya di sana. Baru setelah itu ia menuju kamarnya dimana hanya ada dia seorang diri. Itu adalah kamar yang digunakan untuk menampung Kai dan Beomgyu di hari pertama mereka diterima di rumah ini, kamar milik Yeonjun. Sesungguhnya Yeonjun bukanlah anak yang seburuk itu, buktinya ia masih mau meminjamkan kamarnya kepada rekan yang lain.

NEULAND | txt ft. itzyWhere stories live. Discover now