Bagian 11 : Jatuh Cinta Lagi

4.9K 856 161
                                    

Minho jelas bingung saat melihat Mas Chris berdadan rapi sore-sore begini. "Mas? Kok rapi banget? Ini hari Minggu, ada acara kantor, kah?"

"Ngga, saya ada urusan." Chris merapikan sekali lagi kemeja yang dipakainya sebelum melirik Minho dan terpikirkan sesuatu, "Kamu mau temenin saya, Minho?"

"Aku?" Minho menunjuk dirinya sendiri bingung, "Urusan apa?"

"Ke makam mamanya Jeongin."

×××

Minho tidak harus ikut sebenarnya, tapi dia ikut juga akhirnya. Sambil menggendong Jeongin, Minho melangkah mengikuti Chris yang berjalan di depannya. Dia memakai kemeja putih hari ini, demi menghormati mendiang mamanya Jeongin.

Mereka berhenti melangkah di hadapan sebuah batu nisan. Chris mengambil alih Jeongin dari gendongan Minho. Dia lalu berjongkok di samping batu nisan itu.

"Maaf, saya lama ga ke sini." Chris mengusap kepala nisan itu. "Kemarin sibuk jagain Jeongin. Udah besar dia sekarang. Kamu lihat, 'kan?" ujarnya dengan senyuman sambil menunjukan Jeongin di pelukannya. Tangannya lalu terulur untuk menyingkirkan rumput liar yang tumbuh di sekitar nisan itu.

Minho berinisiatif berjongkok dan membantu Chris mencabuti rumput liar di sana.

Chris tersenyum lagi saat dia melirik Minho sekilas. "Saya ga pernah bawa orang lain, ya? Dia Minho, yang nempatin rumah sebelah yang sempet kamu taksir."

Minho hanya tersenyum mendengar cerita Chris. Dia lalu membersihkan telapaknya sebelum menggunakannya untuk mengelus punggung Jeongin yang nampak bosan.

"Dia bantu saya jaga Jeongin. Makanya saya bisa ke sini sekarang."

"Hngg!" Jeongin mulai gelisah. Bayi itu jelas terlihat kegerahan dan tidak nyaman. Jadilah Minho berinisiatif mengambil Jeongin dari gendongan ayahnya lalu berbisik, "Aku cari tempat sejuk buat Ayen ya, Mas?"

Chris hanya mengangguk sekilas, membuat Minho segera beranjak. Chris melirik Minho dan dibuat tersenyum saat mendapati orang itu sedang asyik mengobrol dengan Jeongin menggunakan bahasa mereka. "Dia baik. Baik banget."

Chris kembali ke nisan di hadapannya. "Boleh saya minta dia temani saya jaga Jeongin?" dia menghela nafas sekilas, "Boleh saya jatuh cinta lagi?"

"Sharon.." Chris menatap nama yang terukir di nisan itu, "apa saya berhak rasain itu lagi?"

"Kamu pergi belum lama, apa saya pantas jatuh cinta lagi?"

×××

"Ta-yo."

"Aaa-yooo!"

"Pinternya!" Minho mengusap rambut Jeongin bangga, meski dia sedikit kesusahan untuk melihat ke depan karena balon karakter yang dibelikannya untuk menghibur Jeongin tadi menghalangi pandangannya.

Mas Chris diam sedari tadi. Entah apa yang ada di pikirannya, Minho tidak mau mengganggu. Jadi, dia mencoba fokus pada Jeongin.

"Mamam! Mamam! Mamam!" seru Jeongin tiba-tiba.

"Mamam? Ayen laper? Sebentar, Kak Ino bawa sesuatu tadi." Minho menolehkan badannya demi bisa menggapai tas di kursi belakang. Dia mengambil sebungkus camilan bayi dari sana. Tidak lupa tisu basahnya.

Minho mengelap tangan Jeongin dengan tisu basah lebih dulu sebelum membukakan bungkus camilan untuk bocah itu. "Pelan-pelan aja makannya, ya."

"Dada! Dada! Dadada!"

Melihat Jeongin nampak kesal sambil menatap Chris begitu, Minho pikir bocah itu pasti memanggil ayahnya. Akhirnya dia memutuskan mencolek sekilas bahu Chris untuk Jeongin, "Mas, dipanggil Ayen, tuh."

"Oh?" Chris memberhentikan mobil lebih dulu karena ada lampu merah sebelum menoleh ke Jeongin, "Kenapa, Ayen?"

"Dadada! Aaaaa~" bocah itu mengambil sepotong camilannya dan berlaga menyuapkan ayahnya.

"Ahm! Terima kasih, Ayen!"

Jeongin tertawa bahagia sambil menepuk-nepuk kedua tangannya.

Minho hanya tersenyum melihatnya. Melihat Mas Chris kembali sibuk dengan pikirannya, Minho mencolek lagi bahu itu. "Mas, kita minum, yuk!"

"Hm?" Chris menoleh ragu, "Minum?" dia kembali melajukan mobilnya karena lampu sudah berubah hijau.

"Iya!" Minho berpikir sekilas, mengusahakan agar kata-katanya tidak menyinggung Chris. "Aku ga tau Mas kepikiran apa, tapi ga pa-pa minum sedikit untuk buang beban pikiran."

"Saya ga gitu minum sih, Minho. Pasti kamu lebih kuat tahannya daripada saya."

"Ga pa-pa! Sesekali aja, daripada kepikiran terus, 'kan?"

Chris melirik Minho sekali lagi. Orang itu memberikan senyum meyakinkan, membuat Chris terkekeh melihatnya. "Boleh, deh. Jeongin gimana?"

"Kita tidurin dulu! Nanti baru kita minum. Melipir ke supermarket ya, Mas. Aku yang traktir!"

Chris terkekeh lagi mendengar ucapan Minho, sementara Minho ikut tertawa pelan karena akhirnya wajah itu tertawa lagi.

×××

Sudah ada dua botol minuman keras di keranjang belanja yang didorong Chris. Mereka bertiga masih berkeliling. Sengaja. Rencanannya ingin membuat Jeongin lelah lebih dulu agar lebih mudah tidur nanti.

Mereka mengitari supermarket, mengikuti Minho yang memimpin jalan. Sesekali berhenti untuk melihat barang-barang yang dipajang di etalase supermarket ini.

"Ayen, lihat! Ada ikan!"

"Ayen, mobilnya bagus, ya?"

"Ihhh, Ayen takut sama badutnya, ngga?"

"Ini yang kemaren, Ayen! Yang di taman bermain! Apa namanya? Di? No!"

Chris hanya tersenyum setiap kali Minho berdialog dengan Jeongin tentang barang-barang di sekitar mereka. Keduanya terlihat bersemangat sekali, jauh berbeda dari Chris yang sibuk dengan pikirannya di sini.

Sampai Jeongin menguap dan Minho tersenyum melihatnya. Misinya berhasil.

"Ayen ngantuk, ya? Yuk kita pulang!" ajak Minho lalu menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka. Iya, hanya dua botol minuman keras dan, sesuai perjanjian, Minho yang membayar.

Setelahnya, mereka segera berkendara menuju rumah, dengan Jeongin yang sudah terlelap sesampainya di rumah.

Minho merebahkan Jeongin di kasurnya lebih dulu. Tidak lupa meninggalkan kecupan selamat malam di kening bayi itu, sebelum menuju meja makan, dimana Chris sedang mengeluarkan belanjaan mereka di sana.

"Mas, aku aja yang siapin. Mas duduk aja."

Minho segera mengambil alih dua botol minuman keras di tangan Chris, sementara Chris hanya mampu terkekeh dan menurut. Ayah satu anak itu memilih duduk menunggu di kursi makan.

"Aku pernah baca begini." Minho memulai ceritanya sambil menyiapkan minuman untuknya dan Chris. "Kalo terjadi sesuatu yang menyedihkan, kita minum untuk melupakannya. Kalo terjadi sesuatu yang menyenangkan, kita minum untuk merayakannya. Kalo ga terjadi apa-apa, kita minum untuk buat sesuatu terjadi."

Minho meletakan segelas minuman di hadapan Chris dengan senyum di wajahnya. "Aku ga tau, Mas lagi butuh yang mana. Tapi, semoga ini bisa membantu."

###

✓ | Lego House +banginhoWhere stories live. Discover now