BAB 14 MUDA VS MATANG

35.1K 4.3K 329
                                    

Rambut bun. Sneaker warna putih, sweater jumbo, dan celana jins, serta tas ransel. Persis anak sekolahan emang. Tapi apa salahku? Aku tuh nyaman begini. Untung saja di perusahaanku tidak ada aturan memakai pakaian kerja yang formal. Yang pasti ide kamu  cemerlang, udah deh beres. Mau pakai karung juga terserah. Aku berlari setelah turun dari busway. Hari ini tuh ada meeting sama klien, dan aku harus ada untuk menjelaskan konsep iklan yang sudah aku kerjakan. Semalam tuh aku tidur malam banget. si bapak yang terhormat ada di rumah sampai jam 12 malam. Meski main catur sama Papa, tapi kan aku harus nungguin juga. Deuh. Dia itu setelah membuat pipiku memerah karena ucapannya malah bilang 

"Kamu nggak bolehin saya masuk rumah?"

Nah karena ucapannya itu maka aku mempersilakan untuk bertamu. Dan tahu sendiri kalau Papa Kairo, Papa ku itu sangat menyukainya. Ya sudah. Jadinya begitulah. Ngapelin bokapnya judulnya. Semalam tuh aku ketiduran di sofa gitu, tapi pagi tadi aku terbangun di tempat tidurku. Kata Mama sih Abyan yang menggendongku masuk ke dalam kamar. Haduh kenapa dia touch-touch tubuhku segala? Cckckck bahasaku absurd.

"Biruuu... Morning."

Sapaan seseorang yang kini melangkah mensejajariku membuat aku menoleh. Masya Allah. Cowok cakep di sampingku tersenyum manis. 

"Miko."

Aku jadi tersenyum lebar, tertular ramahnya sikap Miko kepadaku. Dia rapi, dan wangi. Setelan baju kerjanya rapi dan pas body. Sungguh, tipe-tipe pria pekerja kantoran bener dia itu. Cowok berkulit putih ini, memang terkenal dengan ketampanannya. Bahkan tak jarang teman-teman cewek yang ada di kantor berbisik-bisik tentang Miko. Tampanlah, berondonglah, charminglah, calon bapak dari anak-anak merekalah. Haish. Tapi aku sedikit terkejut saat mendengar Roni mengatakan kalau Miko sudah naksir lama kepadaku. Masa? Aku yang semungil cabe rawit ini? 

"Tumben kesiangan?"

Aku menatap jam yang melingkar di tanganku. Jadwal kerjanya kan lebih pagi dariku. Dia di bagian finance, jadi berangkat jam 8 pulang jam 5 sore. Itu pasti. Kalau divisiku kan berangkat jam 9 atau kadang jam 10 deh kalau lagi ngaret, pulang terserah anda. Seselesainya pekerjaan. Beda kan? 

"Dari masukin uang ke bank," jawabnya. Aku hanya menganggukkan kepala. Kami sudah memasuki lobi dan kini berada di depan lift. Aku dan Miko sama-sama masuk ke dalam lift. Kantor kami terletak di lantai yang sama.

"Kamu beneran udah jadi tunangannya Pak Abyan ya?"

Saat kamu mulai ada di dalam lift dia mulai bertanya. Aku hanya tersenyum kecut. Sebenarnya aku malas di tanya seperti ini. Toh statusku memang sudah di ketahui semuanya, kalau aku calon nyonya besar, kata si Hafidz.

"Enggak mau mikirin itu ih, masih seneng ngelajang," jawabanku membuat Miko akhirnya tersenyum. Dia mengusap tengkuknya.

"Masih ada kesempatan dong."

Bersamaan dengan itu, pintu lift terbuka. Aku tidak sempat menjawab, karena kami sudah sama-sama keluar dan Miko langsung berpamitan untuk masuk ke dalam ruangannya. Sedangkan aku hanya mengangkat bahu. 

"Kalau ada Dana umum ya ada kesempatan," akhirnya jawabku. Aku memang berteriak begitu sehingga membuat Miko menoleh ke arahku lagi dan tertawa. Ah dia kok manis ya tawanya?

"Woaaahhh princess kita hari ini tampil beda."

Celetukan Burhan saat aku masuk ke dalam ruangan membuat Hafidz dan Ela langsung melongok dari kubikelnya. Aku langsung tersenyum manis.

"Iya d0ng."

Aku berputar dengan genit, membuat Hafidz mengusap dadanya lagi.

"Ruuu jangan gitu dong, ini jantung gue udah nggak pada tempatnya deh. Udah serong ke kanan dan kiri liat kamu tuh."

JODOH RASA DURENWhere stories live. Discover now