0.1

33.1K 7.8K 6.1K
                                    

"KEKE BUKAN BONEKA, BONEKA, BONEKA~!!!"

Pagi-pagi buta Beomgyu bernyanyi sambil teriak, membangunkan penghuni kosan karena suaranya yang keras itu.

Yeonjun selaku yang paling gampang bangun langsung jalan ke ruang tamu sambil emosi. Ya iyalah, lagi enak-enak tidur digangguin.

"Woi, ini bukan tempat buat konser, bodoh!" Bentaknya ngegas dengan mata tertutup.

"Pft, Kak Yeonjun," panggil Beomgyu sambil menahan tawa.

"Lo tuh ya, emang lo pikir yang tinggal disini lo doang?!" Bentak Yeonjun lagi sambil menunjuk-nunjuk ke depan, matanya masih terpejam.

Lalu, sebuah tepukan mendarat dari arah belakang di pundaknya, disusul tawa Beomgyu yang menggelegar.

"HAHAHAHA! GUE DI BELAKANG LO, BUKAN DI DEPAN BWAHAHAHA! ADUHHH, MAKANYA LIAT-LIAT DONG."

Sontak saja kedua mata Yeonjun terbuka lebar, dia kaget dan berbalik badan. Benar saja, orang yang dia omelin barusan ada di belakangnya, Beomgyu tertawa terbahak-bahak meledeknya.

"Aduh, kalian apa-apaan sih." Kai datang sambil menguap. "Suara kalian kedengeran banget loh, gak malu sama tetangga?"

Yeonjun makin emosi. "Lo diem ya! Gue harus kasih pelajaran ke keturunan mercon berwalking ini! Mulutnya astaga, minta dijejelin sepatunya Soobin yang gak dicuci setahun!"

Tawa Beomgyu semakin keras. "Asal lo tau, sepatunya Kak Bin kan udah gue lempar ke empang. HAHAHA!"

Serius, ketawanya Beomgyu bikin naik darah, untungnya sih tidak sampai jadi air mancur di kepala.

"Jangan sebut-sebut Kak Soobin, deh. Nanti orangnya denger terus ngomel, gue jadi tambah pusing," kata Kai lelah. Iya lelah, lelah mendengar perdebatan mereka bertiga.

Omong-omong, Beomgyu memanggil Soobin dengan 'Kak Bin'. Kalau dipelesetin jadi Kabin, terus terkadang Beomgyu panggil Soobin dengan sebutan kabin pesawat, kabin kapal, dan lain-lain. Katanya sih panggilan kesayangan.

"Oh ya, kok lo bisa masuk kosan?!" Seru Yeonjun baru sadar. "Lo bobol jendela, ya?!"

Beomgyu melotot tak terima karena dituduh sembarangan. "Enak aja. Tadi gue mau ke supermarket, mau beli bahan buat masak sarapan. Awalnya niat gue mau gedor-gedorin pintu, ngerjain kalian maksudnya. Eh taunya pas mau gue ketuk, pintunya kebuka."

"Gak ada maling masuk, kan?" Tanya Kai tegang. Dia langsung celingak-celinguk cari barang untuk jaga-jaga.

"Kayaknya gue lupa kunci pintu, semalem gue habis ke rumah sebelah, si Sanha ngedesak gue buat benerin keran air. Emang gue tukang," jelas Yeonjun sambil mendengus.

"Bisa dibilang iya, lo tukang," balas Beomgyu dengan ekspresi sok berpikir. "Hmm, lebih tepatnya sih tukang palak."

Kalau bukan karena tidak ingin menganggu tetangga, pasti Yeonjun sudah mengajak Beomgyu berkelahi.

"Mending kalian siap-siap, deh," sela Kai tiba-tiba. "Kalian gak lupa kan hari ini hari apa?"

Yeonjun dan Beomgyu mendadak diam, perasaan mereka berubah. Mereka menatap foto yang terpajang di dinding, di atas meja dekat pintu utama. Tentu saja mereka tidak lupa, mereka tidak akan pernah melupakannya.

Karena hari ini, adalah hari kematian Taehyun.


























































"Kak Bin, minta tisu lagi dong."

Soobin berubah sinis, dia mencebikkan bibirnya kesal seraya menyodorkan tisu kepada Beomgyu yang menangis sampai ingusnya kemana-mana.

