"Tapi mereka tetap bersama?"
"Bersama secara fisik, tapi terpisah secara batin. Itu sama sekali tidak memberikan kepuasan dan kebahagiaan. Ibu tak mau melepas ayah dan ayah masih belum menerima ibu sepenuhnya. Sesungguhnya mereka menyiksa diri sendiri dan satu sama lain, tapi aku sungguh tidak mengerti kenapa masih bertahan."
"Tapi kalau mereka tidak menikah kau tidak akan lahir ke dunia kan? Mereka tidak akan memiliki anak sepertimu. Kurasa mereka setidaknya bahagia karena memilikimu."
"Tapi kita memilikinya. Anak. Tanpa perlu menikah."
"Jadi alasanmu mengikuti program bayi tabung ini...?"
"Karena ingin memiliki anak tanpa menikah, ya. Ibu mendesakku untuk menikah karena usianya sudah tak muda lagi. Ia ingin segera menggendong cucu. Menurutnya itu satu-satunya hal yang bisa membuatnya bahagia. Aku juga suka anak-anak. Tapi aku tidak ingin menikah. Daripada aku didesak untuk menikah terus demi mendapat keturunan, lebih baik aku melakukan ini."
"Hmm... Kurasa cara pandangmu tak jauh berbeda denganku."
"Begitu?"
"Menurutku pernikahan juga tidak memberi kebahagian. Aku melihat dari apa yang dialami ibuku."
"Benarkah? Wah, aku jadi penasaran seperti apa kisah ibumu. Kau tidak berniat mengenalkanku padanya?"
"Dia sudah tiada."
"Ah, maaf."
"Tidak apa-apa. Kalau kau mau dengar, aku ingin sedikit cerita."
"Ceritalah, aku mendengarkan." Jaehyun menopang kepala dengan tangan dan memberikan perhatian penuh pada Taeyong.
"Ibuku...walaupun kisahnya tidak sama dengan ibumu, tapi ia mengalami ketidakbahagiaan juga. Ayah meninggakan kami saat aku masih SMP. Ayahku seorang pelaut, memang sudah biasa meninggalkan kami untuk waktu yang lama, tapi hari itu ayah meninggalkan kami untuk selamanya. Ibu menangisi kepergiannya setiap hari. Aku merasa kasihan pada ibu. Makanya aku berjanji akan menjadi orang yang paling menyayanginya di dunia. Tapi bertahun-tahun berlalu ibu tetap merasa sedih. Apa poinnya ia mencintai ayah tapi selalu merasa sedih? Bukankah akan lebih baik jika ibu tidak pernah bertemu ayah dan tidak mencintainya sebesar itu? Apa gunanya mereka menikah kalau ayah selalu pergi dan hanya menemui ibu setiap 6 bulan sekali, lalu tiba-tiba pergi seenaknya tanpa pernah kembali? Aku saja tidak ingat lagi seperti apa wajah ayahku."
"Kau ingin mereka tidak bertemu sama sekali?"
"Ya. Meski itu artinya aku tidak terlahir ke dunia. Tidak apa asal ibu tidak menderita. Haaah... Aku begitu mencintai ibu sampai berpikir seperti itu. Aku bahkan melakukan program bayi tabung karena ibu."
"Kenapa?"
"Saat ibu pergi, aku belum sempat memberikan apa-apa untuknya. Aku bahkan belum lulus kuliah saat itu. Karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk ibu, aku memutar otakku, bagaimana caraku membalas jasanya. Tapi mau dipikir seperti apapun tetap tidak mungkin kan? Dunia kita saja sudah berbeda. Aku jadi berpikir bagaimana jika aku berbagi perasaan dengannya saja. Aku ingin merasakan perjuangannya, melahirkan anak, membesarkannya sampai dewasa, seorang diri. Dengan begitu ibu tidak akan menderita sendirian."
"Kau ingin menjadi single parent?"
"Hu-um... Tapi sebelum itu aku harus sukses terlebih dulu. Aku menunda rencanaku sampai aku merasa stabil secara finansial. Aku banyak mencari tahu tentang cara memiliki anak tanpa perlu menikah. Dan sampailah keputusanku pada program bayi tabung. Beruntung aku memiliki teman seperti dokter Doyoung. Dia mau membantuku dan mempertemukan kita. Kurasa pertemuan kita adalah bagian dari takdir. Kita berbagi pemikiran dan keinginan yang sama. Bukankah bagus kita akhirnya bisa menjalani ini bersama?"
"Hmm... Aku setuju. Aku bersyukur dokter Johnny berteman dengan dokter Doyoung."
"Tapi kau tahu? Kurasa pemikiranku sedikit berubah sekarang. Kurasa aku bisa sedikit mengerti kenapa ibu tetap mencintai ayah meski sering ditinggalkan."
"Kenapa?"
"Karena ada yang bisa ditunggu. Menunggu memang menyebalkan, tapi begitu yang ditunggu datang, rasa bahagianya menjadi berkali-kali lipat."
Setelah kalimat terakhir Taeyong, mereka sama-sama terdiam. Mungkin merenungi kisah satu sama lain. Hingga akhirnya Jaehyun sendirilah yang memecah keheningan.
"Kau mau menunggu?"
"Huh?"
"Kau mau menungguku pulang setiap hari, Taeyong-ah?"
"Jaehyun..."
"Mau mencoba hidup bersamaku?"
.
.
.
Bersambung
.
.
.
Masih ada stok ketikan, tapi males ngedit dan update. Kenapa ya?
Tapi rasanya sepi kalo sehari aja ga update gitu 😅 (padahal kalo ga punya stok ketikan bisa berbulan2 ga update, dasar aku)
Cara pandang ty dan jh aneh ga sih menurut kalian?
YOU ARE READING
OURS [JaeYong version]
FanfictionLee Taeyong seorang pria carrier yang mendambakan kehamilan. Jung Jaehyun seorang pria lajang yang dituntut memliki keturunan. Keduanya tidak percaya pada pernikahan. Bagaimana saat keinginan keduanya dipertemukan di bawah mikroskop lab dengan titel...
Deep Talk
Start from the beginning
![OURS [JaeYong version]](https://img.wattpad.com/cover/229887931-64-k540145.jpg)