00. Prologue #1

8.9K 1.7K 193
                                    

7 April 2092

Kecelakaan udara yang terjadi di dini hari itu berhasil menjatuhkan satu buah pesawat tempur di tengah-tengah lapangan. Satu-satunya penumpang berhasil selamat dan melarikan diri. Ia tidak mau berdiam di dalam pesawat hanya untuk menunggu seseorang menyelamatkannya. Jika ia bisa menyelamatkan dirinya sendiri, mengapa tidak?

Jadi ia mulai berlari ke pinggir lapangan, menjauhi bangkai pesawat yang sudah terbakar sebagian. Ia pergi dari lapangan itu dan mencoba mencari bantuan. Tapi yang membuat anak laki-laki itu terheran-heran, suara dentuman pesawat itu sangat besar, mengapa tidak ada seseorang yang tersadar?

Walaupun sekarang ini diperkirakan masih pukul 2 pagi, setidaknya orang-orang yang sedang tidur akan bangun karena suara dentuman itu. Namun, benar-benar tidak ada yang datang kesana.

Permukiman yang ia lalui penuh dengan rumah kosong tak terawat, gedung-gedung pencakar langit dengan arsitektur modern yang menjulang tinggi juga tidak memancarkan cahaya kerlap-kerlip lampu, tidak ada tanda-tanda kehidupan disana. Semua hal menyeramkan itu ia tengok melalui cahaya senter ponselnya yang masih berfungsi. Itu benar-benar menyeramkan, itu bukanlah pemandangan kota Seoul yang selalu terlihat indah di malam hari.

Ia panik, takut, dan bingung. Ia hampir kehilangan akal saking takutnya. Ia bahkan masih tidak tahu mengapa tiba-tiba berada di dalam sebuah pesawat, sendirian, tanpa seorang pilot yang mengendalikannya, dan tiba-tiba pesawat itu menjatuhkan diri. Rasanya ingin mati saja jika ia mengingat kejadian barusan.

Selama hampir setengah jam berkeliaran di permukiman, ia beristirahat sebentar dibalik sebuah gang sempit yang menurutnya aman. Ia duduk di pojokan dan menyandarkan tubuhnya, bahkan masih sempat-sempatnya merapikan rambut pirangnya yang setengah basah itu.

Pada saat itulah ia baru memiliki rasa penasaran terhadap sebuah notifikasi misterius dari benda berwujud lempengan tipis transparan miliknya, ponselnya. Sebenarnya, notifikasi tersebut sudah ia terima semenjak pesawat itu dengan tidak sopannya mendarat tanpa perintah.

Notifikasi itu berasal dari sebuah aplikasi berlogo aneh yang bahkan ia tak pernah merasa mengunduhnya.

" Congratulations, Choi Yeonjun! You have joined the Neuland citizens! "

Hal itu membuatnya mulai berpikir kritis. Mungkin seseorang sengaja mengundangnya ke kota mati ini. Mungkin orang itu memiliki tujuan tertentu.

Otaknya yang tak mampu berpikir banyak lagi mulai menyerah. Ia memilih untuk menekan notifikasi itu dan berharap ada jawaban setelahnya.

Notifikasi itu pun mengantarnya ke sebuah aplikasi sederhana yang di desain mirip sosial media. Ada platform untuk chatting dan pengaturan akun. Seperti sosial media pada umumnya. Platform chatting yang masih kosong memberi bukti bahwa ia baru saja tergabung dengan aplikasi tersebut, akun miliknya masih baru.

Hanya ada sebuah tulisan yang terpampang di ruang obrolan itu.

" Your position is 0.6 km away from home. Enter the home to join the group chat. "

Posisimu berada sejauh 0.6 km dari rumah. Masuk ke rumah untuk bergabung dengan obrolan grup. Otaknya langsung menerjemahkannya sendiri dan membuatnya bingung dengan maksud dari tulisan tersebut.

Ia kembali melontarkan pertanyaan-pertanyaan, Rumah apa yang dimaksud? Dan dimana rumah itu? Mengapa aku harus masuk ke rumah itu untuk bergabung dengan obrolan grup? Obrolan grup yang seperti apa itu?


ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

C O M I N G S O O N
12 . 06 . 2020

NEULAND | txt ft. itzyWhere stories live. Discover now