Berbeda lagi dengan Sanha, kejadian di rumah sakit saat Soobin terluka dulu kembali terulang. Maksudnya disaat dia menangis meraung-raung sampai suara ingusnya keras itu loh.

"Tae, gak kerasa udah setahun, ya." Yeonjun menghela nafas berat. "Apa kabar? Waktu itu lo dateng ke makam Soobin sama Beomgyu, terus lo bilang ke mereka untuk jagain gue. Tapi nyatanya, lo yang pergi lebih dulu."

"HUHU, HATI GUE BERASA DIKASIH TABURAN GARAM DAN LADA," tangis Sanha dengan kerasnya.

"SAKIT, PEDIH, SESAK, ITULAH KONDISI HATIKU." Beomgyu ikut-ikutan.

Kai menepuk jidat, kenapa mereka berdua tidak pernah berubah, ya? Selalu saja membuat orang kesal, tapi aku suka ehe.

"Kalian malu-maluin aja, gue paling muda di antara kalian aja gak nangis loh," cibirnya mengejek.

"Cih, gak nangis darimana. Pas Taehyun meninggal, diem-diem lo nangis di kamar sambil ngeliatin foto kalian berlima," decih Beomgyu sinis, membuat Kai seketika bungkam.

Berlima ya...

"Kalau lo gak berhenti ngomong, gue kubur lo disini," ancam Soobin tak main-main.

"Kan kita sedih, Bin. Gak ngerti perasaan kita ih, jahat lo." Sanha merengut kesal, habis itu punggungnya ditampar Yeonjun.

"Terusin aja sampe malaikat maut dateng buat ambil nyawa kalian, mau?"

Beomgyu dan Sanha menggeleng kompak, mereka belum mau mati. Soalnya mereka belum ketemu jodoh huhu.

"Kalian kan belom sarapan, gimana kalo kita ke restorannya Kak Seokjin," tawar Kai berubah ceria setelah diam cukup lama. "Hari ini gue yang traktir deh, tapi jangan banyak-banyak."

Mendengar itu, Beomgyu dan Sanha langsung jingkrak-jingkrak sambil melakukan tos dengan heboh. Akhirnya Kai yang selama ini terkenal irit mau menraktir mereka.

"Bin, menurut lo apa kesalahan terbesar gue sampe ketemu dua spesies kayak mereka?" Tanya Yeonjun pusing.

"Kesalahan terbesar lo? Hmm, kayaknya sih lo itu gak pernah mengakui kalo gue ganteng dan pintar."

"Gue bawa pistol nih, mau gue bolongin kepala lo itu?"

Beomgyu, Kai, dan Sanha tertawa melihat Soobin yang merengut dan mengumpat karena ancaman Yeonjun. Tapi memang benar kok, Yeonjun membawa pistol di balik mantel hitamnya.

"Ayo kita ke restoran Kak Seokjin! Let's go!"

"D-D-D-D-D-D-DORA! D-D-D-D-D-D-DORA!"

Duo bobrok alias Beomgyu dan Sanha berjalan lebih dulu sambil bernyanyi seperti anak paud. Hadeh, benar-benar bikin pusing.

"Jangan cemberut dong, ayo senyum," kata Kai sambil merangkul Yeonjun dan Soobin, iya dia berdiri di antara keduanya.

"Senyum gue mahal, sorry," balas Soobin cepat, alhasil kepalanya langsung dijitak Yeonjun.

"Hush, nanti arwah-arwah disini marah terus kalian diikutin, hiih." Kai menakut-nakuti.

"Gak usah bikin hoax deh, ilmu ghaib gue kan tinggi."

Kai geleng-geleng kepala menanggapi perkataan Soobin, begitu juga dengan Yeonjun. Dia sudah lelah berdebat, dia haus.

"Woi, lama banget kayak keong!" Seru Beomgyu dari kejauhan.

"Iya, sabar dong!"

Mereka bertiga mempercepat langkah menyusul Beomgyu dan Sanha yang sudah jauh di depan mendekati mobil. Lihat saja nanti, mereka bertiga mau ngerjain mereka berdua.









































Di sisi lain, seseorang berhoodie hitam dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya tersenyum penuh arti seraya mengawasi kelima pemuda tersebut.

"Mereka sering kesini, ya?" Gumamnya sambil mengangguk-angguk. "Suatu saat nanti, kita bakal ketemu, entah dimana dan kapan waktunya."

The Phone 3 | TXT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang