00. Pure-Blood

2.4K 425 577
                                    

! 3000+ words

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

28 Desember 2093

"Masukkan celanamu ke keranjang cucian. Mencucinya besok saja. Ganti celana pendek. Bersihkan lukanya terlebih dahulu baru istirahat. Hei, Kak Yeonjun, dengar aku tidak? Kalau butuh bantuan, panggil aku, ya!"

"Tidak usah mencari gara-gara sekarang, dasar anak yatim jelmaan saus mayones."

Dua kutipan dialog yang sangat berbanding terbalik itu disampaikan oleh orang yang sama. Menunjukkan pribadi seseorang dengan rasa kepedulian yang sangat tinggi, namun juga memiliki sifat yang buruk.

Kekontrasan antara kedua kutipan itu terus terngiang-ngiang di kepala seorang lelaki berstatus mahasiswa semester tiga dari jurusan Aeronautika, Universitas Yushin di distrik Bundang, kota Seongnam.

Sedari tadi, kepalanya menoleh ke arah jendela, tak mau memperhatikan dosen yang sedang menjelaskan materi kepada anak-anak didiknya. Memang, sekarang adalah jadwalnya mata kuliah Manajemen dan Kewirausahaan, matkul paling ia benci dari segala matkul.

"Saya dengar di kelas ini ada seorang CEO perusahaan dari Namhangjin. Siapa?" ujar sang dosen.

Seluruh kawan sekelasnya menoleh ke arah pria muda berambut pirang yang mata kanannya terlindungi sebuah eye-patch putih bersih, Choi Yeonjun yang sedari tadi melamun merenungkan dua kutipan dialog yang terus muncul di kepalanya.

Yeonjun terbangun dari lamunannya, bingung, dan hanya membalas, "Y-ya?

"Tuan Choi, anda adalah seorang CEO dari perusahaan asal Namhangjin, bukan?"

"Oh, y-ya."

"Coba jelaskan strategi macam apa yang kau lakukan untuk membuat perusahaan yang kau pimpin tetap berjalan dengan baik."

"Oh? Strategi? Aku tidak bisa mengatakan apa-apa soal itu."

"Tenang saja. Saya tidak bermaksud meniru strategi yang kau lakukan, saya hanya ingin anda memberikan contoh nyata kepada teman-teman anda."

"Masalahnya, ya, Pak, aku tidak pernah mengurusi perusahaan itu. Aku tidak paham sekali, aku masih 19 tahun, Pak."

Bel berbunyi, kelas selesai. Yeonjun menjadi mahasiswa yang paling bersemangat untuk keluar dari kelas. Ia berjalan di koridor kampus dengan langkah yang besar, semi melompat, sungguh ceria. Sling bag-nya diayun-ayunkan di udara.

Tepat di depan gerbang, Yeonjun menyapa seorang gadis berseragam SMA yang sedari tadi menunggu disana, merangkulnya, dan berseru, "Mari kita pergi!"

NEULAND | txt ft. itzyWhere stories live. Discover now