590

32 2 0
                                    

"Besok kamu tidak perlu menjemputku, aku naik bus saja."

"Kenapa? Apa kamu marah padaku?"

"Tidak kok, besok aku ada latihan."

"Mulai pukul berapa dan hingga pukul berapa?"

"Mungkin mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB."

Syadza menutup aplikasi LINEnya tanpa menunggu balasan dari Gerald.

Ia berbaring di kasurnya sambil mendengarkan musik. Sangking lelahnya, ia pun tertidur dengan musik yang masih berputar hingga pagi tiba.

Jam sudah menunjukkan pukul 05.50 WIB. Syadza belum juga membuka matanya, ia masih tertidur sangat nyenyak.

Ia tidak menghiraukan mamanya yang datang ke kamarnya untuk membangunkan dirinya. Matanya tetap saja masih tertutup tanpa ingin membukanya.

Trrrtt...

Trrrtt...

Trrrtt...

Getaran ponsel tanda pesan masuk mampu membuat Syadza membuka matanya.

"Argghh... Siapa sih yang mengirim pesan tengah malam begini? Ganggu saja."

Syadza membuka aplikasi LINEnya bermaksud ingin tahu siapa yang berani mengiriminya pesan saat tengah malam begini.

"Aku sudah di depan rumahmu, katanya hari ini kamu ada latihan."

Mata Syadza terbelalak saat melihat isi pesannya. Bisa-bisanya ia telat bangun tidur dan lupa akan latihan paginya hari ini.

Syadza mematikan musiknya yang menyala mulai dari tadi malam hingga sekarang dan segera berlari ke kamar mandi untuk menjalankan ritualnya tanpa membalas pesan dari Gerald.

Setelah selesai mandi, ia langsung memakai seragam sekolah dengan sangat tergesa-gesa, ia takut Gerald akan bosan dan kesal karena menunggunya yang lama sekali.

Ia keluar dari rumah tanpa makan dan minum dan tidak lupa pula berpamitan pada mamanya.

"Kenapa kamu ke sini?" tanya Syadza.

"Lama," ucap Gerald sok ketus, bukannya menjawab pertanyaan dari Syadza, ia malah memprotes.

"Siapa suruh jemput aku? Kan sudah ku bilang tidak perlu menjemputku pagi ini. Jadi, kalau aku lama, ya, itu bukan salah aku dong," ujar Syadza songong.

"Aku suka aja," jawab Gerald santai.

"Suka apa?" tanya Syadza ingin tahu.

"Kamu," jawabnya ngasal.

Kan, masih pagi juga sudah menggombal. Akibat terlalu banyak makan micin nih, ya, gini nih jadinya.

"Serius dong."

"Tapi bohong."

Setelah menjawab seperti itu, Gerald segera memasuki mobilnya agar tidak ditempeleng oleh Syadza.

"Dasar cowok! Ngeselin."

Gerald mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, seperti biasanya.

Hari ini jalanan sedikit ramai, mungkin karena hari ini adalah hari Sabtu, jadi sebagian pekerja ada yang libur.

"Saat lulus SMA nanti, kamu ingin menjadi apa?"

"Hm, apa ya?"

"Apa?"

"Mungkin Arsitek."

"Kenapa kamu ingin menjadi seorang Arsitek?"

Gerald menatap mata Syadza sesaat, lalu fokus lagi ke jalanan.

"Kepo."

Syadza tidak menerima jawaban Gerald yang seperti itu, ia bertanya kembali walaupun mungkin jawabannya tetap sama saja, mengesalkan.

"Serius dong."

"Kamu mau tahu?"

Syadza menatap wajah Gerald kesal. Orang lagi serius dia malah bercanda.

Gerald tersenyum melihat tingkah laku kekasihnya yang kesal karenanya.

"Aku ingin mendesain dan membangun sebuah rumah yang indah dan besar," tutur Gerald.

"Untuk orang tuamu?" tanya Syadza penasaran.

"Bukan. Orang tuaku sudah punya rumah, jadi, tidak perlu dibuatkan rumah lagi untuk mereka," ucap Gerald.

"Lalu, untuk siapa rumah yang ingin kamu bangun itu?" tanya Syadza lagi.

"Mau tahu aja atau mau tahu banget?" kekeh Gerald yang berhasil menjaihili Syadza.

"Terserah," ucap Syadza sambil keluar dari mobil, karena mereka sudah sampai di sekolah.

"Yee, ngambek," seru Gerald.

"Nanti kamu tidak perlu menungguku, aku bisa pulang sendiri," ucap Syadza, lalu melangkah pergi.

"Kamu tidak perlu tahu sekarang. Akan ada saatnya kamu bakalan tahu, tapi nanti bukan sekarang, tunggu saja!" seru Gerald sedikit berteriak.

Syadza tidak menghiraukan seruan Gerald, ia semakin berjalan menjauh meninggalkan Gerald sendirian di tempat parkir.

"Dasar cewek, gitu aja ngambek. Dikit-dikit ngambek, apa-apa ngambek. Heran liatnya, untung sayang," celoteh Gerald saat sedang memarkirkan mobilnya.

Gerald menggeleng pelan kepalanya, lalu tersenyum dan berjalan meninggalkan area parkiran.

My Dream (Complete)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu