Seulgi lantas mendudukan diri.

"Uri chingudeul, selamat pagi!" Jimin yang tadi sedang ribut karaoke di pojokan dengan lincahnya mendekati Seulgi, ketika melihat gadis itu sudah duduk dengan manis di bangkunya.

Seperti biasa, Seulgi tidak tertarik menanggapi. Sudah seminggu dia disini, sudah seminggu pula dia pusing gara gara duduk di bangku depan Park Jimin. Bagaimana tidak, anak itu sangat berisik, belum lagi terkadang dia akan dengan sengaja menarik narik rambutnya dari belakang, atau ia akan menggoyangkan bangkunya untuk membuatnya menengok kebelakang.

Jimin mendudukan dirinya pada bangku didepan Seulgi.

"Hmm, boleh aku melihat makalah biologimu??" Park Jimin membuka mulutnya sekali lagi.

Seulgi pun melengos dan malah bertanya kepada Wendy disebelahnya "Wen, apa kau mau roti?"

"Roti apa? Tentu saja mau.." Wendy berkata sambil tetap sibuk bercocok tanam di kebunnya.

"Mau yang isi kacang, atau yang isi coklat?"

"Isi coklat." lontar Park Jimin, membuat Seulgi seketika meliriknya tajam.

"Beri aku yang paling enak!" jawab Wendy.

"Hmm alright.. kalau begitu.. yang isi daging, nih" Seulgi lalu meletakkan roti isi daging di atas meja Wendy.

"Ya Joy, apa kau mau juga? Kau mau yang isi kacang?" Seulgi lantas meletakkan roti isi kacang dimeja Joy.

"Thankyou uri sister" jawab Joy yang lalu tersenyum lebar.

"Dan yang coklat pasti untukku 'kan, gom?" Jimin dengan pedenya tersenyum lebar, bersiap menyambut bagiannya.

Masih tanpa menjawab, Seulgi seketika membuka plastik roti coklat, dan menggigit roti itu dengan gigitan besar, didepan Park Jimin. Membuat Jimin mendengus lemah dan cemberut seketika.

Jimin kemudian dengan iseng mengintip paper bag Seulgi, ternyata masih tersisa 4 roti disana.

"Apa semua ini mau kau makan sendiri?" Tanyanya.

Seulgi pun mengangguk, sambil masih mengunyah rotinya.

Akhirnya Jimin hanya bisa menurut dan terus terdiam sambil memandangi gadis itu menghabiskan roti nya. Tak lama ia menopangkan dagunya pada satu tangannya.

Entah kenapa dia suka saja memeperhatikan gadis itu berlama lama. Walau Seulgi selalu bersikap dingin padanya, tapi baginya Seulgi itu lucu, bahkan saat dirinya marah dan memukulnya pun tetap saja terlihat lucu.

Kini matanya bahkan tak sekalipun lepas dari pipi Seulgi yang menggembung bulat saat mengunyah makanannya.

Itu terlihat sangat menggemaskan.

Bahkan saat ini Jimin sedang berusaha tak tersenyum terlalu lebar, ketika masih terus menatapnya.

"Pelan pelan Seul...." Jimin tersenyum tipis dan lalu berdiri.

"Baiklah, aku tidak akan menganggumu, karena beruang jelek harus makan yang banyak." Jimin mengacak singkat poni Seulgi. Lantas masih dengan senyuman jahilnya kembali ke bangkunya dan segera meringkuk melindungi diri disana.

Day by DayDonde viven las historias. Descúbrelo ahora