💄 Fake Scenes

29 3 0
                                    

Setelah dua minggu sejak pertemuannya dengan Ri Henna, Serena akhirnya memutuskan untuk menemui Seokwoo. Serena mengunjunginya bersama Riley.

Meski berat, Serena harus segera menyelesaikan semuanya. Ia tak ingin ada beban dalam dirinya lagi. Dia ingin hidup tenang tanpa pikiran yang terus menumpuk.

Sekitar tiga puluh menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di mansion Seokwoo. Mansion itu terlihat sepi, hanya ada beberapa pelayan yang wara-wiri di sekitaran mansion, serta Pak Lee yang sudah menunggu kedatangan mereka.

"Nyonya Serena." sapa Pak Lee yang sudah lama tak bertemu, beliau terlihat semakin tua, maklum sudah lama kami berdua tak pernah bertemu.

"Silahkan masuk." sambungnya lagi kemudian menyuruh kami berdua masuk ke ruang tengah.

Tidak ada yang berubah dari mansion itu, semua tata letak barang-barangnya masih sama seperti sejak terakhir kali Serena meninggalkan rumah. Tempat dimana begitu banyak kenangan yang pernah terjadi antara dirinya dan Seokwoo.

Pak Lee menyuruhku untuk mengikutinya, menuju ke kamar yang dulunya menjadi kamar kami berdua.

Aku berusaha melangkahkan kakiku menuju kamar itu. Dalam benakku, kupikir aku harus menjadi kuat untuk saat ini.

Kulangkahkan kaki menuju ruangan besar itu, di dalamnya terlihat seorang pria tengah duduk di kursi roda dengan pakaian cokelat muda yang tampak lusuh. Aku mencoba mendekatinya perlahan, memegang bahunya pelan. Dia Kim Seokwooku, kenapa dia bisa hidup seperti ini?

Air bening di pipiku mulai mengalir perlahan, sungguh aku merindukan lelaki ini. Wajahnya pucat, tak bertenaga. Ku sapanya sambil menjongkok di sampingnya.

Sinar mentari menyinari kedua matanya, ia belum menyadari kehadiranku, dirinya mungkin dalam pengaruh obat-obatan. Seketika tangisku pecah, aku tidak kuat melihat kondisinya.

"Pak Lee." ucapnya sambil berbalik padaku.

"Seokwoo-yaa" ucapku padanya dengan tatapan sedih.

Dia berhenti sejenak, ia kaget dengan kehadiranku, ia lalu mendorong cepar kursi rodanya menjauh dariku.

"Aku disini, aku datang Seokwoo." ucapku dengan deraian air mata yang terus membasahi pipi.

Terlihat ia mencoba menahan tangisnya, mencoba menjadi kuat di depanku, terus mendorong jauh kursi rodanya hingga membentur tempat tidur. Iapun terjatuh tiba-tiba dari kursi rodanya.

Aku berlari menghampirinya, mencoba menolongnya, tapi secepat kilat ia menepisku. Dadanya terlihat sesak.

"Seokwoo-yaa." ucapku lagi memanggil namanya.

Tangisnya pecah, sudah sulit terbendung. Dirinya juag menangis sejadi-jadinya.

"Maafkan aku Serena." ucapnya untuk pertama kali.

"Maafkan aku." ucapnya terus menerus.

"Em, aku sudah memafkanmu." balasku lalu membantunya bangun dan duduk di tempat tidur.

Kami berdua berbincang banyak, membicarakan semua kesalahpahaman untuk saling menebus dosa satu sama lain.

Kehadiran Serena hari itu membuat suasana hati Seokwoo menjadi sedikit membaik. Hampir seharian Serena menemani Seokwoo dengan segala aktivitasnya, dari makan siang, keramas, bersantai hingga makan malam lagi.

Seokwoo mencoba membangun keakraban lagi dengan Serena, ia ingin kembali bersama wanita itu.

Sehari, dua hari, hingga seminggu mereka menghabiskan waktu dengan banyak kenangan baru, Seokwoo benar-benar di puncak kebahagiaannya saat ini.

Hingga saat itu tiba, Seokwoo mencoba menanyakan perihal perasaan Serena padanya, tapi wanita itu masih belum ingin menjawabnya.

° ° °

Sehari sebelum pertemuan itu, keduanya memutuskan untuk bertemu di suatu tempat, sebuah rumah dengan gaya sederhana. Rumah yang dibeli Seokwoo sebagai tempat tinggalnya bersama Serena kelak, karena iya sempat yakin Serena akan kembali bersamanya.

Tapi, wanita itu tak kunjung datang. Serena memutuskan untuk tidak lagi datang untuknya. Serena telah mengakhiri hubungannya dengan Seokwoo, wanita itu memutuskan untuk menghapus semua kenangan dirinya bersama Seokwoo, selamanya.

Sepucuk surat yang dititipkan Serena pada Pak Lee kini sampai ke tangannya.

Hai, ucapnya sebagai pembuka dari surat itu.

Seokwoo-yaa, terima kasih telah memberikan begitu banyak warna indah dalam hidupku. Aku tidak tahu jika semua warna itu bisa mampir ke kehidupanku. Kenangan kita terlalu banyak dan aku pikir aku harus menghapus semua itu sekarang. Aku mungkin terlalu mencintaimu, aku sulit melupakan semuanya, jadi kuputuskan untuk menghapus semuanya. Maafkan aku. Mari kita menjalani kehidupan masing-masing. jika kita bertemu di kehidupan selanjutnya, aku harap kita bisa hidup menjadi keluarga yang bahagia. Tolong, hiduplah dengan bahagia juga. Salam, Serena Jung.

Perasaan Seokwoo terasa tercabik-cabik. Semua orang kini meninggalkannya, tidak ada siapapun di sampingnya. Mungkin ini karma untuknya karena begitu serakah, hukuman baginya karena mempermainkan dua makhluk kesayangan Tuhan.

Kehidupan Seokwoo semakin tidak memiliki arah, kedua orang tuanya pun seperti mengabaikan dirinya, setega itu mereka, tak peduli dengan anak mereka dan lebih mementingkan pekerjaan.

Dengan kondisinya yang kesepian itu, Seokwoo makin jatuh sedalam-dalamnya ke lubang yang begitu dalam dengan kecanduan barang haram yang masih ia geluti. Mengabaikan semua pesan Serena untuk hidup lebih baik, ia berakhir menghancurkan dirinya.

Keputusan Serena sudah tepat, Seokwoo sudah tidak bisa dikendalikan lagi.

"Sepertinya kau sudah kecanduan parah." ucap lelaki berjas hitam yang merupakan orang yang cukup berperan penting dalam bisnis barang haram itu.

"Ini karena kau terus memberiku barang haram ini." ujar Seokwoo.

Pria bernama Xiao Jun itu terkekeh.

"Kau sendiri yang membuatku menarikmu terus ke lingkaran ini, itu karena kau mengambil semua milikku." ucap Xiao Jun.

Mendengarnya Seokwoo menjadi kaget, ia mencoba mencerna semua ucapan Xiao Jun.

"Serena." ucap Xiao Jun yang membuat Seokwoo langsung menatap ke arahnya serius.

Seokwoo berdiri dari kursinya, makin menatap tajam pada Xiao Jun.

"Apa maksudmu?" tanya Seokwoo makin penasaran.

"Dari dulu wanita itu adalah milikku, tapi kau merebutnya!" ucap Xiao Jun lantang

"Kau ingat panti asuhan Hareum? Ya, semua itu di mulai dari sana."

TO BE CONTINUED.

ERASING YOUWhere stories live. Discover now