💁 Mulai Tertarik

1.5K 348 237
                                        

Im Nayeon berjalan dengan sedikit tergesa menuju ruang atasannya. Suara higheels-nya bergema di sepanjang koridor lantai 14 gedung tersebut. Tinggal beberapa langkah lagi menuju ruangan sang atasan, Nayeon menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah senyuman. Meskipun terlihat jelas jika itu fake smile, setidaknya Nayeon berusaha. Tangan mungilnya dengan kasar menyeka keringat yang telah membanjiri dagu dan lehernya tepat sebelum ia membuka pintu ruangan sang atasan.

"Permisi Pak Wonwoo. Ini tteobokki yang bapak titip," ucap Nayeon berusaha berbicara dengan nada selembut mungkin. Pada kenyataan ia sedang mati-matian menahan rasa jengkelnya.

Sial.

Siang ini entah mengapa rasanya begitu panas. Padahal ini baru memasuki minggu kedua dibulan Juni. Itu artinya musim panas baru saja akan dimulai. Tapi kenapa sepertinya terik matahari tidak mau berkompromi dengan Nayeon?

Tidak seperti biasanya, Jeon Wonwoo yang notabene berstatus General Manager di perusahaan milik orangtuanya sendiri sekaligus atasan langsungnya ini meminta tolong pada Nayeon untuk membelikannya makan siang. Biasanya ia akan pergi keluar dengan mobil mewahnya, makan siang sendirian dan entah melakukan apalagi lalu kembali ke kantor setelah dua hingga tiga jam kemudian.

Namun hari ini berbeda.

Jeon Wonwoo ingin makan siang di ruang kerjanya.

Itu artinya Nayeon harus segera kembali untuk stand by dimejanya setelah menghabiskan bekalnya di pantri. Ia juga tidak dapat ikut bergosip dengan teman sesama karyawannya, hal yang lumrah ia lakukan hampir setiap hari setelah makan siang.

Ya. Im Nayeon merupakan sekretaris pribadi Jeon Wonwoo. Tiga perempat waktu kerjanya mau tidak mau harus ia habiskan bersama Jeon Wonwoo.

Yang membuat Nayeon jengkel siang ini adalah, selain terik matahari yang terasa begitu menyengat dan tidak bisa bergosip ria dengan teman-temannya, Jeon Wonwoo menyuruhnya untuk membeli makan siang sebanyak dua kali.

Tidak .

Jeon Wonwoo tidak serakus itu. Tteobokki yang Nayeon beli bukan untuk Wonwoo, melainkan untuk adik Wonwoo yang siang ini akan mampir untuk menemui sang kakak.

Kenapa tidak sekalian saja Wonwoo menyuruh Nayeon untuk membeli makan siang adiknya tadi?

Alasannya simpel, dan ada unsur sialannya.

Pria itu lupa jika adiknya akan berkunjung siang ini.

"Taruh saja di atas meja saya," titah  Wonwoo singkat, jelas, dan padat. Matanya masih fokus pada berkas-berkas yang menumpuk di atas mejanya.

Hell, yeah.

Nayeon tersenyum tipis sebelum memutar bola matanya. 'Dasar atasan dajjal,' umpat Nayeon dalam hati. Bukankah Wonwoo setidaknya dapat meminta maaf pada gadis itu karena telah membuatnya dua kali keluar kantor dengan cuaca kelewat cerah seperti ini? Or at least, bisakan ia mengucapkan terimakasih? Apa Wonwoo tidak lihat jika produksi keringat Nayeon meningkat tiga kali lipat dari biasanya? Apa pria itu tidak lihat wajah penuh minyak Nayeon beserta make up-nya yang telah luntur?

"Kamu bau matahari," ucap Wonwoo begitu tubuh ramping Nayeon telah berdiri tepat di depan mejanya untuk meletakkan tteobokki yang baru dibelinya.

Hampir saja Nayeon memukul wajah tampan sang atasan setelah mendengar ucapan frontal pria itu.

"Iya Pak, di luar panas banget hehe. Saya permisi dulu." Tanpa menunggu jawaban dari Wonwoo, Nayeon langsung membalikkan tubuhnya. Berjalan dengan sedikit menghentakkan kakinya menuju pantri.

Chit Chat, Pit a Pat || VSooWhere stories live. Discover now