1.3

23.5K 6.6K 3.6K
                                    

"Karena lo termasuk orang yang gue curigai, besok gue bakal dateng kesini untuk introgasi lebih lanjut."

Bomin mengangguk pasrah, mau bagaimana lagi, dia juga tidak bisa kabur karena dalam pengawasan dokter.

"Gue pamit, terima kasih waktunya."

Lagi-lagi Bomin mengangguk, dia tidak mau mengatakan apapun lagi, dia takut hal aneh seperti tadi muncul lagi, itu mengerikan karena bisa saja semuanya terbongkar.

"Oh ya." Yeonjun yang hendak keluar berbalik tiba-tiba. "Setelah mendengar penjelasan lo tadi, gue agak ragu lo pelakunya."

Begitu katanya, sebelum benar-benar pergi dari sana dan menciptakan keheningan.

Bomin menghembuskan nafas panjang, matanya menatap langit-langit rumah sakit dengan pikiran melayang kemana-mana.

Dia tidak bersalah, kan? Dia kan tidak menerima tawaran dua pria asing itu saat dia masih sma dulu, tapi kenapa dia tidak tenang?

"Hhh, lagi-lagi gue digangguin setan, untung gak meninggal," gumamnya sambil menghembuskan nafas lagi.

Dia benar-benar tidak tahu apapun soal dirinya yang tiba-tiba tercekik malam itu. Dia hanya mengendarai mobil, lalu sebuah tali tambang tiba-tiba menjerat lehernya dari belakang. Dilihat dari kaca pun tidak ada orang, karena itu dia berusaha meminta pertolongan. Tapi sayangnya, saat dia baru membuka pintu, kesadarannya hilang.

"Permisi, saya ingin mengganti infus anda."

Kepalanya menoleh ke arah perawat pria dengan masker menutupi mulut dan hidungnya. Dia memilih cuek dan membiarkan perawat tersebut menjalankan tugasnya.

Mendadak ucapan Yeonjun soal teror itu terlintas di benaknya, semuanya terdengar begitu rumit, serumit hidupnya.

"Kasian mereka," monolognya dalam keheningan.

"Iya, kasian banget, kan?"

Bomin terkejut, dia pun menoleh ke arah perawat pria tersebut. Sedetik kemudian, perawat tersebut mencekik lehernya, ia terbelalak tak percaya.

"Mereka emang perlu dikasihani, menyedihkan banget, hehe. Nasib lo juga sama menyedihkannya kayak mereka, buktinya gak ada orang yang percaya sama lo dan sekarang lo mau mati. Sst, jangan berisik ya?"

"L-lo khhh..."

Bomin tak sanggup berbicara, dadanya mulai sesak dan nafasnya tak beraturan. Tangannya bergerak untuk melepas cekikan di lehernya, tapi orang tersebut terlalu kuat. Dia mencoba berontak, tapi kakinya terasa kaku.

"Lo itu tau sesuatu, karena itu gue gak bakal biarin lo hidup, HAHAHAHA!"

Pria tersebut memperkuat cekikannya, tawanya bak orang kesetanan karena puas akan apa yang ia lakukan.

Hingga akhirnya, tenaga Bomin perlahan melemah, matanya mulai terpejam seiring mengendurnya cekikan di lehernya, dan tangannya pun terkulai lemas ke atas bangsal.










































"Tepat pukul 14.00," ucap pria itu seraya melihat jam dinding, kemudian menatap Bomin yang tak lagi bergerak dan bernafas, lalu pergi dengan santai seolah-olah tidak terjadi apapun sebelumnya.






































"Kak Soobin, Kak Beomgyu kok lama banget, ya?"

"Mungkin dia main sama kecebong di got."

Kai mendelik, lalu menabok pundak Soobin dengan keras. "Gue tau Kak Beomgyu itu rada sengklek orangnya, tapi gak mungkin lah dia bertingkah yang aneh-aneh disaat kayak gini."

The Phone 3 | TXT ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora