11. Balasan

403 72 7
                                    

"Bagaimana lukamu?" tanya Zenitsu pada Nezuko yang tengah menyandarkan tubuhnya pada senderan ranjang rumah sakit.

Zenitsu merasa hatinya seperti diiris-iris pisau tajam melihat gadis polos dan lugu itu menerima banyak perban di sekujur tubuhnya, termasuk salah satu matanya karena ada sebuah luka yang tertutup darah yang mengalir dari keningnya.

"Aku sudah baik-baik aja kok," jawabnya bersemangat. Zenitsu tahu, gadis itu menyembunyikan rasa sakitnya di balik senyumannya yang mengembang. Untuk sementara, Nezuko nggak bisa memakai kakinya sendiri untuk berjalan, bahkan untuk sekedar ke toilet pun dia harus dipapah oleh sang kakak jika mereka hanya berdua di ruangan itu.

Pedih rasanya, segelintir rintihan kesakitan bisa Zenitsu dengar dengan mudah. Remaja itu menyesal, kenapa dia nggak sadar kalo perempuan yang dimintai tolong untuk memotret mereka saat di Disneyland adalah Ume? Kalo dia sadar, kejadian ini nggak akan ada.

"Uhuhu..."

"Z-Zenitsu-san?!!" Nezuko terkejut melihat air mata mengalir deras menuruni pipi cowok itu.

"M-maaf... tapi aku nggak tahan liat Nezuko-chan seperti ini," katanya dengan sesenggukan.

Untuk kesekian kalinya, Nezuko merasakan kehangatan merasuki hatinya, memenuhi setiap ruangnya. Gadis itu meraih rambut dandelion khas cowok itu dan mengusapnya pelan.

"Aku senang Zenitsu-san memperhatikanku, tapi aku juga sedih kalau melihatmu begini," ucapnya lembut.

Mendengar kalimat itu, tangisan Zenitsu berhenti, diganti dengan seluruh wajahnya yang memerah, yang langsung ia tutupi dengan kedua telapak tangannya, berharap gadis itu nggak melihatnya.

"Jadi gimana?" tanya Makomo, dia penasaran dengan nasib geng yang menindas Nezuko 4 hari yang lalu.

Zenitsu mengatupkan rapat kedua bibirnya, menahan agar jantungnya nggak keluar dari mulutnya. "Yah, mereka diskors selama satu semester sebelum keputusan terakhir diambil," jelas Zenitsu lesu, dia marah besar ketika tahu sekolah hanya memberi hukuman yang menurutnya terlalu ringan. Bayangkan aja, mereka membuat seorang gadis yang nggak tahu apa-apa terluka parah hingga harus dirawat di rumah sakit, ditambah akan ada banyak bekas luka di kulit indahnya. Bukan itu aja, Nezuko pun kemungkinan akan mengalami trauma.

Beruntung, tuntutan Zenitsu ketika mereka dikumpulkan untuk diadili didengar oleh Ubuyashiki-sensei, kepala sekolah di Kimetsu Gakuen, yang menghasilkan keputusan penskorsan mereka sebelum ada keputusan akhir yang jelas lebih berat lagi.

Berita tentang penindasan cewek cantik bernama Kamado Nezuko ini segera menjadi topik hangat di sekolah. Banyak dari murid yang mengutuk perbuatan tiga orang itu, bahkan mereka mengirimkan teror.

Makomo ingat, di sekolah ia dikerubungi oleh teman-temannya, bahkan dari yang kelasnya beda juga ikut datang, tapi mereka hanya bisa kecewa karena adik dari Sabito itu nggak mau membuka mulut, dia lebih milih untuk menutup rapat dengan apa yang dilihat di depan matanya waktu itu.

Benar-benar mengerikan, mengingat belum pernah ada kasus pembullyan di Kimetsu Gakuen sepanjang sejarah sebelumnya.

Walaupun ada banyak dari teman-teman Nezuko ingin menjenguknya, sayangnya Tanjirou membatasi jumlahnya, agar adiknya bisa fokus pada pemulihannya.

"Nezuko, bagaimana dengan matamu?" tanya Tanjirou cemas, ia melambaikan tangannya tepat di depan mata Nezuko yang perbannya baru dibuka untuk memastikan.

"Nggak apa-apa kok, Onii-chan," tanggap Nezuko menenangkan sang kakak.

Setelah perbannya dilepas, mata kanan Nezuko memang belum bisa terbuka sepenuhnya, dan itu membuat Zenitsu merasa terluka.

𝑌𝑒𝑙𝑙𝑜𝑤 𝐻𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑔𝑎𝑡𝑎𝑟𝑖Where stories live. Discover now