16. Hilang

428 49 9
                                    

【6 bulan kemudian】

"Makomo, abis ini kita ke kedai waktu itu yuk, itu loh, kedai dengan hiasan ular dan porsi makanannya yang besar," ajak Mui nyamperin meja Makomo. Mereka baru aja selesai ujian akhir tingkat SMP.

"Wah, boleh..." Tiba-tiba pandangan Makomo tertuju pada Nezuko yang melamun ke arah luar jendela kelas. Gadis itu tau, sahabatnya pasti sangat merindukan senpai mantan gebetannya, sampai-sampai hampir setiap saat Nezuko pasti ngeliatin lapangan di bawah jendela kelas dia sewaktu masih kelas 2.

Sejak kepergian orang itu, Nezuko jadi pendiam, aura cerianya hilang seketika, bahkan dia menolak semua cowok yang menembaknya. "Maaf tapi hari ini aku nggak bisa, Mui-kun," tolaknya dengan halus. Nggak, Makomo nggak bisa bersenang-senang di saat Nezuko muram.

.

.

"Nezuko-chan, udahlah, move on dong, move on!" ucap Makomo menegaskan kata 'move on', telunjuknya menekan meja kafe yang sedang mereka tempati.

"Bukannya aku jahat, tapi aku nggak mau kamu terus terpuruk kayak gini."

Nezuko membisu, tangannya menyentuh gelas jusnya sejak tadi, tanpa ada niat untuk meminumnya. "Kamu sama aja kayak Onii-chan," balasnya pelan, hatinya begitu perih merindukan si rambut dandelion.

Makomo menghela napas, dia terus menatap Nezuko yang kehilangan semangat hidupnya. "Tanpopo-senpai juga pasti nggak mau kamu gini terus."

Mendadak Nezuko menggebrak meja, Makomo tentu kaget, selama ini yang dia tau sahabatnya penyabar, dan nggak suka mengamuk. "Maafkan aku, Makomo-chan." Nezuko beranjak dari tempat duduknya dan keluar setelah membawa tas sekolahnya di pundak.

Makomo nggak bisa berkata-kata. Nezuko seperti orang yang berbeda sekarang.

.

.

Gadis bersurai hitam panjang dengan vermilion di ujungnya itu berdiri mematung di depan kediaman Zenitsu yang kini telah kosong. Setiap pulang sekolah, dia selalu menyempatkan diri mampir ke rumah yang lumayan besar itu. Dia menyesal karena nggak pernah berkunjung ke rumahnya selama mengenalnya, dan kini rumah itu sudah tak berpenghuni lagi.

Sejak kenaikan kelas tahun lalu, Tanjirou udah nggak pulang bareng Nezuko lagi karena kesibukan di SMA untuk fokus memilih jurusan.

Nezuko merapikan rambutnya yang berantakan tertiup angin hingga kedua matanya terhalang. Walaupun dia bilang akan selalu menunggunya, tapi cowok itu nggak bisa dihubungi lagi tepat sehari setelah kepergiannya dari kota itu.

Nezuko memandangi layar ponselnya. Banyak sekali pesan yang dia kirim namun hanya centang satu, dan gadis itu yakin Zenitsu mengganti nomornya.

'Zenitsu-san... kenapa?' Nezuko menempelkan wajahnya pada hpnya dan menggenggamnya erat, air bening kembali membanjiri kedua maniknya.

Di rumah, Nezuko nggak begitu mood melakukan apapun hingga memilih untuk mengunci dirinya di dalam kamar. Kerjaannya cuma menatap layar percakapan antara dirinya dengan Zenitsu dan memeluk buku harian yang memuat kenangan mereka hingga tertidur dengan bekas air mata yang membasahi pipinya.

***

"Orang itu... beneran nih nggak balik?" Inosuke menjulurkan sedikit lidahnya, seperti biasa dia membiarkan kancing seragamnya terbuka walau sudah berkali-kali dapat hukuman dari Tomioka-sensei.

"Umm..." Tanjirou mengangguk ragu.

"Aku khawatir, akhir-akhir ini Nezuko suka bicara sendiri, Inosuke."

Inosuke mengangkat salah satu alisnya, antusiasnya bertambah untuk mendengarkan curhatan Tanjirou.

"Dia juga sering marah-marah sekarang."

"Kau udah bawa dia ke psikolog?"

"Kurasa itu nggak perlu, aku yakin Nezuko begitu karena Zenitsu meninggalkannya."

Inosuke menggigit bekal onigiri buatan Tanjirou. Dia nggak habis pikir, si Monitsu itu tega banget ninggalin cewek yang udah telanjur jatuh hati padanya, ditambah anak itu nggak bisa dihubungi lagi oleh satupun dari mereka. Seakan Zenitsu benar-benar hilang ditelan bumi.

"Sayang sekali kita nggak pernah tau di mana alamat kakeknya tinggal."

***

"Sekarang bertiga bareng Zenitsu-san!"

Zenitsu menutup wajahnya dengan salah satu telapak tangannya. Kepalanya terasa pusing akibat terlalu banyak menangis. Foto ketika dia berada di Disneyland bersama Nezuko dijadikan wallpaper hp olehnya.

Cowok itu sengaja mengganti nomor hpnya lagi agar Nezuko bisa melupakannya dan menganggapnya lenyap dari hidupnya, seperti daun yang rontok tertiup angin.

"Pada akhirnya kau sendiri yang meninggalkannya, dasar bodoh!" umpat seorang penjaga kasir di toko tempat Zenitsu membeli keperluannya.

Zenitsu tersentak, dia baru sadar setelah berkali-kali ke toko itu ternyata penjaga kasirnya adalah Makugo, mantan teman sekelasnya yang dulu pernah menindas Nezuko.

Setelah dikeluarkan dari Kimetsu Gakuen, ayah Makugo mengirimnya ke desa neneknya untuk bersekolah di sana sebagai hukumannya dan mewajibkannya untuk bekerja paruh waktu.

Selama melayaninya, Makugo sama sekali nggak mau melihat wajah cowok yang pernah ditaksirnya karena suatu alasan. "Cepat pergi, bocah mesum!"

Zenitsu tersinggung, lama nggak ketemu ternyata sifat anak itu nggak berubah, tapi dia berusaha memasang wajah santainya dan keluar dari toko dengan umpatan di hatinya.

.

.

Masuk ke masa SMA, Nezuko dan Tanjirou sudah tidak membuka toko rotinya lagi karena jam kesibukan mereka yang berbeda. Sebagai gantinya, dia kerja paruh waktu di sebuah konbini, berbeda dengan Makomo yang memilih untuk kerja di sebuah perusahaan jurnal.

Nezuko selalu menyapa para pelanggan toko dengan senyuman ramahnya, dan berkat itulah konbini tempatnya bekerja jadi ramai pembeli hingga sang pemilik menaikkan gajinya.

Nezuko berusaha menyibukkan dirinya agar tak ada waktu baginya untuk menyendiri, mengingat kembali kenangannya bersama senpai dandelion itu malah hanya akan membuatnya tersiksa.

"Nezuko-chan, senyum~!"

𝑌𝑒𝑙𝑙𝑜𝑤 𝐻𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑔𝑎𝑡𝑎𝑟𝑖Where stories live. Discover now