"Jangan bohong, saya-"

"Njun, cepet liat ini!" Seru Soobin tiba-tiba sambil menunjuk ponselnya.

Yeonjun merebut ponsel Soobin dengan segera, penasaran apa yang membuat Soobin terkejut dan cemas seperti itu.

Rupanya, peta dan titik posisi si pelaku terpampang jelas di ponsel. Tapi bukan itu yang membuatnya terkejut, tapi posisinya!

Posisinya tidak lagi berada di rumah yang saat ini mereka kunjungi, tapi di tempat lain!

"Kita harus kesana, kita dijebak," ujar Soobin mengambil kembali ponselnya, tidak menyangka kalau mereka diberi alamat palsu.

Kemana, kemana, kemana~

"Ini dimana?"

"Jalan Daechwita nomor 30, ayo kesana!"

Melihat keduanya berlari pergi ke mobil dengan tergesa-gesa, Seulgi buru-buru masuk ke dalam rumah untuk mengambil ponselnya, lalu menghubungi seseorang, tersenyum lebar namun tersirat kecemasan.

"Taehyun, kamu siap, kan?"










































"Akhirnya bangun juga, ternyata butuh lima menit nunggu."

Kai mendongakkan kepalanya, kepalanya terasa berat dan pusing. Suara orang tersebut terdengar samar-samar dan tak asing, pengelihatannya masih buram.

"Gue udah siap untuk bunuh kalian berdua, hari ini juga."

Perlahan pengelihatannya mulai jelas, disitulah dia melihat seseorang berdiri di samping Beomgyu yang duduk terikat di kursi dengan kepala tertunduk, tak sadarkan diri.

"Lo siapa?!"

Orang itu terkekeh, tak berniat membuka masker dan topinya. Bukannya menjawab, dia malah berjalan pelan ke arah meja di dekat jendela, mengambil sebilah pisau dan membawanya.

"Masa gak bisa tebak sih? Emang gak keliatan kalau ini gue, ya?"

Jujur, Kai tidak bisa fokus dan berpikir jernih saat ini. Karena yang saat ini dia pikirkan adalah Beomgyu, orang itu mendekati Beomgyu!

"Korban selanjutnya, Jeon Beomgyu."

Kai meronta-ronta, berusaha lepas dari tali yang mengikatnya. Dia menggelengkan kepala, jangan Beomgyu, jangan lagi...

"Tapi, sebelum itu gue mau adain pertunjukan yang menyenangkan."

Tanpa basa-basi lagi, orang itu mengambil segelas air dan menyiram Beomgyu tepat di wajah. Seketika Beomgyu terbangun dalam keadaan terbatuk-batuk dan nafas tersengal-sengal.

"Gimana? Sakit gak gue pukul kepalanya?"

"YA SAKIT LAH, GITU AJA PAKE NANYA. SINI KEPALA LO GUE PUKUL BIAR TAU RASANYA!"

Orang itu tersenyum miring. "Wow, kayaknya pukulan gue kurang keras."

Pisau ia angkat, terlihat mengkilat karena terkena pantulan cahaya matahari dari jendela.

"Sebenernya, gue mau mulai dari lo, Hueningkai. Kenapa? Kondisi lo sekarang kan udah parah, jadi gue bikin tambah parah, ya."

Bulu kuduk Kai meremang, dia merinding ketika orang itu berjalan ke arahnya. Tapi, tunggu sebentar, sepertinya dia melihat sesuatu.

Itu... luka berbentuk vertikal?

"Hmm, mulai dari mana dulu, ya?"

"Jangan! Kalau Kai kenapa-napa gue sumpahin lo berubah jadi lele kayak sinetron yang gue tonton!" Seru Beomgyu emosi, berusaha mencegah.

"Sayangnya, gue gak peduli."

"ARGH!"

Teriakan kesakitan menggema di ruangan itu, darah mulai membasahi pakaiannya. Kai meronta-ronta, pisau tersebut menusuk pundaknya.

"Kurang, ya? Oke."

"G-gue mohon ja─ ARGH!"

Orang itu menyeringai, puas akan apa yang dia lakukan. "Hmm, kayaknya ada satu yang kurang."

Tangannya bergerak mencabut pisau yang menancap di pundak kiri Kai, lalu mengukir satu huruf di pipi bagian kanannya, darah mulai merembes keluar, tapi dia senang.

"Sekarang kita tunggu kedatangan dua temen lo itu, tapi gue sayat dulu lengan lo ya."

Lagi-lagi, pisau tersebut mengoyak kulitnya, erangan kesakitan terus keluar dari mulut Kai. Rasanya sakit, sungguh.

Di sisi lain, Beomgyu terdiam melihat semua itu, memperhatikan bagaimana si pelaku melukai Kai dengan menyayat lengannya.

















































Kenapa itu terlihat seru?

The Phone 3 | TXT ✓Where stories live. Discover now