2.

15K 856 28
                                    

Vanilla Sex: 
Used  to label sexual behavior thatdoesn't involve kink. 

-----

Ibey ingat bagaimana dia bertemu dengan 'roommate' nya itu minggu lalu.

Dia baru pulang jam 10 malam. Sebenarnya sih, pulang jam berapa juga gak masalah, tapi Ibey ingat hari itu jam 10 lewat beberapa menit, dia sudah pulang – karena itu hari Jumat dan biasanya dia tidak mungkin sudah pulang sebelum tengah malam.

But because of a cancelled plan – stupid, kalau diingat-ingat lagi – jadilah Ibey memilih pulang naik taksi dan tidak melanjutkan kegiatan Friday Night-nya. Dan sampai di apartemen dengan keadaan lampu yang sudah hidup semua.

Gak mungkin dia lupa matiin lampu sebelum pergi ke kantor tadi pagi – orang dia biasanya langsung mematikan lampu begitu bangun dan sebelum mandi, serta memastikan AC dimatikan sebelum dia pergi kerja.

Tapi ini, pas dia pulang, bukan cuma lampu ruang tengah dan depan pintu sudah hidup; AC juga menyala. Dan ada seperti alunan musik yang terdengar. Samar, bahkan ada gumaman.

APA ADA MALING?

Gak, kemungkinan gak gitu. Selain karena pintunya memang masih terkunci waktu dia masuk tadi – bukannya sudah terbuka seperti kalau memang ada maling, misalnya – juga ya ini termasuk apartemen yang lumayan ketat penjagaannya. Buat masuk ke area lift aja harus punya akses.

Tapi siapa? Ibey gak pernah ngasi kunci atau access card ke siapapun.

Ibey melangkah masuk ke dalam dan kemudian menutup pintu. Sejak membuka dan mendapati apartemen dalam keadaan terang, dia memang berhenti mendadak dan langsung waspada. Tapi aneh juga berdiri di pintu seperti ini, karena kalau dia mau tau siapa yang bisa masuk unitnya, ya dia harus mengecek sendiri.

"Halo?" Ibey sengaja menaikkan nada suaranya, sambil menarik ponselnya, sudah bersiap menekan speed dial kalau-kalau ada sesuatu – pilihannya sih kalau bukan Kania, ya Jay. Walaupun kayaknya Kania masih lebih bisa diandalkan dibanding Jay si 'pria berhati lembut' itu.

Suara music mendadak hilang, dan Ibey bisa mendengar suara langkah kaki. Dan, dari salah satu kamar – apartemen ini punya 3 kamar: 1 dipakai Ibey sebagai kamar tidur, 1 semi walking closet dan ruang kerjanya, serta 1 kamar yang kosong memang dibiarkan demikian – keluar seorang pria.

Memakai kaos putih – yang lebih seperti kaos dalam kalau pakai kemeja – dan celana abu gelap dengan logo nike merah selutut, menatap ke arahnya.

"SIAPA LO!? KOK LO BISA MASUK UNIT GUE!?" tanya Ibey cepat, sambil menoleh mencari sesuatu di balik pintu untuk membela diri. Untung ada payung besar berwarna hitam yang digantung di balik pintu, yang dengan cepat diraih oleh Ibey, dan sekarang diacungkan ke arah pria itu.

Yang jaraknya juga mungkin dua meter dari tempat dia berdiri.

"Saya Bima."

"BIMA SIAPA? GIMANA LO BISA MASUK?!"

"Eeeng, saya dikasi kuncinya dan akses sama HR."

"HAH?"

"Iya. Saya Bima, sekantor sama Mbak. Eeengg... Rabu kemarin nginter dikenalin?"

Ibey mengerjapkan matanya beberapa kali, memandang ke arah pria itu bingung.

"Hah?" suaranya sudah mengecil.

"Mbak... Mbak Ibrena kan?"

"Iya."

"Iya. Kata HR, saya bakal satu apartemen sama Mbak."

Wicked Games [Lanjutan Di Karyakarsa]Where stories live. Discover now