Old wounds

937 61 5
                                    

Semilir angin memainkan uraian rambut pendek seorang gadis di pinggir pantai yang sepi itu. Entah tempat tersebut bisa disebut sebuah pantai atau tidak, yang jelas lokasi itu adalah sebuah kompleks perumahan elit yang di depannya merupakan laut lepas.

Barisan rumah megah nan modern berjajar rapi di pinggir jalan itu, jarak antara rumah dan tepian air laut hanya dipisahkan jalan beraspal yang di depannya terdapat sebuah dinding pembatas antara jalan dan hamparan luas air bergaram alami.

Dibalik dinding yang tingginya hanya satu meter diatas permukaan jalan itu terdapat banyak batu karang dibawahnya, sepertinya batuan karang itu merupakan bagian dari pondasi penguat dinding pembatas agar tidak mudah terjadi abrasi untuk dataran sekitarnya.

Dan diatas dinding itu, seorang gadis tampak terduduk lesu dengan pandangan mata kosong menatap laut di depannya, fikirannya tengah sibuk dengan ingatan tentang momen makan malam beberapa jam yang lalu, saat perempuan paruh baya itu tidak berkata apapun, namun wajahnya terlihat menaruh harapan besar pada anak keduanya itu. Genggaman tangan perempuan yang tak lagi muda itu mengisyaratkan semuanya.

"Eomma, Ryu nggak mau ada korban lagi." batin gadis itu lirih.

Dan ditengah lamunannya, ia dikejutkan oleh sepasang tangan halus yang tiba-tiba menutup kedua matanya dari belakang.

"Yeji eonni.. nggak perlu nutupin mata gue.. gue udah tau kalau ini pasti lo." ucap gadis berambut pendek itu sambil memegang tangan seorang gadis tinggi di belakangnya dengan semburat senyum di wajahnya.

Gadis bernama Yeji itu pun melepaskan tangannya dari sepasang mata sahabat karibnya, "Ryujin, lo ngapain disini? udah malam masih keliaran aja." ucapnya seraya mendaratkan bokongnya di atas dinding pembatas tempat Ryujin duduk sejak tadi.

"Gue gak keliaran, eonni. Gue baru selesai antar makanan ke tetangga samping rumah lo tuh." jawab Ryujin menunjuk salah satu rumah di seberang mereka.

"Lo masih aja jadi tukang antar makanan, Ryu. Balik lagi ke studio yuk. Semua orang di studio kangen sama lo." ucap Yeji sambil menyelipkan rambut panjangnya disela telinganya.

Ryujin adalah seorang model yang sedang vakum setahun belakangan ini, entah dia hanya vakum atau memang benar-benar ingin berhenti dari profesi yang diimpikannya sejak kecil.

Keputusannya bukan tanpa sebab, Ryujin punya alasan kuat yang membuatnya berfikir ribuan kali untuk kembali ke dunia itu, dan itu semua karena trauma masa lalu yang membuat kepingan hatinya yang hancur sulit untuk kembali terbentuk, ada bagian yang hilang disana layaknya sebuah puzzle yang kehilangan beberapa potongan pelengkapnya.

"Eonni, gue nggak akan balik ke dunia itu lagi. Lo udah nggak perlu gue jelasin lagi kan alasannya?" jawab Ryujin dengan senyum mirisnya.

"Gue paham, Ryu. tapi... mau sampai kapan lo terjebak sama masa itu? Bokap lo dan So Hee pasti sedih lihat lo hidup kayak gini. Dan gue juga tau lo kerja part time bukan karena lo nggak ada pilihan lain, lo cuma mau buat diri lo sibuk doang kan." ucap Yeji menatap lembut ke arah gadis yang tengah menunduk itu.

Ryujin menarik nafas dalam, dia mulai berfikir tentang apa yang dikatakan Yeji memang mungkin ada benarnya. Ayahnya dan kakaknya pasti sedih melihatnya hidup seperti ini sekarang. Tapi ingatan tentang percakapan dia dan ibunya saat makan malam tadi membuatnya menjadi kembali bungkam.

"Yeji eonni, nyokap gue minta gue balik lagi jadi model. Dan nyokap bilang tawaran ini bisa bebasin gue dari hutang penalti kontrak yang gue batalin sepihak."

"Itu bagus kan Ryu, lo gak perlu lagi kerja serabutan kayak gini kan. Liat tuh mata lo udah kayak mata panda setiap harinya." ucap Yeji sambil menangkup wajah Ryujin dengan kedua tangannya lalu memperhatikan bulatan hitam di bawah mata sahabatnya itu.

The Perfect ScarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang