Chapter 11 - Nabila

1.3K 73 0
                                    


Nabila PoV

"Sampean benar-benar hebat, La." Nisa menyodorkan minuman kemasan botol, aku meraihnya lalu meneguknya hingga tandas.

Alhamdulillah tim kami masuk ke babak selanjutnya, kami di berikan waktu dua puluh menit untuk beristirahat, salat dan untuk makan siang. Kami pergunakan waktu yang tersisa tidak cukup banyak untuk berdiskusi tentang babak selanjutnya.

Aula kembali penuh para juri sudah berada di posisinya masing-masing Kang Hasan telah membuka kembali lomba.

Dengan mengucap bismillah aku, Sarah dan Riva naik panggung. Berkali-kali berdoa agar tim kami yang keluar sebagai pemenang.

Beberapa pertanyaan di ajukan para juri, mulai dari pelajaran nahwu, sorof dan fiqih bahkan mata pelajaran umum. Tim kami dan tim lawan saling beradu kecepatan saat menekan bel menyebabkan hasilnya seri. Hingga kami di berikan pertanyaan akhir yang akan menentukan puncak hasil.

Para juri berunding mempersiapkan pertanyaan yang akan menentukan tim mana yang akan lolos, beberapa saat kemudian suasana semakin menegang. Kang Hasan mempersilahkan Ustadzah Hanna memulai pertanyaan.

"Bismillah, untuk menentukan tim siapa yang lolos ... kami para juri mempersiapkan pertanyaan, sejarah ... oke mulai saja. Siapa orang islam yang pertama kali menemukan metode operasi bedah?"

Suasana menegang aku dan kedua teman timku berunding begitupula tim lawan, aku menekan bel lebih awal sebelum tim lawan menekan terlihat kekecewaan terpancar dari wajah mereka.

"Al-Zahrawi. Orang barat mengenalnya sebagai Abulcasis ... Ahli bedah yang termasyhur hingga ke abad 21 itu bernama lengkap Abu al-Qasim Khalaf ibn al-Abbas Al-Zahrawi." Riva menjawab dengan sekali tarikan napas.

"Apa bentuk peninggalan Al-Zahrawi?" Kali ini Gus Bilal melempar pertanyaan, suasana semakin menegang.

"Al-Zahrawi meninggalkan sebuah ‘harta karun’ yang tak ternilai harganya bagi ilmu kedokteran yakni berupa kitab Al-Tasrif li man ajaz an-il-talil—sebuah ensiklopedia kedokteran. Kitab yang dijadikan materi sekolah kedokteran di Eropa itu terdiri dari 30 volume." Aku menarik napas sekilas menghilangkan rasa gugup. "Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedic, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum." Aku mengangguk sekilas menandakan selesai menjawab.

Riuh sorakan dari penonton tak menghilangkan rasa tegangku, ketiga juri menulis nilai di kertas penilaian yang sudah di sediakan, sedari tadi aku melihat Gus Bilal tersenyum-senyum sendiri lalu Gus Fahmi menyikut lengan pria berjambang halus itu, entahlah mungkin hanya aku saja yang terlalu memperhatikan mereka.

Sarah berbisik padaku wanita di sampingku ini mengatakan kalau sejak tadi Kang Hasan mencuri pandang padaku, ia juga mengatakan kalau Kang Hasan tersenyum saat melihatku bisa dengan cepat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di berikan para juri.

Aku menangapi dengan biasa saja, tapi memang sejak tadi saat kami mengantri mengambil hidangan Kang Hasan terlihat tak seperti biasanya.

Aku berdehem sebentar bersikap seperti biasa, dentuman di jantung mulai tak normal saat tatapan mataku bertabrakan dengan Gus Bilal, Astagfirullah buru-buru aku menunduk pandang desiran abnormal itu kembali lagi.

Keputusan juri telah keluar aku merapalkan doa dalam hati semoga tim kami yang menang, Setelah menunggu cukup lama dengan kegugupan yang luar biasa akhirnya aku bisa menarik napas lega tim kami menjadi juara satu kami bertiga berpelukan tepuk tangan penonton bergemuruh.

Lima menit beristirahat, panitia kembali memanggil kami untuk melakukan sesi foto, yang akan di simpan untuk kenangan, Kami di beri bunga dan hadiah lomba. Sambil berpose dengan sang pemberi penghargaan

Ning Nabila [SUDAH TERBIT✔]Where stories live. Discover now